"Ganteng, ya?"
kalimat tanya retoris milik gue ini sering kali mendulang banyak tanggapan.
"Hush, anak perempuan ndak boleh ngomong begitu. Ndak baik" adalah satu tanggapan yang ndak bakal gue lupa. Tanggapan yang paling sering gue terima untuk pernyataan gue di atas itu adalah "Ya ampyun, det.. serius lo?"
Semua tanggapan itu gue tanggapi (hehehe) dengan ketawa. Padahal kepala gue merekam semua itu dan bertanya-tanya kenapa banyak orang ndak sama konsep gantengnya sama gue.
gue inget waktu kuliah gue tergila2 sama sosok drummer pendiam yang tinggi dan gondrong. Semua temen gue mengernyit saat gue memandangi si sosok yang gue cap ganteng itu dengan mupeng. Padahal menurut gue kegantengan orang ini jelas kok. kulit putih, banyak senyum, tinggi, rahang kotak... nyum... tapi kenapa tetep orang heran sama alasan gue nyebut dia ganteng yah?
Di masa itu pula gue suka banget memandangi satu lelaki dengan alis tebal yang seminggu sekali selama 2 semester nongkrong sama gue di sebuah komunitas. Gue ndak tergila2 sama dia, tp menurut gue dia ganteng. Pertama kali ketemu sama dia, gue melihat dia menutup mata dan bersandar di sebuah taman. Waktu itu cahaya matahari sore jatuh di mukanya, dan gue nge-batin- gokil keren banget tulang mukanya... Dengan kulitnya yang kecoklatan dan alisnya yang tebal.. dia keliatan laki banget,,,, herannya, dia (yang setelah itu jadi temen gue) suka cerita betapa banyak cewek yang nolak cintanya.. dia merasa dirinya tidak cukup ganteng.... tinggal gue yang menggeleng.. gokil!
Tambah umur, harus gue akui memang konsep ganteng gue mulai menunjukkan keganjilannya. tapi tidaklah jauh-jauh banget dari konsep ganteng di awal tadi.
lelaki berumur 50-an dengan tas kulit pudar yang di sandang dipundaknya menurut gue sangat ganteng. Apalagi saat mendengar dia berdiri bicara mengenai kajian budaya dengan kemeja kotak-kotak digulung lengannya sambil bersandar di depan kelas dengan santai sambil bersedekap. 2 jam kuliah ndak berasa, baby!!!
suara berat orang yang berbicara dengan pronounciation inggris yang tepat, bisa membuat sosok yang sebelumnya tidak pernah keliatan, jadi ganteng bagi gue...
yang menurut gue agak aneh adalah sosok lelaki yang terlihat baik hati dan tidak sombong dengan suara tertawanya yang khas yang gue cap ganteng, ternyata tetep dianggap aneh oleh temen-temen gue. Kecakapannya memilih pakaian, kerapiannya menjaga dirinya, kemampuannya mempertahankan sweater dipundaknya untuk tetap terlihat apik sepanjang hari, tidak bikin temen2 gue menyetujui pemberian label ganteng gue ke sosok orang itu.
lelaki botak dengan mata besar yang penuh ekspresi yang gue anggap ganteng beratz, diketawain sama temen2 gue (kecuali 2 perempuan yang nonton film lelaki itu bareng sama gue dan mendesah tiap kali si bapak masuk frame)
jadi kaya gimana sih ganteng itu? karena setiap kali gue men-cap- seorang ganteng, rasanya banyak suara yang menolak cap itu... bukannya gue menolak suara-suara itu ... tapi gue cuma mau tahu apakah ada standart ke-gantengan.. karena gue lihat sepertinya perempuan cantik itu punya definisi yang tegas... kenapa kalau pria ganteng tidak yah?
mmmm....tanya kenapa?
4 comments:
makanya, ada sahabat gue yang lebih memilih kata "unik" daripada "ganteng" untuk mendefinisikan sosok laki-laki yang dia suka. :D
ahaha... untung gue ndak pernah 'suka' sama lelaki ganteng,,, hahaha.. lelaki ganteng itu enaknya buat dilihat saja... bukan untuk disukain... :)
laki-laki ganteng itu mampu membuat tersenyum setiap kali dia muncul. kemarin itu kejadian. hihihi :P
kayaknya ga ada definisi ganteng yang pasti untuk setiap orang. cuma adanya ganteng yang mainstream ato yang bukan. hehehe :P
setuju det, lelaki ganteng selalu menyenangkan buat dilihat aja.
Post a Comment