Sunday, November 28, 2010

Dia

Saya melihatnya melintas di ruangan penuh dengan orang.  Tiba-tiba suara hiruk pikuk menjadi bungkam. Hanya sosok dia terlihat jelas. Hal-hal lain dalam ruang itu mendadak hilang dan berada dalam kecepatan yang berbeda dengan sosok dia. Hanya sekelibat memang dan harus saya akui, bahwa pertama saya tak percaya pada pandangan saya. Namun segala keraguan  menguap saat saya merasakam degupan  jantung yang terkurung di dada ini mengatakan bahwa dia merasakan kembaran irama di dekatnya.

Orang itu adalah orang yang sama yang telah membuat saya terpana dalam rentangan waktu yang lama. Dia orang yang sama telah membuat saya mencicipi rasa bahagia dan sekaligus membuat saya berkenalan dengan rasa pedih di dada. 

Siyal, cukup lama saya terpana. Menghentikan detak waktu memang tak bisa sedemikan lama. Hanya sesaat saja.

Setelah mengalami lompatan waktu yang cukup membuat dengkul jadi lemas. Pertanyaan seharga semilyar berada di hadapan saya. Haruskah saya menghampirinya? Atau saya harus diam saja menanti percepatan rasa itu berlalu lalu membukukan semua ini sebagai sebuah kenangan belaka. 


2 comments:

ric ky said...

fokusnya ke dia yang lain nge-blur

detta aryani said...

Dasar fotografer. *jgn tanya knp gw ngomong ini krn cm asal belaka*