Wednesday, September 29, 2010
Tua
Is it ok for me to drool a bit, honey. Promise 2morow i'll act normal again. This is just a one time deal. Promise.
Monday, September 20, 2010
10 pm without you
bikin aku ingin bercerita melulu!
Kamu
bikin aku ingin merindu!
Kamu
bikin aku ingin
sendiri dulu.
Karena hanya dengan itu kita bisa -akhirnya- bertemu.
Thursday, September 16, 2010
just me being stupid, pissed off and lost a friend... (i think)
Friday, September 10, 2010
Kebetulan Kosmik #2 : Rolling Stones, Music and all that jazz
'Cause I try and I try and I try and I try.
I can't get no, I can't get no.
Lagu di atas berjudul (I can't get no) SATISFACTION (1965) dari Rolling Stones --sebuah band ROCK berasal dari Inggris yang dibentuk pada 1962. Band yang namanya diambil dari salah satu lagu dari Muddy Waters (Bapaknya Blues) yaitu Rollin' Stones (1950) ini masih alive and kicking sampai saat ini *hail to Keith Richards yang masih terlihat sexy di mata saya sampai saat ini*
Apa yang spesial dari lagu di atas? Well, selain kenyataan bahwa lagu di atas adalah lagu pertama Rolling Stones yang berhasil mencapai posisi nomor 1 di kancah internasional (a.ka. Amerika Serikat), proses pembuatan lagu ini juga amat menarik untuk disimak. Berikut kisahnya:
Pada bulan Juni 1965, Rolling Stones sedang melakukan tur ketiga mereka di Amerika Serikat. Tepatnya pada tanggal 5, mereka bermain di Jack Russell Stadium , Florida. Konser Stones menjadi rusuh ketika 200 perempuan terlibat pertikaian dengan polisi yang bertugas menjaga keamanan konser tersebut, padahal Stones baru memainkan empat lagu saja!!
Malam itu, Keith Richards pulang ke hotelnya untuk tidur setelah lelah bermain sebagai rockstar. Saat tidur, tak sengaja dia menekan tombol 'record' di alat perekam dekat tempat tidurnya. "Saya tak ingat bahwa saya telah menekan tombol itu," ujar Pak Richards dalam sebuah wawancara, "yang saya tahu adalah saat saya bangun ada dua menit nada dan kata 'I can't get no satisfaction' yang saya nyanyikan dan 40 menit sisanya adalah bunyi dengkuran saya."
Nada yang di 'humming' oleh Richards itu menjadi riff ( a repeated chord progression, pattern, refrain or melodic figure, often played by the rhythm section instruments or solo instrument, that forms the basis or accompaniment of a musical composition (liat di wikipedia)--atau secara sederhana barisan nada yang diulang-ulang dalam sebuah lagu dan menjadi dasar lagu tersebut-- ) untuk lagu Satisfaction di atas. Three note guitar riff milik Richards yang didapatnya saat tidur itu menjadi pembuka dan yang men-drive seluruh lagu tersebut.
*merinding disko*
Apa yang terjadi pada Pak Richards, kerap terjadi di dunia musik. Ada deretan lagu canggih yang tercipta secara tak sengaja. Ini sebabnya --menurut teman saya-- musik itu sifatnya ilahi. *Didengar pada pukul 2 dini hari di perjalanan sepi dari kemang menuju cinere*
Apakah sebuah kebetulan malam itu Pak Richards memutuskan untuk tidur (sendirian.. xixixixi)?
Apakah sebuah kebetulan malam itu Pak Richards bangun dan menyalakan tape recordernya?
Ataukah memang ada tangan-tangan tak terlihat yang mengatur hidup ini tanpa kita sadari? (cool ngak tuh kalimat gue, oh ya, tangan-tangan terlihat di ambil dari invisible hands-nya Adam Smith yang membahas bahwa adanya kekuatan tak terlihat yang mengatur jalannya sebuah pasar)
Balik lagi ke Pak Richards dan two minutes of Satisfaction-nya.
Saat memberi memberikan ide lagu ini ke Jagger, Pak Richards khawatir kalau-kalau musik ini terdengar mirip dengan lagu Dancing in the Street-nya Martha and the Vandellas. Tapi menurut Jagger, music tersebut lebih mirip dengan lagu folk yang pernah mereka buat bersama namun akhirnya tak digubris oleh Richards karena menurutnya lagu tersebut terlalu sederhana.
Kebetulankah?
Bagi orang realis (kalau mau menyebut kebetulan kosmik itu surreal) tentunya semua ini bisa dijelaskan secara logis, yaitu dengan menyatakan bahwa ide Satisfaction sudah ada di kepala Pak Richards dan sudah saatnya saja untuk dikeluarkan.
Tapi bagi pemimpi seperti saya, kenyataan ini membuat hidup itu menjadi begitu indah (:p) Adanya kebetulan kosmik yang terjadi di luar kuasa kita, selain membuat ketakutan setengah mati karena ternyata tidak adanya kesempatan untuk bersiap dan membuat jadwal, juga membuat sebuah harapan dan impian itu sah adanya. Impian-impian besar mengenai bisa terbang dan bermalas-malasan di bawah pohon di pinggir sebuah danau sambil menulis, menjadi sebuah kemungkinan dalam hidup ini.
Ah, Pak Richards *yang ganteng banget dalam iklannya Louis Vuitton* terima kasih atas ceritanya, yah!
____
catatan kecil saya mengenai sesuatu di luar tulisan di atas
PS. Kenapa saya tulis ..and all that jazz sebagai judul?
karena kemarin saya menonton film dan sempat membaca subtitlesnya menjelaskan "and all that jazz" sebagai "dan semua jazz itu" padahal mereka sedang membahas sebuah pembunuhan... (sigh)
all that jazz itu adalah sebuah kiasan yang berarti "semua yang berhubungan dengan hal tersebut"
contoh: I need glue, paper, strings and all that jazz to make a kite. :)
saya merasa kesalahan ini sangat ironis, karena orang Indonesia itu sangat dekat dengan kiasan "and all that jazz," mengapa saat menerjemahkan mereka jadi begitu berjarak dengan struktur bahasanya sendiri (?)
ah, tapi tak mengapa, I do still love Indonesian and all that jazz :)
Wednesday, September 08, 2010
Kebetulan Kosmik #1 : dalam tiga babak
Monday, September 06, 2010
Clapton is GOD
Sunday, September 05, 2010
Detta Gendut Tapi Nyaman dengan Keadaan itu
Saya kerap nonton film yang bercerita mengenai bagaimana orang berjuang melawan kegemukannya. Beberapa film yang membekas di kepala adalah Love on a Diet (2001) yang memperlihatkan Sammi Cheng dan Andy Lau jadi orang gendud yang berusaha diet untuk mendapatkan cinta dan Real Women Have Curves(2002) yang dibintangi oleh America Ferrera. Hanya dua. Memang tak banyak memang yang membuat saya terkesan. Karena kebanyakan cerita mengenai kegemukan, hanya sebuah cerita klise belaka, tanpa benar-benar mengetahui cerita di balik kegemukan itu.
Film itu mendapat mixed review dari saya karena penciptaan karakter si gemuk itu tak mantap, atau paling tidak tak terasa kuat saat saya menontonnya. Selesai menonton itu, saya berpikir --tanpa melakukan research mendalam-- orang yang membuat ini pasti tak tahu bagaimana rasanya menjadi gemuk. Jadi titip salam saja buat Peter Levin, Rodney Johnson, Nora Kletter dan Richard Kletter yang bercerita bahwa orang gendud itu selalu diganggu oleh orang kurus.
Lalu pagi ini saya menonton sebuah reality show : Stylista : Elle Magazine Reality Show. Tak lama sih, cuma melihat sebentar saat jadi kutu loncat remote.. :)
Nah, bagian yang saya tonton itu memperlihatkan seorang kontestan yang gemuk, sedang makan. Saat mengunyah pizza itu, si kontestan bilang, "although i might actually not look it, but i can't really eat that much"
dan kamera terus menangkap dia mengunyah mengunyah dan mengunyah....
Saya tertawa pahit....
Saya tahu betapa sulitnya jadi orang gemuk. Jadi kepikiran untuk menulis entri ini di multiply.
Saya tahu bagaimana rasanya naik angkot dan dapat tatap, aih orang gemuk ini masuk, mau duduk di mana dia?
Saya tahu bagaimana rasanya menyebutkan ukuran celana saya, dan ditatap oleh mbak-mbak pelayan dan dikatakan, ah, ngak mungkin mbak ukurannya segitu, kayanya ngak muat deh, mbak... :) makasih lho, mbak!
Saya juga tahu bagaimana rasanya ditanyakan, sedang hamil, mbak? << yang kemudian saya jawab dengan "nggak kok emang gendud aja" yang membuat mbak itu merasa tak enak... adooh maaf ya... gue lagi bete hari itu sehingga harimau di mulut gue ndak dirantai, maaf ya :(
Hidup jadi orang gendud itu memang ajaib. Saat Anda gendud, banyak sekali orang yang merasa kasihan. Anda kerap --tiba-tiba ditanya mengenai berat badan Anda oleh orang asing, dan Mereka juga akantiba-tiba tanpa di minta-- memberi resep kurus dan tempat nge-gym paling baik atau apalah. Gendud di sini menjadi aib.
Sebuah stigma yang menyatakan bahwa Anda tak normal.
Tapi tak semua orang begitu. Ada banyak yang bisa melihat melewati batas kegendud-an itu. Saya sih amat bersyukur karena tak orang di sekitar saya yang mempermasalahkan kegemukan saya. Mungkin itu alasannya mengapa saya tak pernah merasa kebutuhan untuk mengarang cerita, "sebenernya saya makannya dikit, lho" atau apalah agar orang memaklumi kegemukan saya.
Saya gendud karena saya suka makan, makanan ibu saya. Hehehe...
Saya suka makan es krim, minum bir dan makan apapun yang berhubungan dengan pasta dan gorengan.
Saya gendud karena diri saya yang gemar mendudukkan diri di kursi dan berhadapan dengan komputer seharian juga membaca novel-novel roman sambil tidur-tiduran...
itu alasan mengapa saya gendud.
dan setelah saya melihat alasan-alasan itu, saya menimbang apakah saya rela menghilangkannya untuk mendapat sebuat tempat di masyarakat "normal" dengan baju ukuran 2 dan 4 ?
ah, kayanya belum dulu deh....
saya memang gendud tp sumpah mampus ini kondisi ini sudah cukup nyaman... :)
yah, segitu dulu soal kegemukan ....
*terpicu oleh reality show tadi pagi. God bless me and my fat belly*
Seasons of Love -lyric
Six hundred minutes
Five hundred twenty-five thousand
Moments so dear
Five hundred twenty-five thousand
Six hundred minutes
How do you measure, measure a year?
In daylights, in sunsets
In midnights, in cups of coffee
In inches, in miles, in laughter, in strife
In five hundred twenty-five thousand
Six hundred minutes
How do you measure, a year in the life?
How about love?
How about love?
How about love?
Measure in love
Seasons of love
Seasons of love
Five hundred twenty-five thousand
Six hundred minutes
Five hundred twenty-five thousand
journeys to plan
Five hundred twenty-five thousand
Six hundred minutes
How do you measure the life
Of a woman or a man?
In truths that she learned
Or in times that he cried
In bridges he burned
Or the way that she died.
It's time now, to sing out
Though the story never ends
Let's celebrate
Remember a year in the life of friends.
Remember the love
(Oh, you got to, you got to remember the love)
Remember the love
(You know that life is a gift from up above)
Remember the love
(Share love, give love, spread love)
Measure in love
(Measure, measure your life in love)
Seasons of love
Seasons of love
(Measure your life, measure you life in love)