Sunday, November 28, 2010

Dia

Saya melihatnya melintas di ruangan penuh dengan orang.  Tiba-tiba suara hiruk pikuk menjadi bungkam. Hanya sosok dia terlihat jelas. Hal-hal lain dalam ruang itu mendadak hilang dan berada dalam kecepatan yang berbeda dengan sosok dia. Hanya sekelibat memang dan harus saya akui, bahwa pertama saya tak percaya pada pandangan saya. Namun segala keraguan  menguap saat saya merasakam degupan  jantung yang terkurung di dada ini mengatakan bahwa dia merasakan kembaran irama di dekatnya.

Orang itu adalah orang yang sama yang telah membuat saya terpana dalam rentangan waktu yang lama. Dia orang yang sama telah membuat saya mencicipi rasa bahagia dan sekaligus membuat saya berkenalan dengan rasa pedih di dada. 

Siyal, cukup lama saya terpana. Menghentikan detak waktu memang tak bisa sedemikan lama. Hanya sesaat saja.

Setelah mengalami lompatan waktu yang cukup membuat dengkul jadi lemas. Pertanyaan seharga semilyar berada di hadapan saya. Haruskah saya menghampirinya? Atau saya harus diam saja menanti percepatan rasa itu berlalu lalu membukukan semua ini sebagai sebuah kenangan belaka. 


Thursday, November 11, 2010

Dulu

Dulu
kalau sedang jatuh rindu,
mengendusi kaosmu di antara tumpukan baju yg baru disetrika saja,
sudah cukup mengobati rasa itu

Dulu
kalau sedang jatuh rindu,
membakar satu batang rokok kesukaanmu saja,
sudah bisa membuatku lupa akan rasa yang bersarang di dadaku.

Dulu,
kalau sedang jatuh rindu,
mendengar suaramu di alat kecil yang kutempelkan di kupingku saja, sudah bisa membuatku tak didera rasa ingin bertemu.

Tapi mengapa kali ini
melihatmu di sisiku
aku masih tenggelam dalam rindu ya?

#rinduyganeh


Dulu

Tuesday, November 09, 2010

November #4

Terjun bebas dalam kubangan kenangan
sambil berharap tak akan tenggelam
sambil berharap tak akan hancur berantakan

entah apakah ini bisa dianggap langkah berani

atau sebuah tindakan bunuh diri...

Semoga perjalanan mundur ini bisa menyiapkan diri saya untuk masa depan yang lebih nyaman bukan derita yang berkepanjangan.

Semoga.

Sunday, November 07, 2010

Untuk seorang kawan yg baru masuk ke gua-nya

Dua minggu?
Tiga?
Atau satu bulan saja sekalian.

:)

Tak apa.
Asal semua kembali dengan aman.

:)

Jaga dirimu baik baik, kawan.

Friday, November 05, 2010

November #4 -You Me and Cups of Coffee

You, Me and Cups of Coffee 

A date for 3 o'clock sharp 
I came to the spot right on the dot 
But you text that you'll be a little late 
just finished feeding the baby, you said. 
all I could do is smile and wait for a while 

Around 5 you arrive 
with a bright smile and a warm "HI"
can't believe 7 years just passed us by 
how quickly those years slipped without us knowing why 

this is the time for 
you me 
with 
cups of coffee 
maybe some tea 
bits of laughter 
and whole lotta stories 

You talk of adorable kids and white picket fences 
I talk of hectic traffic and the crazy people I meet 
Not too related I know 
but laughter is what we always have in common 

so, talk some more my friend 
coz I do really want to know 
how life have treated you up until now
and how we become so much different you and I 


*thx for everything dear friends*   


November #3 - Sabtu Pagi

Sabtu. 
Pukul 9 pagi.
Sarapan. 
Aku dan dia 
seperti biasa 

Aku mengunyah roti kismis 
dan dia meneguk kopi hitam tanpa gula.

"Are you on facebook?" tanyaku membuka percakapan kami.  
"Nope," jawabnya ringan tanpa melepaskan pandangan dari koran pagi bagian hiburan. 

"Why?" tatapku denga curiga. 

"Why are you asking this, dear?" balasnya.  

Kali ini sambil menurunkan korannya, dia menatapku sesaat. 
Sambil menunggu jawabanku, dia mengulurkan tangannya ke meja dan meraih cangkir kopinya. Lalu meminum kopi buatanku itu. 

Tak ada jawaban dariku. 
Sepertinya aku juga tak tahu mengapa aku melontarkan pertanyaan itu. 

Setelah menunggu beberapa saat, dia kembali membenamkan hidungnya ke koran itu lagi. 

Huh, sepertinya aku sudah terlalu lama tinggal di negara ini. Bahasa Indonesia tak mengenal frase "membenamkan hidung di koran." Ah, sebuah terjemahan harafiah yang memalukan!

Untuk beberapa saat aku mengembara sendiri dengan pikiranku mengenai frase Indonesia yang bisa menjelaskan "buried my nose in the paper" dengan lebih baik. Aku lupa bahwa aku sedang terlibat dalam sebuah percakapan di meja makan bersama orang yang kusayang. Namun sepertinya dia juga sudah lupa. Karena --kelihatannya-- berita di koran itu lebih butuh perhatian daripada pertanyaan "kenapa" dariku. 

"Why are you not on facebook?" 
aku kembali ke realita untuk menuntaskan pertanyaanku. 

"eerrrr....." 
Dia menurunkan korannya. 
Dia sepertinya sadar bahwa aku benar-benar ingin bertanya. 

"Does this have anything to do with the piece that you've been working on lately?" tanyanya sambil menghela napas. 

Aku tertawa. 
Kenapa dia selalu menyangka semua pertanyaanku selalu berhubungan dengan pekerjaanku. 

Aku jadi teringat sebuah pembicaraan ringan dengan seorang konsultan seks mengenai bagaimana suaminya selalu mengeluh setiap kali si konsultan itu baru mengikuti sebuah seminar (seks, tentunya) "Ya, ampun, yang, seminar lagi, berarti akan ada latihan teknik-teknik baru ya??!" 

Wahahaha...
Mungkin memang setiap perempuan begitu, semua pekerjaan mereka dibawa ke rumah dan dibagikan kepada suaminya. 
Ah, entahlah, mungkin aku sok tahu :) 

tapi kali ini, 
pertanyaanku mengenai facebook, tidak ada hubungannya dengan tulisanku. 

"Nope, I just wanted to know, that's all. No biggie" 

Dia sekarang benar-benar penasaran. 
"With you, nothing is no biggie. Spill!" 

"I'm just curious, that's all" 

"I don't have a facebook account, because I don't really think I have that many friends. All my friends are here, within my reach or just a phone call away. Not like you, honey." ujarnya. 

Aku tiba-tiba menjadi sedih. 
Teman-temanku ribuan kilo jauhnya. 
Aku tak bisa mengangkat telepon dan mengajak mereka bertemu untuk ngobrol sambil minum kopi. 

Chatting via internet, adalah opsi terbaik yang bisa terjadi. 

Ah, untung seperti dia, aku juga tak punya begitu banyak teman.

..........

"Would you add me?" tanyamu tiba-tiba. 

Aku terperangah. "Add what?" 

"I mean if I had an account, will you add me?" tanyanya dengan lebih jelas.     

"Of course," jawabku dengan cepat. 

"Why?" 
"Coz, I wanted to know what's going on in your life." 

Dia menatapku dengan aneh. 
"It isn't enough that we live together, sleep together, eat breakfast together?" 

...........

Aku terdiam. 
Iyah yah kenapa aku ingin tahu lebih banyak mengenai dirinya? 
bukankah di penghujung hari kami selalu bertemu dan menceritakan apa yang terjadi di hari kami masing-masing? 

kenapa aku masih perlu tahu lebih dari itu? 

Mmmm... sebuah pemikiran menarik yang perlu aku tuliskan segera. 
Sambil kukunyah roti kismisku, 
aku mengambil pena dan buku ide-ku lalu menulis. 

dari sudut mataku, kulihat dia menyeruput kopi hitamnya dan kembali membaca korannya --kali ini dengan tenang karena tak ada lagi pertanyaan panjang dariku.

Ah, dasar! 
tak apalah, yang penting satu cerita untuk minggu depan, bisa terkirim hari ini ke editorku di Jakarta. 

:) 

*untuk semua pasangan yang berada di sekitar saya, thx for the inspiration :) *  


Monday, November 01, 2010

November #2

Sebelum tidur
sebelum lupa
sebelum terlewat sebelum sirna

sebelum tak sempat
sebelum tak dapat
sebelum tak bermakna
sebelum tak terasa

saya hanya ingin bilang: saya suka Anda pada hari ini...

November #1

Wish you were here
sitting beside me
humming
an alien song to my ears
coz only then,
life seems so easy, simple and happy.