Thursday, January 15, 2009

Tim RDI Bergoyang




Siang-siang
di atap
barengan anak sekantor
enaknya ngapain hayo?
yah.. begoyang dong!
hehehe

bagi yang penasaran sama penampilan RDI nanti sore, berikut sedikit teasernya.. wakakakak...

ramalan

Belakangan ini gue lagi tertarik sama dunia ramal meramal. Berawal dari buku-buku astrologi yang –pada akhir tahun 2008- berserakan di kantor gue… iseng2 baca dan nagih.. hehehe…

Nah tadi malam, gue membawa ketagihan itu ke taraf yang lebih tinggi. Memang bukan lompatan pembaruan yang belum pernah dicoba oleh orang, tapi bagi gue apa yang gue lakukan tadi malam adalah sebuah pengalaman pertama yang menegangkan…

Enough with the prolog.. lets just read what happened last nite.

Begini awalnya…

Tadi malam adalah kali kedua gue menginjakkan kaki di Grand Indonesia dalam 2 pekan ini –bagi perempuan yang jarang nge-mall, ini merupakan sebuah rekor baru! Minggu lalu,tugas membawa gue ke Grand Indonesia untuk meliput Festival Peranakan yang diadakan oleh Grand Indonesia dengan Forum Kajian Antropologi Indonesia (FKAI) dalam menyambut imlek. Di tengah suasana imlek itu, gue melihat ada booth peramal. Ihhh.. mau deh, begitu pikiran gue –yang entah kenapa belakangan ini punya efek suara bencong- tapi sayang karena pembukaan festival nya lama dan mendadak ketemu dengan beberapa orang yang sudah lama tidak gue jumpai…. Oh ya dan ditambah ada seorang teman yang sedang menungguin gue di pojok Jakarta.. walhasil keinginan untuk pergi ke booth peramal itu terlupakan…

Nah, memang benar kata orang jodoh ndak akan kemana…karena tadi malem, gue –lagilagi dibawa sama tugas- berada di Grand Indonesia, kali ini ke press conference-nya Pintu Terlarang. Karena prescon-nya tepat waktu, jadi menyisakan waktu bagi gue untuk PERGI KE BOOTH PERAMAL!!!

Mama A***e begitu namanya orang yang ada di balik layar dalam booth peramal. Setelah mendaftarkan diri dan menunggu more-than-i-wanted-to akhirnya giliran gue masuk ke ruang ramal.

DENG DENG DENG…seperti hal-hal idiotic yang sering gue lakukan sebelumnya, gue selalu merasa panik pada saat akan melakukan the actual thing… dengan gugup gue masuk ke dalam ruang ramal. No thanks to dua mbak2 yang dengan hebohnya meramalkan diri.... (untung uwie ikut masuk untuk moral support bagi novice di dunia ramal meramal ini)

Tahun berapa?

Sesaat gue pikir si mama nanya tahun berapa saat ini… (duh!) tapi sebelum mulut gue mengikuti otak gue, ada bisikan yang entah datangnya dari mana,  yang bilang ‘tahun lahir kaleee…’ Jadi langkah pertama gue di depan si mama tidak memalukan.

Ada pacar? Mantan? Kecengan?orang yang dekat

Gue nganga.. what?
Pikiran pertama: gokil si mama tau konsep kecengan!
Pikiran kedua : huh?kok kaya ke dokter, ditanya-tanya.. bukannya peramal kudunya meramal dan menebak tentang diri gue…
Pikiran ketiga : kenapa si mama nanyanya langsung kea rah sini? Ini mama atau ibu gue di rumah seh… hahahahaha
Pikiran keempat : si nyamyam yang ternyata masih single itu termasuk kecengan atau bukan yah? Hahahahaha

Well, eniwei..  gue melewati itu dengan tampang yang kata uwie seperti anak SD nungguin gurunya ngasih hukuman….sejujurnya gue juga ngerasa diri gue melongo berat, secara yah it’s my first time…jadi gue lagi mencoba meresapi apa yang sedang terjadi..

Lalu air bah itu datang….Dengan kecepatan tinggi, si mama membeberkan ramalannya. Gue yang belum siap makin melongo dengantatapan mata yang lebar...

Badan kamu kaya lelaki, gaya kamu kaya lelaki, kamu tidak bedak-an, rambut kamu pendek, kamu kegendutan… itu semua menghalangi kamu punya pacar…
Jadi besok-besok kamu bedakan, turunin berat badan barang 2 kilo, panjangin rambut….

What? ini peramal apa pengamat fashion? Itu pikiran pertama yang melintas di kepala gue yang dodol ini…
pikiran kedua : mmm…. Anjurannya bisa dilakukan kok …
pikiran ketiga: eh… gue emang lagi nyari cowok yah?.. tiba-tiba sedikit bingung sama skala prioritas gue saat ini.. heheheh

Dari awalan itu si mama langsung terus meramal tentang karier dan hidup gue. *ngak usah diceritain yah, ngebosenin sih.. abis ttg gue banget*

Gue merasa seneng banget di ramal, walau banyak yang hal yang bikin gue mikir 'ah masa sih' tp the thought of hidup gue bisa diprediksi selanjutnya bikin gue pengen buru2 ngejalanin idup gue selanjutnya just to prove whether ramalan itu bener apa kaga...

..
Well demikianlah cerita mengenai pengalaman perdana gue diramal sama seorang peramal bonafid yang malam itu memasang tanda free diposternya, namun memberi kita (maksudnya orang yang mau diramal) amplop merah untuk sumbangan serelanya…

Nantikan edisi kedua detta dan dunia ramal meramal ..
karena sepertinya hal-hal ini menyenangkan

(kalo ndak percaya liat aja uwie yang begitu keluar dari booth itu ngakak kenceng keceng sepanjang Grand Indonesia-siyalan lu ‘wi!)

ada ide gue selanjutnya harus ke mana?

Tuesday, January 06, 2009

Ganteng, euy!

"Ganteng, ya?"
kalimat tanya retoris milik gue ini sering kali mendulang banyak tanggapan.

"Hush, anak perempuan ndak boleh ngomong begitu. Ndak baik" adalah satu tanggapan yang ndak bakal gue lupa. Tanggapan yang paling sering gue terima untuk pernyataan gue di atas itu adalah "Ya ampyun, det.. serius lo?"

Semua tanggapan itu gue tanggapi (hehehe) dengan ketawa. Padahal kepala gue merekam semua itu dan bertanya-tanya kenapa banyak orang ndak sama konsep gantengnya sama gue.

gue inget waktu kuliah gue tergila2 sama sosok drummer pendiam yang tinggi dan gondrong. Semua temen gue mengernyit saat gue memandangi si sosok yang gue cap ganteng itu dengan mupeng. Padahal menurut gue kegantengan orang ini jelas kok. kulit putih, banyak senyum, tinggi, rahang kotak... nyum... tapi kenapa tetep orang heran sama alasan gue nyebut dia ganteng yah?

Di masa itu pula gue suka banget memandangi satu lelaki dengan alis tebal yang seminggu sekali selama 2 semester nongkrong sama gue di sebuah komunitas. Gue ndak tergila2 sama dia, tp menurut gue dia ganteng. Pertama kali ketemu sama dia, gue melihat dia menutup mata dan bersandar di sebuah taman. Waktu itu cahaya matahari  sore jatuh di mukanya, dan gue nge-batin- gokil keren banget tulang mukanya... Dengan kulitnya yang kecoklatan dan alisnya yang tebal.. dia keliatan laki  banget,,,, herannya, dia (yang setelah itu jadi temen gue) suka cerita betapa banyak cewek yang nolak cintanya.. dia merasa dirinya tidak cukup ganteng.... tinggal gue yang menggeleng.. gokil!

Tambah umur, harus gue akui memang konsep ganteng gue mulai menunjukkan keganjilannya. tapi  tidaklah jauh-jauh banget dari konsep ganteng di awal tadi.

lelaki berumur 50-an dengan tas kulit pudar yang di sandang dipundaknya menurut gue sangat ganteng. Apalagi saat mendengar dia berdiri bicara mengenai kajian budaya dengan kemeja kotak-kotak digulung lengannya sambil bersandar di depan kelas dengan santai sambil bersedekap. 2 jam kuliah ndak berasa, baby!!!

suara berat orang yang berbicara dengan pronounciation inggris yang tepat, bisa membuat sosok yang sebelumnya tidak pernah keliatan, jadi ganteng bagi gue...

yang menurut gue agak aneh adalah sosok lelaki yang terlihat baik hati dan tidak sombong dengan suara tertawanya yang khas yang gue cap ganteng, ternyata tetep dianggap aneh oleh temen-temen gue. Kecakapannya memilih pakaian, kerapiannya menjaga dirinya, kemampuannya mempertahankan sweater dipundaknya untuk tetap terlihat apik sepanjang hari, tidak bikin temen2 gue menyetujui pemberian label ganteng gue ke sosok orang itu.

lelaki botak dengan mata besar yang penuh ekspresi yang gue anggap ganteng beratz, diketawain sama temen2 gue (kecuali 2 perempuan yang nonton film lelaki itu bareng sama gue dan mendesah tiap kali si bapak masuk frame)

jadi kaya gimana sih ganteng itu? karena setiap kali gue men-cap- seorang ganteng, rasanya banyak suara yang menolak cap itu... bukannya gue menolak suara-suara itu ... tapi gue cuma mau tahu apakah ada standart ke-gantengan.. karena gue lihat sepertinya perempuan cantik itu punya definisi yang tegas... kenapa kalau pria ganteng tidak yah?

mmmm....tanya kenapa?