Wednesday, December 29, 2010

again, being voted as the bad guy!

why do people lie?
sugarcoating everything so that it could appeal to people?
keeping it quiet so that the so called party can go on without disturbance 
for me keeping it real shows you really care 

all nonsense will never amount to anything 
nothing good will come from lying 
just say it 
call it as it is 
maybe
just maybe 
we can fix it 
together 

is as simple as that, kok.... 
sorry if you see it differently

again, being voted as the bad guy!

why do people lie?
sugarcoating everything so that it could appeal to people?
keeping it quiet so that the so called party can go on without disturbance 
for me keeping it real shows you really care 

all nonsense will never amount to anything 
nothing good will come from lying 
just say it 
call it as it is 
maybe
just maybe 
we can fix it 
together 

is as simple as that, kok.... 
sorry if you see it differently

Tuesday, December 28, 2010

it's time

its time for another cup of coffee 
to extinguish 
the 15 cans of beer you drank 
the crummy voice of the drunk singer  
and the memory of how you got your heart broken 

its time for another cup of coffee 
to track down 
the life you've thrown 
the happiness you've sold 
and the future you've blacken 

its time for another cup of coffee 
to bring back
your smile   
your spirit 
and you

selamat pagi

hari masih menyisakan pagi
walau murung 
walau gelap 
walau dingin 
walau kelam 

hari masih menyisakan pagi 
untuk terdiam 
untuk merenung 
untuk menyesal 
untuk menangis 

hari masih menyisakan pagi 
bagi kamu 
bagi dia 
bagi saya 
bagi kami bertiga 
 
hari masih menyisakan pagi 
memberi waktu pada airmata, sakit hati dan duka untuk menguap perlahan 
sebelum siang datang memaksa kami bertiga berjuang  
di tengah terik matahari 


*selamat pagi* 

just another day

morning light 
slight of gray sky 
another day to repent  
another day to remorse 
another day to live 




NEUROTIC

an invisible injury 
involving distress
though the behavior is not outside socially acceptable norms  

the effects may involve: 

...anxiety

sadness or depression

anger, 

irritability, 

mental confusion, 

low sense of self-worth, 

phobic avoidance, 

vigilance, 

impulsive and compulsive acts, 

lethargy, 

cognitive problems such as unpleasant or disturbing thoughts,

repetition of thoughts and obsession

habitual fantasizing, 

negativity and cynicism, 

Interpersonally, neurosis involves dependency,

aggressiveness, 

perfectionism

schizoid isolation, 

socio-culturally inappropriate behaviors



Thursday, December 16, 2010

That devilishly g'looking guy is my friend....

Kalian tahu kan bagaimana, saat kalian masuk ke sebuah ruangan dan tertumbuk pada sosok nan indah dengan --entah-- kaki panjang dan jenjang, lesung pipit yang manis, kulit coklat eksotik.. yeah, you got the point rite. Atribut-atribut yang membuat orang menjadi sedikit lebih menonjol dibanding orang sekelilingnya. 

Well, kalau sudah melihat itu, apa yang kalian lakukan?

Menyambanginya dan minta nomor telponnya?
membuat kontak mata agar dia memperhatikan kalian?

atau kalian akan melakukan apa yang saya lakukan: hanya memandanginya dari kejauhan dan mencoba mereka-reka cerita hidupnya dari penanda-penanda yang melekat pada dirinya. 

:) 

sebuah deskripsi yang panjang untuk menceritakan i'm checking the guy out ... wahahahaha!

Sekali waktu, saya menemukan sosok yang membuat saya menengok dan memperhatikan. 

Wow, nice! begitu yang terlitas di kepala saya. Sosok yang tinggi menjulang dengan lekukan tubuh yang menandakan dia berolahraga secara rutin itu menarik perhatian saya. Namun tak seperti pemandangan-pemandangan indah lainnya yang hanya menjadi sebuah pemandangan belaka, yang satu ini akhirnya duduk di meja saya, karena ternyata teman-teman kami sama. 

One thing leads to another. dan setelah beberapa lama kenal dengan manusia ganteng ini, dia menjelma menjadi salah satu teman baik saya. 

Arghhhhhhh..... 

ok, saya terdengar ajaib saat mengeluh. 
Tp bener deh, jujur saya mengeluh. 

punya teman yang awalnya adalah manusia yang  Anda "check out" ternyata menyiksa. 
seperti cerita di atas, saya memang menganggap bentuk tubuhnya itu luar biasa. :P 

sekarang hal itu menjadi sangat mengganggu bagi hubungan kami (dari kaca mata saya lho). Saya tak tahu kenapa, tapi kekerenan anak ini membuat saya tak nyaman berada di sebelahnya. Saya takut kalau tiba-tiba saya kurang ajar dan hanya menatap perutnya yang rata atau lengannya yang berlekuk. 

Hahaha... 

sumpe its so hard to keep a straight face... maunya nyengir aja. 

Masalah menjadi sedikit pelik, karena obrolan kami berdua itu amat menyenangkan, dan bukan basa-basi. :) 

obrolan mengenai beberapa buku yang telah dia baca atau saya baca. 
beberapa film yang telah ditonton. 
olahraga seru. 
cerita-cerita ringan mengenai kedewasaan. 

sort of things you talk to your best friend.... 
nah, masalahnya sekarang adalah si orang yang mengobrol santai ini adalah sosok yang enak sekali di lihat. 

kadang saya merasa berdosa membicarakan/menganggapnya seperti seonggok daging (yang indah tentunya) karena he is not all that. :) 

ah, 
jadi ingat seorang teman yang pernah bilang bahwa "bila Anda ganteng/cantik 50% masalah dalam hidup Anda sudah selesai."... 

ah, 
untuk kasus ini teori itu ternyata tak bisa diterapkan. 


:) 
untung ada yang namanya HP dan Internet yang membuat saya tak perlu terlalu sering bertemu muka dengannya :) waduuuhhhh dosa deh... sama temen sendiri... 


*buat Anda, teman. I really think you should know this, coz sometime i do really feel uncomfortable. So dont get me wrong, its just me and my messed up head. Hope u understand* 

PELIK! :p

Bila Anda  belum menikah pada di paruh akhir umur 30-an, hidup percintaan Anda--menurut saya-- dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang PELIK! xixixixi 

darimana saya mendapat ide di atas? 

well, begini ceritanya .... 

tadi malam, saya sedang asik2nya menikmati pengaruh dari anggur yang baru saja cicipi 

(footnote:  dua minggu belakangan ini, saya sedang punya hobi baru yaitu: mencicipi wine. :) hehehe bagi manusia yang dulunya hanya doyan minum bir, beberapa waktu yang lalu, saya iseng mencoba minum lebih dari satu gelas wine, dan ternyata saya suka ... errr... setelah gelas ke 4 :) dan sejak itu --atas dukungan teman-teman-- yang rela berbagi botol wine dengan saya... saya mulai sebuah perjalanan hidup baru saya sebagai pencicip wine :) okeh, balik ke cerita sesungguhnya.  ) 


Saat sedang asik-asiknya menikmati beratnya mata, kepala dan hangatnya badan setelah meminum cairan itu, tiba-tiba teman saya curhat dengan suara tak di-set untuk mode curhat. 

"Iya, kalau sampai nanti aku balik sama dia. Akan kunikahi dia." 

What? 
suasana nyaman jiwa raga saya terganggu dengan komentar teman yang satu itu. Penasaran, saya menengok teman saya yang sedang dalam diskusi serius dengan teman kami yang lain. Halah, pukul satu pagi ngomongin pernikahan yang belum kesampaian. Hehehe saya hanya bisa tersenyum mendengar cerita teman saya itu tentang bagaimana dia putus dengan pacarnya, dan bagaimana dia butuh waktu, jarak dan pemikiran ulang mengenai rencana perkawinan yang batal. Suara teman saya itu lambat laun terdengar sayup-sayup, tapi tak hilang dari pendengaran. Ah, lets face it, cerita cinta itu memang tak ada habisnya. 

Lalu sambil menutup mata dan menikmati lagu-lagu jazzy natal yang dimainkan di tempat itu, tiba-tiba saya teringat obrolan di bilangan Senayan dengan seorang teman yang lain. 

"Trus kapan Anda mau menikah?" tanya saya kepada seorang teman yang sedang bercerita betapa bahagianya dia karena memiliki 3 keponakan yang lucu-lucu. Pertanyaan saya --menurut saya-- tidak terlalu ajaib atau di luar jangkauan, karena teman saya itu sudah menjalin hubungan dengan kekasihnya dalam hitungan tahun. Oleh karena itu, saya terkejut saya mendengar jawabannya yang dingin (berbeda dengan saat dia bercerita mengenai ketiga keponakannya tadi) 

"I will pretend I did not hear your questions and because of that I don't have an obligation to answer it" 

DENGGGGGG...... 

kenapakenapakenapakenapa? 

karena dia memutuskan bahwa pertanyaan saya tidak pernah terjadi, kami berdua melanjutkan kegiatan kami masing-masing. 


Dua cerita dalam kurun waktu berdekatan dicipta oleh dua lelaki di akhir umur 30-an. 
PELIK! 

tapi perempuan juga tidak off the hook menyangkut usia 30-an dan kepelikan percintaan. 
Hehehe... semua sama saja, begitu pikir saya sambil memandangi perempuan mungil dan lucu yang ada di sebelah saya yang panik melihat sapaan seseorang di wall facebooknya.... dan kemudian beralih kepada perempuan lain yang sedang berada di titik emosi tinggi karena hubungan dengan mantan pacarnya. 

Ah, seru sekali berteman dengan manusia-manusia ini. Untung white wine ---yang ternyata tak seenak red wine yang saya cicipi sebelumnya-- sudah menemukan tempat nyaman di tubuh saya, sehingga bisa mulai menyebarkan pengaruhnya ke sudut-sudut tubuh saya ini... 

:) 
cheers, teman-teman! may your love life be blessed. 

Tuesday, December 14, 2010

Just another day @ the office

Di tengah riuhnya suara printer
deringan telefon 
seliweran manusia tiada habisnya
tempelan post it berjajar di layar  
dan tumpukan kertas di meja 

Tiba-tiba hp Anda bergetar 
Layarnya memperlihatkan nama yang begitu nyaman di jiwa 

'Kamu di mana?" 

Pertanyaan singkat
hanya butuh jawaban singkat. 

"Tetap setia di hati Anda," begitu ujar Anda.  

Ada senyum merekah di ujung line telefon itu. 
Hanya itu yang ingin Dia ketahui. 
Tak kurang. 
Tak lebih.  

Lalu tangan-tangan tak terlihat saling menggapai memberi pelukan. 
Hari sibuk itu seakan membeku sesaat. 
Hanya sesaat. 
Karena kalau lebih dari itu, dunia akan murka. 

Setelah itu 
Anda dan Dia kembali bekerja 
dengan keyakinan bahwa Anda --hari itu-- ada di hati Dia. 
tak lebih. 
tak kurang. 


#ceritaminiyangbikinhatilega# 
selamat bekerja untuk semua

SUCK IT UP!

kadang memang orang butuh kata-kata seperti : SUCK IT UP! agar dia bisa tegak dan melanjutkan hidup ini dengan baik. 

tapi ada kalanya, orang butuh pelukan dan sedikit kebohongan yang menyatakan "everything's gonna be alrite, just wait and see" 

stupid little lie 
stupid little prediction 

secara logis komen kedua di atas ini, tak bisa diterima, tapi saat berada di jalan buntu dan dihadapkan pada tembok tinggi. Semua logika memudar. 

tibatiba ada rasa kerinduan pada pelukan hangat yang mengumbar kata palsu "everything's gonna be alrite, dear. I am here" 

hhuhuhuh... 
dunia, kamu menang lagi!
8-3 yah!

i'll fight you again tomorrow 
coz to day its my time to die 


:) 

Sunday, November 28, 2010

Dia

Saya melihatnya melintas di ruangan penuh dengan orang.  Tiba-tiba suara hiruk pikuk menjadi bungkam. Hanya sosok dia terlihat jelas. Hal-hal lain dalam ruang itu mendadak hilang dan berada dalam kecepatan yang berbeda dengan sosok dia. Hanya sekelibat memang dan harus saya akui, bahwa pertama saya tak percaya pada pandangan saya. Namun segala keraguan  menguap saat saya merasakam degupan  jantung yang terkurung di dada ini mengatakan bahwa dia merasakan kembaran irama di dekatnya.

Orang itu adalah orang yang sama yang telah membuat saya terpana dalam rentangan waktu yang lama. Dia orang yang sama telah membuat saya mencicipi rasa bahagia dan sekaligus membuat saya berkenalan dengan rasa pedih di dada. 

Siyal, cukup lama saya terpana. Menghentikan detak waktu memang tak bisa sedemikan lama. Hanya sesaat saja.

Setelah mengalami lompatan waktu yang cukup membuat dengkul jadi lemas. Pertanyaan seharga semilyar berada di hadapan saya. Haruskah saya menghampirinya? Atau saya harus diam saja menanti percepatan rasa itu berlalu lalu membukukan semua ini sebagai sebuah kenangan belaka. 


Thursday, November 11, 2010

Dulu

Dulu
kalau sedang jatuh rindu,
mengendusi kaosmu di antara tumpukan baju yg baru disetrika saja,
sudah cukup mengobati rasa itu

Dulu
kalau sedang jatuh rindu,
membakar satu batang rokok kesukaanmu saja,
sudah bisa membuatku lupa akan rasa yang bersarang di dadaku.

Dulu,
kalau sedang jatuh rindu,
mendengar suaramu di alat kecil yang kutempelkan di kupingku saja, sudah bisa membuatku tak didera rasa ingin bertemu.

Tapi mengapa kali ini
melihatmu di sisiku
aku masih tenggelam dalam rindu ya?

#rinduyganeh


Dulu

Tuesday, November 09, 2010

November #4

Terjun bebas dalam kubangan kenangan
sambil berharap tak akan tenggelam
sambil berharap tak akan hancur berantakan

entah apakah ini bisa dianggap langkah berani

atau sebuah tindakan bunuh diri...

Semoga perjalanan mundur ini bisa menyiapkan diri saya untuk masa depan yang lebih nyaman bukan derita yang berkepanjangan.

Semoga.

Sunday, November 07, 2010

Untuk seorang kawan yg baru masuk ke gua-nya

Dua minggu?
Tiga?
Atau satu bulan saja sekalian.

:)

Tak apa.
Asal semua kembali dengan aman.

:)

Jaga dirimu baik baik, kawan.

Friday, November 05, 2010

November #4 -You Me and Cups of Coffee

You, Me and Cups of Coffee 

A date for 3 o'clock sharp 
I came to the spot right on the dot 
But you text that you'll be a little late 
just finished feeding the baby, you said. 
all I could do is smile and wait for a while 

Around 5 you arrive 
with a bright smile and a warm "HI"
can't believe 7 years just passed us by 
how quickly those years slipped without us knowing why 

this is the time for 
you me 
with 
cups of coffee 
maybe some tea 
bits of laughter 
and whole lotta stories 

You talk of adorable kids and white picket fences 
I talk of hectic traffic and the crazy people I meet 
Not too related I know 
but laughter is what we always have in common 

so, talk some more my friend 
coz I do really want to know 
how life have treated you up until now
and how we become so much different you and I 


*thx for everything dear friends*   


November #3 - Sabtu Pagi

Sabtu. 
Pukul 9 pagi.
Sarapan. 
Aku dan dia 
seperti biasa 

Aku mengunyah roti kismis 
dan dia meneguk kopi hitam tanpa gula.

"Are you on facebook?" tanyaku membuka percakapan kami.  
"Nope," jawabnya ringan tanpa melepaskan pandangan dari koran pagi bagian hiburan. 

"Why?" tatapku denga curiga. 

"Why are you asking this, dear?" balasnya.  

Kali ini sambil menurunkan korannya, dia menatapku sesaat. 
Sambil menunggu jawabanku, dia mengulurkan tangannya ke meja dan meraih cangkir kopinya. Lalu meminum kopi buatanku itu. 

Tak ada jawaban dariku. 
Sepertinya aku juga tak tahu mengapa aku melontarkan pertanyaan itu. 

Setelah menunggu beberapa saat, dia kembali membenamkan hidungnya ke koran itu lagi. 

Huh, sepertinya aku sudah terlalu lama tinggal di negara ini. Bahasa Indonesia tak mengenal frase "membenamkan hidung di koran." Ah, sebuah terjemahan harafiah yang memalukan!

Untuk beberapa saat aku mengembara sendiri dengan pikiranku mengenai frase Indonesia yang bisa menjelaskan "buried my nose in the paper" dengan lebih baik. Aku lupa bahwa aku sedang terlibat dalam sebuah percakapan di meja makan bersama orang yang kusayang. Namun sepertinya dia juga sudah lupa. Karena --kelihatannya-- berita di koran itu lebih butuh perhatian daripada pertanyaan "kenapa" dariku. 

"Why are you not on facebook?" 
aku kembali ke realita untuk menuntaskan pertanyaanku. 

"eerrrr....." 
Dia menurunkan korannya. 
Dia sepertinya sadar bahwa aku benar-benar ingin bertanya. 

"Does this have anything to do with the piece that you've been working on lately?" tanyanya sambil menghela napas. 

Aku tertawa. 
Kenapa dia selalu menyangka semua pertanyaanku selalu berhubungan dengan pekerjaanku. 

Aku jadi teringat sebuah pembicaraan ringan dengan seorang konsultan seks mengenai bagaimana suaminya selalu mengeluh setiap kali si konsultan itu baru mengikuti sebuah seminar (seks, tentunya) "Ya, ampun, yang, seminar lagi, berarti akan ada latihan teknik-teknik baru ya??!" 

Wahahaha...
Mungkin memang setiap perempuan begitu, semua pekerjaan mereka dibawa ke rumah dan dibagikan kepada suaminya. 
Ah, entahlah, mungkin aku sok tahu :) 

tapi kali ini, 
pertanyaanku mengenai facebook, tidak ada hubungannya dengan tulisanku. 

"Nope, I just wanted to know, that's all. No biggie" 

Dia sekarang benar-benar penasaran. 
"With you, nothing is no biggie. Spill!" 

"I'm just curious, that's all" 

"I don't have a facebook account, because I don't really think I have that many friends. All my friends are here, within my reach or just a phone call away. Not like you, honey." ujarnya. 

Aku tiba-tiba menjadi sedih. 
Teman-temanku ribuan kilo jauhnya. 
Aku tak bisa mengangkat telepon dan mengajak mereka bertemu untuk ngobrol sambil minum kopi. 

Chatting via internet, adalah opsi terbaik yang bisa terjadi. 

Ah, untung seperti dia, aku juga tak punya begitu banyak teman.

..........

"Would you add me?" tanyamu tiba-tiba. 

Aku terperangah. "Add what?" 

"I mean if I had an account, will you add me?" tanyanya dengan lebih jelas.     

"Of course," jawabku dengan cepat. 

"Why?" 
"Coz, I wanted to know what's going on in your life." 

Dia menatapku dengan aneh. 
"It isn't enough that we live together, sleep together, eat breakfast together?" 

...........

Aku terdiam. 
Iyah yah kenapa aku ingin tahu lebih banyak mengenai dirinya? 
bukankah di penghujung hari kami selalu bertemu dan menceritakan apa yang terjadi di hari kami masing-masing? 

kenapa aku masih perlu tahu lebih dari itu? 

Mmmm... sebuah pemikiran menarik yang perlu aku tuliskan segera. 
Sambil kukunyah roti kismisku, 
aku mengambil pena dan buku ide-ku lalu menulis. 

dari sudut mataku, kulihat dia menyeruput kopi hitamnya dan kembali membaca korannya --kali ini dengan tenang karena tak ada lagi pertanyaan panjang dariku.

Ah, dasar! 
tak apalah, yang penting satu cerita untuk minggu depan, bisa terkirim hari ini ke editorku di Jakarta. 

:) 

*untuk semua pasangan yang berada di sekitar saya, thx for the inspiration :) *  


Monday, November 01, 2010

November #2

Sebelum tidur
sebelum lupa
sebelum terlewat sebelum sirna

sebelum tak sempat
sebelum tak dapat
sebelum tak bermakna
sebelum tak terasa

saya hanya ingin bilang: saya suka Anda pada hari ini...

November #1

Wish you were here
sitting beside me
humming
an alien song to my ears
coz only then,
life seems so easy, simple and happy.

Friday, October 29, 2010

October #3

I often wish 
that I could wake up to the sound of you humming 
but since that would never happen 
I took comfort in a warm cup of tea
knowing 
that you 
somewhere, somehow,
at the same moment 
are sipping it too... 

life is easier that way, rite? 

Thursday, October 28, 2010

October #2

seperti dua orang buta 
berjalan 
berdua 
bergandengan tangan 
meraba-raba dunia 
dalam sebuah kegelapan 
tanpa tahu makna terang 
gelap menjadi sahabat setia 
yang menemani setiap perjalanan kita 
terjatuh satu 
yang lain menunggu 
menabrak satu 
yang lain termangu 
mendengar keluhan dan erangan 
tanpa bisa berbuat banyak 
hanya bisa menguatkan gandengan 

apakah kita bahagia, bung? 

semoga iya, 
karena saya sejatinya tak begitu kenal beda konsep sedih dan bahagia 
yang saya tahu 
hanya perjalanan dalam gelap ini kita lakukan bersama 
hanya berdua 
dan genggaman erat tangan kita jadi bukti bahwa Anda selalu ada 
semoga demikian untuk selamanya. 

October #1

ada bagian dariku 
yang merindukanmu 
memang tak cukup signifikan untuk mengganggu 
namun sepertinya, aku harus berlaku adil terhadap semua rasaku 
jadi, walau tak seberapa rasa rindu itu kunikmati perlahan di dadaku 

ada sekelumit cerita 
tentangmu di kepalaku 
memang tak cukup signifikan untuk mengganggu 
namun sepertinya, aku harus berlaku adil terhadap semua cerita yang menyangkut diriku 
jadi, walau tak seberapa cerita tentangmu itu kuputar kembali di kepalaku

ada sepotong lagu 
yang menceritakan tentang dirimu 
memang tak cukup signifikan untuk mengganggu 
namun sepertinya, aku harus berlaku adil terhadap semua lagu yang menghiasi hidupku 
jadi, walau tak seberapa lagu tentangmu itu kusenandungkan di penghujung hariku 

rindu itu, cerita itu, lagu itu, 
jadi bukti bahwa kita pernah bertemu 
walau memang tak cukup signifikan untuk mengganggu 
namun aku rasa ketidaksignifikanan itu 
menjadikan semua signifikan bagiku, 

bagaimana menurutmu? 

Thursday, October 07, 2010

ide-ide untuk teh manis hangat #1

aku, cinderella
dengan gaun pesta ringan melayang
menunggu pangeran dari negeri di balik awan 
yang kan membawaku ke negeri impian

aku, cinderella
hanya terpaku di jendela terbuka
menanti sang pangeran
yang sepertinya telah salah jalan

aku, cinderella
yang hanya bisa berharap diselamatkan
karena tak punya kekuatan
hanya bisa bersabar pada masa depan

Monday, October 04, 2010

at the end of the day

bersama senja-ku
teh manis hangat-ku 
di jendela-ku
aku, mau tak mau, memikirkan hari-ku

semuanya possesive adjective 
kenapa selalu harus kepunyaanku yang kusebut ya? 
entahlah... 
mungkin memang begitu jalan pikiran manusia 

beberapa waktu yang lalu seorang muridku menjawab pertanyaan mengenai "mengapa manusia merasa perlu berkomunikasi" dengan kalimat : "karena manusia adalah makhluk sosial." 

sore ini, jawaban itu terngiang di kepalaku yang banyak rongganya. 

manusia sebagai makhluk sosial butuh manusia lain di sekitarnya. Dalam kebersamaan itu dibutuhkan komunikasi agar tercipta persamaan arti sehingga mereka bisa hidup dalam harmoni. 

Lalu ada pertanyaan selanjutnya muncul... pesan apa sih yang telah aku transfer pada orang-orang sekitarku? apakah pesan yang aku sampaikan itu menciptakan harmoni dalam kebersamaan kami? 

mmm.... 
jawaban untuk pertanyaan ke-2 sepertinya --setelah dipikir-pikir-- adalah tidak.. 
ouch! 

ah, mungkin ini sebabnya si manusia dudul itu pernah meng-cut opini gue dengan simply saying "ah, i think you need to get laid, Det!" 

Wednesday, September 29, 2010

Tua

Ky cuma elo aja yg bs dg seenaknya gondrong di umur sesenja ini dan tetep terlihat menawan!
Is it ok for me to drool a bit, honey. Promise 2morow i'll act normal again. This is just a one time deal. Promise.

Monday, September 20, 2010

10 pm without you

Kamu
bikin aku ingin bercerita melulu!
Kamu
bikin aku ingin merindu!
Kamu
bikin aku ingin
sendiri dulu.

Karena hanya dengan itu kita bisa -akhirnya- bertemu.

Thursday, September 16, 2010

just me being stupid, pissed off and lost a friend... (i think)

don't want to be a party pooper here, but is it really enough?

moving but getting no where is just a waste of energy. Screaming to action but gets no where is justifying the need to stand out.

what is hope really mean? does change really happens? you show me reaction, then i'll believe what you are doing is action!

how do we deal with problems? by facing it, not by parading... parades are for beauty queens and politicians

we've been tiptoeing around problems for too long. lets be a man and face the bloody thing in the face and get everything straight!

lost respect lost hope lost everything except life, been victimize for far too long, do really want to ask respect from me?

in some point in life, you really have to surrender and believe all the lies just to stay sane...but, i haven't reach that point yet..

then they all slowly fade away weary of the fight, a man is meant to roam alone coz never i see two heads that hold one meaning.

i can't say sorry, because i'm not. 
i'm not dwarfing your thoughts and hope 
is just i'm tired of being sitting in the hope wagon and finding out that that there's no hope, there never were.... 

if there's a need to utter sorry, it's only because... 
it was you at the other side of the war
and for that i am sorry... 

*
sayasedihsekalinampaknyamalamini  

Friday, September 10, 2010

Kebetulan Kosmik #2 : Rolling Stones, Music and all that jazz

I can't get no satisfaction, I can't get no satisfaction.

'Cause I try and I try and I try and I try.

I can't get no, I can't get no. 


Lagu di atas berjudul (I can't get no) SATISFACTION (1965) dari Rolling Stones --sebuah band ROCK berasal dari Inggris yang dibentuk pada 1962.  Band yang namanya diambil dari salah satu lagu dari Muddy Waters (Bapaknya Blues) yaitu Rollin' Stones (1950) ini masih alive and kicking sampai saat ini *hail to Keith Richards yang masih terlihat sexy di mata saya sampai saat ini* 

Apa yang spesial dari lagu di atas? Well, selain kenyataan bahwa lagu di atas adalah lagu pertama Rolling Stones yang berhasil mencapai posisi nomor 1 di kancah internasional (a.ka. Amerika Serikat), proses pembuatan lagu ini juga amat menarik untuk disimak. Berikut kisahnya: 

Pada bulan Juni 1965, Rolling Stones sedang melakukan tur ketiga mereka di Amerika Serikat. Tepatnya pada tanggal 5, mereka bermain di Jack Russell Stadium , Florida. Konser Stones menjadi rusuh ketika 200 perempuan terlibat pertikaian dengan polisi yang bertugas menjaga keamanan konser tersebut, padahal Stones baru memainkan empat lagu saja!! 

Malam itu, Keith Richards pulang ke hotelnya untuk tidur setelah lelah bermain sebagai rockstar. Saat tidur, tak sengaja dia menekan tombol 'record' di alat perekam dekat tempat tidurnya. "Saya tak ingat bahwa saya telah menekan tombol itu," ujar Pak Richards dalam sebuah wawancara, "yang saya tahu adalah saat saya bangun ada dua menit nada dan kata 'I can't get no satisfaction' yang saya nyanyikan dan 40 menit sisanya adalah bunyi dengkuran saya." 

Nada yang di 'humming' oleh Richards itu menjadi riff ( a repeated chord progression, pattern, refrain or melodic figure, often played by the rhythm section instruments or solo instrument, that forms the basis or accompaniment of a musical composition (liat di wikipedia)--atau secara sederhana  barisan nada yang diulang-ulang dalam sebuah lagu dan menjadi dasar lagu tersebut-- ) untuk lagu Satisfaction di atas. Three note guitar riff milik Richards yang didapatnya saat tidur itu menjadi pembuka dan yang men-drive seluruh lagu tersebut. 

*merinding disko* 

Apa yang terjadi pada Pak Richards, kerap terjadi di dunia musik. Ada deretan lagu canggih yang tercipta secara tak sengaja. Ini sebabnya --menurut teman saya-- musik itu sifatnya ilahi. *Didengar pada pukul 2 dini hari di perjalanan sepi dari kemang menuju cinere* 

Apakah sebuah kebetulan malam itu Pak Richards memutuskan untuk tidur (sendirian.. xixixixi)?

Apakah sebuah kebetulan malam itu Pak Richards bangun dan menyalakan tape recordernya?

Ataukah memang ada tangan-tangan tak terlihat yang mengatur hidup ini tanpa kita sadari? (cool ngak tuh kalimat gue, oh ya, tangan-tangan terlihat di ambil dari invisible hands-nya Adam Smith yang membahas bahwa adanya kekuatan tak terlihat yang mengatur jalannya sebuah pasar) 

Balik lagi ke Pak Richards dan two minutes of Satisfaction-nya. 

Saat memberi memberikan ide lagu ini ke Jagger, Pak Richards khawatir kalau-kalau musik ini terdengar mirip dengan lagu Dancing in the Street-nya Martha and the Vandellas. Tapi menurut Jagger, music tersebut lebih mirip dengan lagu folk yang pernah mereka buat bersama namun akhirnya tak digubris oleh Richards karena menurutnya lagu tersebut terlalu sederhana. 

Kebetulankah?

Bagi orang realis (kalau mau menyebut kebetulan kosmik itu surreal) tentunya semua ini bisa dijelaskan secara logis, yaitu dengan menyatakan bahwa ide Satisfaction sudah ada di kepala Pak Richards dan sudah saatnya saja untuk dikeluarkan. 

Tapi bagi pemimpi seperti saya, kenyataan ini membuat hidup itu menjadi begitu indah (:p) Adanya kebetulan kosmik yang terjadi di luar kuasa kita, selain membuat ketakutan setengah mati karena ternyata tidak adanya kesempatan untuk bersiap dan membuat jadwal, juga membuat sebuah harapan dan impian itu sah adanya. Impian-impian besar mengenai bisa terbang dan bermalas-malasan di bawah pohon di pinggir sebuah danau sambil menulis, menjadi sebuah kemungkinan dalam hidup ini. 

Ah, Pak Richards *yang ganteng banget dalam iklannya Louis Vuitton* terima kasih atas ceritanya, yah! 



____

catatan kecil saya mengenai sesuatu di luar tulisan di atas 

PS. Kenapa saya tulis ..and all that jazz sebagai judul? 

karena kemarin saya menonton film dan sempat membaca subtitlesnya menjelaskan "and all that jazz" sebagai "dan semua jazz itu" padahal mereka sedang membahas sebuah pembunuhan... (sigh) 

all that jazz itu adalah sebuah kiasan yang berarti "semua yang berhubungan dengan hal tersebut" 

contoh: I need glue, paper, strings and all that jazz to make a kite. :) 

saya merasa kesalahan ini sangat ironis, karena orang Indonesia itu sangat dekat dengan kiasan "and all that jazz," mengapa saat menerjemahkan mereka jadi begitu berjarak dengan struktur bahasanya sendiri (?) 

ah, tapi tak mengapa, I do still love Indonesian and all that jazz :) 

Wednesday, September 08, 2010

Kebetulan Kosmik #1 : dalam tiga babak

Belakangan ini saya sedang merasa dihantui oleh sarkasme seorang teman. Awalnya saya kira itu hanya sebuah gurauan belaka. Namun karena kerap, saya mulai merasa curiga ada sesuatu dibelakanganya.Tapi karena saya menganggap (atau lebih tepatnya berharap) dia adalah seorang teman, maka saya tak pernah berasumsi bahwa dia bermaksud menghina saya. Atas dasar itu, maka terakhir kali saya mendengar dia melontarkan sarkasem itu lagi, saya mulai memikirkannya secara mendalam. 

Awal ceritanya sebenarnya sederhana saja. Pada sebuah obrolan santai ditemani cappuccino dan .. (arghh saya lupa saya minum apa), saya mendapati diri saya bercerita dengan lancar mengenai bagaimana saya merasa bahwa banyak sekali orang yang tak ingin punya label pintar. Orang (terutama perempuan) kadang menolak label tersebut karena merasa tanda itu membatasinya dalam berkehidupan sosial. Siapa yang mau berteman dengan seorang smart ass? 

Sebagai mantan pengajar bahasa inggris untuk anak SMP dan SMA, hal ini kerap saya temukan di ruang kelas. Semua enggan menjawab pertanyaan dan pura-pura (errr.. atau beneran yah) tak peduli. Frustrasi berat kalau sudah begini, sulit sekali membuat mereka membuka mulut untuk menjawab --padahal saya yakin mereka tahu jawabannya. Pertama saya pikir mereka sungkan atau takut salah, namun lambat lan terlihat jelas di mata. Kelas saya selalu terbagi menjadi dua. Anak-anak yang pintar dan selalu antusias duduk di depan meja guru sedang yang asyik-keren-gemar menyeletuk lutju duduk di sudut-sudut tertawa-tawa sendiri. *ruang kelas terdiri dari dua baris memanjang dari kiri ke kanan sehingga yang terjauh dari meja saya adalah dua sudut itu* 

Karena pengalaman itu, saya merasa harus menyatakan bahwa it's cool being smart and wanted to know everything. Jadi pintar tak serta merta membuat Anda terlembar dari golongan orang-orang menyenangkan dan santai. Jadi pintar itu hanya berarti menggunakan logika dalam hidup. Sederhana. Jadi untuk apa takut jadi pintar atau merasa malu berupaya untuk menjadi lebih pintar? 

Saat bercerita dengan berapi-api, teman saya hanya menanggapi dengan dingin. Mmmm... mungkin dingin hanya asumsi, karena sejujurnya kami tak terlalu dekat sebelumnya, jadi saya tak mengenali ekspresi-ekspresi wajanya. 

Setelah sesi pemaparan mengenai konsep pintar berlalu, kami bercakap-cakap mengenai hal yang lain. Tiba-tiba dia menyeletuk, "Lo sangat terobsesi dengan PINTAR ya?" 

Entah mengapa, saya merasa ucapannya seperti sebuah tuduhan kejahatan. Saya terpana. Tapi karena dia tak melanjutkan ucapannya, saya memutuskan menyimpan komentar itu di kepala. 

Waktu berlalu dan hari berganti dan komentar-komentar teman saya yang bersinggungan dengan kekaguman saya terhadap konsep pintar pun menjadi. Lama-lama saya jadi gerah sendiri. 

Kalau boleh dianalogikan dengan sebuah kasus pembunuhan, saya sudah tahu siapa pembunuhnya, tapi bukti-bukti belum cukup untuk menyeretnya ke pengadilan. Saya ingin marah, tapi belum tahu kenapa. Saya TAHU (atau paling tidak merasa tahu) bahwa teman saya ini sedang menyindir, tapi belum tahu mengapa dan apa tujuannya.... 

Saya tahu bawa bila saya nekad bertanya, pasti hanya dijawab dengan dua bahunya yang terangkat dan ucapan, "What are you talking about, det?" 

ah, and if I heard those word, I would (then) loose it! =) 

Jadi semua itu kembali saya simpan di kepala dan berjanji bila bukti-bukti sudah kuat, saya akan menjejerkan semua itu di depannya dan meminta pertanggungan jawab atas semua ucapannya. 

END OF PART ONE

Suatu hari yang amat terasa sepi, saya bertemu dan ngobrol dengan teman saya yang satu itu lagi. Hari itu giliran dia yang banyak bicara (dan saya banyak tanya <<<< kapan sih gue diem-nya? hehehe)

Obrolan kami malam itu berkisar mengenai konsep keinginan. Pada hari naas itu, saya sedang berada dalam persimpangan hidup (taelah) dan perlu mengambil keputusan mengenai apa yang menjadi keinginan saya. Teman saya itu kemudian memutuskan untuk menjelaskan mengenai konsep "Keinginan Hati Yang Teratur."  Sebuah pembahasan yang amat sangat panjang.... yang hanya bisa saya serap sedikit demi sedikit saja. Obrolan ini diakhiri dengan inisiatifnya untuk mengirimkan berbundel-bundel (hehehe ngak ding link website sebenarnya, tp ah, saya suka dengan kata bundel jadi saya pakai yah) tulisan mengenai topik pembicaraan kami sebagai bahan perenungan (keren yah kata ini =) ) 

Bacaan dan obrolan dengannya pada saat itu hanya tersimpan di kepala saja, tak ada waktu untuk merenunginya (ciee... i really really luv this word) jadi tak ada bahasan lanjutan.  

END OF PART TWO 

Beberapa bulan lewat dari dua kejadian di atas. Waktunya saya untuk membereskan lemari buku saya yang sudah amat sangat berantakan. Banyak kertas yang harus dibuang dan buku yang harus dipisahkan. Seperti biasa, kegiatan itu pasti akan memakan waktu yang sangat lama. Kenapa? karena setiap kali membereskan lemari buku, saya kadang tak hanya merapikan buku-buku itu, tapi kadang secara tidak sengaja, ikut membaca buku-buku yang menarik mata. Hehehe.. jadi tak selesai-selesai pekerjaannya. 

Hari itu, saya menemukan tumpukan buku milik Bapak-Ibu yang dengan tidak hormat diselipkan di lemari saya... Arghhhh.... saat saya memikirkan bagaimana membereskannya, saya menemukan sebuah buku hitam yang menarik hati. Sebuah buku panduan untuk hidup lebih baik (berbeda dengan saya, sepertinya orang tua saya gemar membaca hal-hal seperti ini). 

Saat membukanya saya tiba-tiba tertumbuk pada halaman yang di mana tertulis : 

Hal Keinginan Hati Yang Teratur 
eittssss, this is what my friend was talking about, begitu pikiran yang terlintas di kepala saya. Kemudian ada tulisan " Orang yang sombong dan yang kikir tidak pernah tentram hatinya" 

Lho, kok bagian mengenai kesombongan sih? Apa hubungannya keinginan hati dan kesombongan? Karena penasaran saya membuka halaman daftar isi dan menemukan ada bagian yang membahas mengenai 'Rasa Rendah Hati'

"Mereka yang banyak pengetahuannya biasanya suka menjadi orang terkenal dan disebut orang pandai." 

DENG DENG DENG 

seperti tendangan tanpa bayangan yang sekonyong konyong datang dari balik pepohonan (kebetulan beberapa saat sebelumnya saya menemukan tumpukan S. Kho Ping Ho lawas di lemari buku =) ) 

gedubrak!!!! 

tiba-tiba teringat semua sindiran teman saya mengenai konsep kepintaran. Aih, so this is where i got it all wrong. Ada pemikiran bahwa orang pintar adalah orang sombong. Saya tak pernah menyadari itu. Orang pintar di kepala saya adalah orang-orang yang cukup cerdas untuk mengetahui bahwa kesombongan adalah awal dari kehancuran. 

Saya terus membaca: 
"Hendaklah kita membuang segala keinginan akan pengetahuan yang melampaui batas, karena hal itu hanya menimbulkan banyak kebingungan dan kekecewaan saja" 

Aih, mateee deh.... 
semua ini mengobrak abrik pemikiran saya mengenai kepintaran. Ternyata benar adanya bahwa ignorance is bliss... ketidakpedulian adalah berkah. 

Pengetahuan, kepintaran dan segala hal itu hanya membuat kepala menjadi lebih berat saja. Hidup jadi tak nyaman karena ada keinginan untuk terus mencari dan mencari.

Tiba-tiba it dawn to me (ndak tahu bahasa Indonesianya) that sindiran teman saya itu, bukan sebuah upaya untuk menghina saya. Ini hanya satu cara saja untuk menyederhanakan gudang di kepala saya yang dipenuhi keinginan-keinginan yang tak jelas dan berantakan. 

Ya ampyun!!!! 

Saya tak menyangka (mungkin dia juga tak menduga yah) bahwa obrolan kami, pertemuan kami dan kejadian dalam hidup saya terkait dalam kebetulan kosmik yang mencengangkan (errr... ini penekanan yang tak perlu karena kebetulan kosmik selalu mencengangkan) 

END OF PART THREE 

HAPPY =)