Tuesday, December 29, 2009

Viewer discretion is advised *** seriously !

Tiba-tiba hidup saya terasa seperti tokoh dalam film arahan Paul Agusta.
Ada rasa benci yang terasa mengiris dengan perih.
Sebuah luka menganga.
Memerah.
Berdarah.
Merintih tak ada arti.
Menjerit apalagi.
Semua tak bisa membuat rasa sakit itu menjadi sedikit lebih bisa ditoleransi.
Yang bisa dilakukan hanyalah
menerima perih pedih sakit itu dengan lapang
dan berharap pada kuasa yang ada
agar rasa itu cepat hilang

pada detik terakhir
saya masih juga merasa seperti adegan terakhir film tersebut.
sekarat dengan pisau di genggaman
sekarat dengan dua buah pilihan
berusaha hidup dengan luka besar menganga
atau mati
menghilangkan eksistensi seorang saya
menghilangkan semua kewajiban sebagai seorang manusia yang dicipta
menghilangkan sebuah konsep mengenai masa depan
menghilangkan kerja keras manusia-manusia yang menganggap diri mereka sebagai tuhan saya

ada yang pernah berkata bahwa mati adalah tindakan yang mudah, yang sulit adalah berusaha untuk hidup.
Ah, itu menurut saya hanyalah permainan kata-kata.
mati juga sebuah usaha yang sulit
terlebih saat kematian harus dibuat sendiri.

ada perang di dada
dan pertanyaan-pertanyaan what if yang terus berputar-putar di kepala.
"Kamu tak bisa dikubur di tanah gereja,"
begitu ungkap sebuah film yang sampai saat ini masih saya renungi isinya
"Hidup ini bukan punya kamu. Sudah ada tertulis di bintang mengenai dirimu dan kamu harus menjalani takdir itu,"
Tidak ada pilihan dalam hidup
ah, terasa dingin sekali hidup itu.
sedingin pisau yang ada dalam genggaman
pilihan ada di tangan
pilihan menolak takdir

ataukah sebenarnya takdir yang menunjukkan jalan ini?
ah, sekali lagi sebuah kebimbangan...

mengapa hidup ini tak ada manual..
atau sebenarnya dulu pernah ada
dan karena orang-orang seperti saya --yang selalu membuang buku manual dari semua barang yang saya beli--
akhir manual mengenai hidup itu tak lagi diterbitkan

ah, kenapa saya terus meracau.
sesaat pisau di genggaman terasa semakin berat
dan mata pisaunya memandangi saya dengan menantang

are you gonna do it, punk?

ya, saya ingin mati... gumam saya...
kenapa? suara di kepala saya bertanya
apakah harus ada alasannya ...

bukankah butuh bertahun-tahun bagi seorang manusia untuk menemukan alasan bagi dirinya untuk hidup. bahkan ada yang sampai sekarang ada juga yang belum menemukan alasannya....

bolehkan jika itu berlaku juga buat mati?
mati dulu...
baru nanti...
nanti.... saya akan kabari kamu alasan yang tepat untuk smua ini....

veronika decided to die menggambarkan keabsurdan mencari tahu mengapa seorang ingin mati dengan cantik....

ada orang yang mencoba menghancurkan gambaran indah di kepala saya dengan mencerca penulisnya sambil berkata,

"saya kenal dia dan dia menulis itu semua karena dia tahu apa yang ingin dibaca oleh masyarakat luas. Saya yakin dia tak berpikir demikian, itu hanya sebuah bunga-bunga saja"

crap!
kenapa tiba-tiba saya teringat pada lelaki yang mengucapkan kalimat itu...
crap!
kenapa tiba-tiba ada rasa marah menggelora di dada.

"Kalo lo masih marah, berarti lo masih peduli"
kutipan yang selalu nempel di kepala
yang diucapkan oleh seseorang sambil tersenyum sinis

crap...
kenapa tiba-tiba dunia saya yang tadi dingin sepi sendiri
terasa sempit karena kenangan-kenanga norak mengenai orang-orang yang pernah hadir  dalam hidup saya bermunculan satu per satu

bagaimana orang bisa mati saat dipandangi oleh wajah-wajah familiar itu

saya dan pisau dingin itu terpaku

sekarat dengan dua buah pilihan
berusaha hidup dengan luka besar menganga
atau mati

hanya ada dua pilihan itu...
dan darah masih terus mengalir
menunggu
dan terus menunggu

apakah hidup masih layak dipertahankan
saat keinginan untuk hidup dan mati
tak ada lagi yang menggebu

akhirnya saya hanya bisa mangu
menunggu takdir menuntun tangan saya yang sudah terasa kaku...


jakarta, 29/12/10

sori, tapi saya harus nulis ini...
maaf kalau ini mengganggu ....






Wednesday, December 23, 2009

kadang...

kadang waktu sepertinya tak cukup untuk menampung semua kata yang ingin saya ucapkan pada Anda. 

kadang semua cerita tak bisa saya ringkas dalam satu bingkai waktu yang tersedia bagi kita... 

kadang, saya ingin memaki waktu yang harus membagi dirinya menjadi pagi, siang dan malam sehingga memaksa saya dan Anda memutuskan cerita untuk makan, minum, tidur, kuliah, berpacaran, menikah, bekerja dan bersuka ria.  

tapi kadang, menyelinap sebuah kesadaran bahwa Anda tak butuh cerita panjang saya, intrik dalam hidup saya dan segala tumpukan emosi saya, untuk memahami saya. 

kadang, saya harus mengaku bahwa kata sahabat bukan tak ada artinya. 

kadang, saya harus iklas menerima rasa nyaman bahwa ada manusia di dunia ini yang rela membukakan pintu rumah saat saya mengetuknya pada pukul 3 dini hari... 


Happy Holiday, Sobat! 

it's that time of the year where being sappy is the only thing a person can do when one got a story to share and only you that can relate to... 

Sekedar fiksi namun tidak belaka sifatnya...


Fiksi adalah sebuah istilah sastra yang berarti tidak benar terjadi atau sebuah karangan belaka. Demikian definisi yang diungkap oleh http://id.wikipedia.org 

sesuatu yang tidak benar
definisi di atas membuat saya sedikit menggaruk kepala, lalu saya mencoba membuka definisi lain.  

Fiction (Latinfictum, "created") is a branch of literature which deals, in part or in whole, with temporally contrafactual events (events that are not true at the time of writing). In contrast to this is non-fiction, which deals exclusively in factual events (e.g.: biographieshistories). Semi-fiction is fiction implementing a great deal of non-fiction,[1] e.g. a fictional description based on a true story.

sesuatu yang dibuat
sesuatu yang tidak nyata saat dituliskan 

wah, definisi ini lebih bisa diterima oleh saya.
tapi saya masih penasaran.... http://dictionary.reference.com jadi sumber terakhir yang saya buka... dan artinya adalah sebagai berikut : 

    1. An imaginative creation or a pretense that does not represent actuality but has been invented.

    2. The act of inventing such a creation or pretense.

    3. A literary work whose content is produced by the imagination and is not necessarily based on fact.

    4. The category of literature comprising works of this kind, including novels and short stories.

  • A lie.

    1. A literary work whose content is produced by the imagination and is not necessarily based on fact.

    2. The category of literature comprising works of this kind, including novels and short stories.

  • Law Something untrue that is intentionally represented as true by the narrator.

  •  
    ==== 
    fiksi butuh imaji, butuh diciptakan, butuh pengaturan... 
    wah berat juga yah... 

    menceritakan sesuatu yang tak nyata 
    tak ada 
    tak dekat dengan penulisnya... 

    mmm.... 
    jadi tambah pertanyaan... 
    dan tiba-tiba berharap rambut saya berubah jadi pirang.... 

     

    Friday, December 18, 2009

    Nyaman!

    Menurut salah satu perempuan yang paling cerdas yang saya pernah kenal, saya adalah orang yang mengagungkan kenyamanan. Saat mendengar ucapan orang yang memiliki label sahabat saya itu, saya hanya bisa mengangguk dan mengiyakan. Saya pikir, siapa sih yang tak ingin hidup nyaman?

    'ah, tapi kadang lo keterlaluan!' ujarnya. Sebelum saya naik darah karena dikatakan keterlaluan, saya mencoba mencerna ceritanya. 

    'saat 'lo bersama-sama orang yang tak nyambung sama lo, 'lo ndak mau repot mencoba membuat orang itu memahami lo. Lo dengan santai meninggalkan dia dengan pikiran ah, dia ndak bakal ngerti. Ini bukan karena lo sombong atau apa, ini karena lo maunya nyamannya saja.The world doesn't work that way'  

    Aih... berat! Pernyataan sahabat saya itu saya telan mentah-mentah karena --jujur aja-- pernyataan itu ndak membuat saya nyaman. 

    ok, next scene.... 

    ada seorang berondong lucu yang belakangan ini sering ngobrol sama saya. suatu kali saat ber-ym-an ria, tiba-tiba (entah di dorong oleh keberanian dari mana HAHA) dia bertanya, 'emang kenapa sih kalau lo pake baju besar-besar begitu?' 

    aih.. mati! Saya terpana, satu karena karena pertanyaannya. kedua karena saya mendapati diri saya menjawab dengan menggunakan kata NYAMAN. 

    ok, next scene ... 

    kamis malam, ditemani ice capucino dingin dan bir bintang, seorang teman lelaki saya --saat ditanya mengenai gambaran dia tentang diri saya menjawab:

    "kalau dianalogikan dengan rumah (thank you for reminding me that i'm as big as a house... wahahaha) lo itu manusia yang selalu berpintu, dan lo pilih siapa saja yang bisa masuk dalam rumah lo. Kadang lo melongok ke jendela untuk lihat siapa yang mau datang, dan memutuskan tak membiarkan orang itu masuk saat lo 'memprediksi' bahwa dia tidak akan cocok dengan lo. Lo itu manusia yang mau menentukan semuanya sendiri agar lo nyaman " 

    aih, mati! saya tak bisa komentar mengenai hal ini karena aih mati! (thank you for being a friend, mas) 

    3 cerita 
    3 orang berbeda 
    1 objek penderita 

    ada beberapa hal yang bisa saya simpulkan dari 3 cerita di atas. Yang pertama dan terpenting adalah: JANGAN BANYAK-BANYAK PUNYA TEMEN DEH! karena kadang-kadang Anda bakal syok sendiri sama pendapat mereka tentang diri Anda! 

    yang kedua dan ini penting bagi saya pribadi... adalah konsep kenyamanan.... 
    saya tak pernah sadar bahwa kenyamanan itu adalah sesuatu yang saya junjung tinggi. 

    Alasan mengapa saya tak pakai hak tinggi atau menolak sanggul jawa saat memakai kebaya, ternyata bersumber pada satu kata ajaib ini. Alasan mengapa saya kembali ke tempat kerja saya yang pertama atau pilihan untuk kembali mengajar lagi, ternyata kembali ke kenyataan bahwa saya mencintai kenyamanan. 

    Tak tidur semalaman untuk bercanda dengan teman. 
    Menolak botol bir keempat untuk menjaga kewarasan. 
    Berusaha tersenyum saat semua sedang kebingungan untuk mencari jalan pulang 
    Menulis sebuah cerita untuk meluapkan isi kepala yang sudah kepenuhan

    ternyata kenyamanan itu NYAMAN SEKALI. 

    Tapi 3 adegan di atas membuat saya berpikir bahwa saya tak hidup sendiri... semua orang yang sudah menghilang dari hidup saya --baik yang disengaja oleh saya, maupun oleh dia, maupun tidak sengaja dari kedua atau ketiga pihak-- adalah bukti-bukti bahwa kenyamanan saya mulai bersifat destruktif. 

    terbayang nama-nama yang sudah hilang dari contak di ponsel saya, multiply saya, YM saya dan facebook saya.  Itu harga kenyamanan saya. 


    "Ada yang namanya kompromi, det," ujar teman lelaki saya sambil menyeruput ice capucinonya. Kompromi, menurut lelaki yang beberapa waktu terakhir ini memutuskan untuk membiarkan rambut di wajahnya tumbuh liar itu, adalah kunci agar diri saya bisa nyaman, namun tetap mempunyai banyak teman. 

    Aih, mati. Kompromi... agak serem juga mendengar kata itu. Sepanjang ingatan, saya adalah manusia yang tidak pernah melakukan hal itu. It's either take it or leave it. Ternyata pelajaran hidup itu terus terjadi sampai kita mati. Saya pikir saat ini saya sudah cukup tua untuk diberi label bijaksana. Ah, ternyata belum juga dan saya tidak nyaman dengan kenyataan itu... 

    hehehehe... 
    eh, guys, thanks for reading 
    ini cuma curhat pendek yang nangkring di kepala dan akan terus mengganggu tidur saya kalau tidak saya tuliskan di sini... :)

    sebuah pengalaman dari sebuah malam

    Di sebuah ruang keluarga yang luasnya menyamai sebuah rumah sederhana, saya dihadapkan pada sebuah pengalaman yang begitu menakjubkan.. sebuah ironi sebenarnya, tapi ah, tahu apa saya... baiknya dibaca saja dan beri pendapat Anda pada saya. 

    ***

    "Music is the food of love," begitu ujar seorang pianis ternama Indonesia mengutip kata-kata Shakespeare di hadapan sekitar 40 orang berada di ruang tamu maha luas itu. Sang pianis--yang pada tulisan ini tidak akan disebutkan namanya, membungkuk takzim kepada para tamu-tamu yang termasuk dalam kelompok 2% rakyat Indonesia yang bisa hidup senang di negaranya. 

    Memang hal ini tak mengejutkan, karena hanya orang-orang dengan kapasitas demikian yang mampu menghadirkan seni kelas tinggi dalam kenyamanan ruang keluarga sendiri. "Ini bukan konser,"jelas sang pianis, "ini adalah dinner with music." 

    Saya hanya bisa termangu tak mengerti konsep-konsep yang dilemparkan saat itu. Kepala saya masih mencerna kejadian di depan saya. Ruang keluarga yang maha luas, lukisan ternama yang berjajar di dindingnya, dan sebuah bukit kecil sebelah teras belakang. Semua hal itu membuat saya lebih mengerti mengenai konsep jelata dan maha raja.

    Tapi semua kebingungan, keheranan, dan kekikukan saya berada di sana, dihapus bersih saat jari-jari sang pianis menyentuh tuts dan menghadirkan lantunan lagu-lagunya.Saya memejamkan mata membiarkan telinga saya saja yang menikmati semua itu.  

    Saat banyak orang mendeskripsikan suara piano dengan kata lantunan, malam itu, suara yang keluar dari instrumen tersebut terdengar seperti  seperti lecutan ke gendang  telinga saya. Tarian jari sang pianis di atas tuts seakan memiliki nyawa dan kemauannya sendiri dengan intensitas berbeda tiap bagian lagu yang dibawakan. 

    Ada satu lagu yang membuat saya terkesan. Sebuah gubahan pribadi sang pianis yang diberi judul “To Adam G.” Lagu tersebut, menurut sang pianis adalah sebuah ucapan terima kasih kepada Adam Gyorgy—pianis ternama asal Hongaria—yang telah mendukung sebuah proyek seni di Indonesia.

    Saat mendengar lagu itu, saya merasakan apa yang dimaksud dengan ucapan terima kasih.

    Sang pianis membuka lagu itu dengan nada-nada yang dimainkan secara perlahan dengan intensitas mendalam dan penuh rasa hormat, persis seperti orang yang sedang memaparkan kenapa dia bersyukur atas sesuatu. Namun perlahan-lahan tempo permainan dipercepat sampai akhirnya menggantung seakan menunggu jawab.

    Saya tak tahu kenapa saya menjadi larut dalam lagu ini. Saya tak tahu kenapa saya merasakan lagu ini hidup dan sedang menceritakan dirinya dengan jelas kepada saya.. Ah, bagi seorang yang tone deaf, saya terkejut mendapati ini terjadi pada saya.

    Ah, bapak pianis.. bless your soul. Terima kasih sudah memberikan pengalaman musik yang begitu manis bagi manusia seperti saya.

    Ternyata memang benar apa  ucapan Henry Wadsworth Longfellow yang mengatakan “Music is the universal language of mankind.”  Bagi manusia jelata seperti saya, musik akan terdengar sama di telinga orang-orang yang hanya ada 2% saja jumlahnya di negara ini. Sama-sama indah! 

    Wednesday, December 09, 2009

    :p

    Dia belum pulang juga, batin lelaki itu sambil menaruh ransel di meja makan sambil menatap nanar ruangan yang remang karena hanya ada satu lampu saja yang dinyalakan. Lelaki itu ingin sekali berkata 'aku sudah pulang' lalu melihat senyum dia yang telah menantinya seharian. Tapi hari ini semua itu hanya sebuah impian dan teriakan 'aku sudah pulang' hanya bisa ditujukan kepada kesunyian.

    'Cepat pulang,' ujar lelaki itu padanya tadi malam melalui telepon genggam.
    'Ah, sepertinya masih lama nih,' jawab dia dengan nada suara yang ringan.

    SIAL
    Ingin sekali rasanya lelaki itu membanting telepon untuk melampiaskan kesal di hatinya.
    'Kenapa kamu bisa begitu riang? Kenapa kamu bisa begitu senang? sementara aku di sini setengah mati kehilangan?'

    tapi kalimat yang sudah melingkar-lingkar di kepala itu urung diucapkan.
    'Oh, begitu. Ya sudah jaga diri baik-baik ya, sayang.' hanya itu yang bisa diucapkan untuk menekan segala rindu yang sudah meradang.

    Kenapa kamu masih butuh yang lainnya, kalau dahulu kamu pernah bilang bahwa bersamaku adalah segalanya?

    SIAL 
    kenapa aku jadi cengeng seperti ini, batin lelaki itu dengan resah.

    Mungkin karena aku sudah lupa rasanya teh hangat, baju rapi di gantungan dan sarapan lengkap sebelum berangkat kerja.

    Ah, begini rasanya kehilangan...
    cepat pulang yah, sayang....


    ***

    FILM PENDEK BODYSHOP: sebuah pengalaman menonton

    Sebuah program kompetisi film pendek dengan tema Empowering The Young Generation 

    2 kategori/ 3 tema/10 film 

    I GLOBAL WARMING 

    1. SMA 
    Hutan Terakhir 16'07
    Anthony Ricardo, Aliya Putri Andini dan M. Andhika Pamungkas 
    SMAN 4 Bandung 

    idenya keren.. datanya banyak.. tapi kok kurang imajinatif ya angle ceritanya ... memang saya tahu bahwa ini adalah sebuah topik yang berat tapi... yah... tapi tenang ... perjalanan masih panjang... 

    Siapa Butuh Pabrik Sampah 18'27 
    Sylvania Naeswari. Gina Firdani dan Gantika Andriansyah Putri 
    SMAN 4 Bandung 

    :) menarik ceritanya.. tapi sama seperti di atas... kurang di kulik... jadi seperti sebuah berita tv... (eh ini bukan berarti berita tv itu tidak menarik yah.. cuma yah just plain news aja ndak menyentuh) 

    Jangan Jual Ruang Hijauku 07'44 
    Devi Apriani, Utama Jaya W, dan Wulan Darma P. 
    SMAN 3 Denpasar, Bali 

    idenya cihuy.... datanya seru! tapi sama masalahnya tetep mengenai cara penyampaian bak tv itu, lho.... :) 

    Yang Baik Kok Kalah 12'04 
    Putu Harum Bawa, Juni Surya dan Trisnandari 
    SMAN 3 Denpasa, Bali 

    satu-satunya film dalam tema ini yang BEDA...angle ceritanya lebih sederhana .. langsung fokus ke satu orang yang menjadi tokoh utama di cerita ini. bagi saya sih ini lebih mengena... seru! global warming dilihat dari sudut spesifik yang akhirnya menohok ....congratz... film Anda-anda keren pisan... thx ya... :)


    2. AMATIR 

    Januari 2009 06'04
    Timoti Tirta 

    :) nyengir .. idenya keren... tapi menurut saya runtunannya kurang menggigit.. kenapa? karena saya belum merasa ketampar karena suka buang sampah sembarangan... entah, kenapa saat nonton ini saya bayangin ini cerita bakal lucu kalau pakai flashback.. di track back dari mana si plastik... hehehe.. sampai akhirnya ketauan siapa yang bikin banjir... hihi... tapi salut banget bahwa si film maker punya footage before and after banjir di rumah yang sama... :) 

    Tasik, Kausik ku keusik 13'54
    Deny Setiawan 

    Gila !!! ide nan gokil! dapet cerita ini dari mana sih? gue ngangga ngikutin ceritanya... ya ampyun bangsa seperti apa kita ini.. salut! keren ceritanya... :) 

    II HIV/AIDS 

    Mereka Kuatkan Aku 12'19 
    I Dewa Ayu Diah, I Nyoman Agus dan Syaman Sara 
    SMAN 3 Denpasar, Bali 

    yang saya patut acungi jempol adalah menemukan tokohnya di sini.. risetnya pasti cihuy! tapi menurut saya belum mengkerucut ceritanya dan endingnya menggantung bikin saya berkerut saat menonton sampai habis... 

    PM the agent of change 12'33 
    Ratna Kesuma Dewi, Ayu Nia Bara dan Ni Made Nyuwita Dewi 
    SMAN 1 Sukawati, Bali 

    kisah seorang penyuluh muda itu sebenarnya menarik... tapi kok ndak terlihat kalau yang bikin anak-anak yah? serius sekali pemaparannya... :)

    III VIOLENCE AGAINST WOMEN 

    Jangan sebut itu cinta!!! 16'00
    Medina Rachma, Lupita Mayangsari dan Nefertiti Yunizare 
    SMAN 1 Yogyakarta 

    Sumpehhh... keren pisan! sederhana, anak muda, dan tentunya pesannya nyampe beratz ke penontonnya... :) acungan dua jempol... keep up the good work!! seru banget saya nonton film ini sampai terkekeh-kekeh walau saya tahu ini masalah yang berat dan harus dibrantas... 

    Love than Leave 15'32 
    Anastasia Praditha, Ketty Tresianah, Mia Amalina 
    Gabungan SMA Jakarta 

    Dengan VO ... film ini jelas mau cerita apa, tapi menggangu sekali saat tiba-tiba ada psikolog yang membahas masalah kekerasan itu .. aih.. kenapa saya berasa seperti melihat iklan hotline ? 



    -----
    thx buat temen nonton saya malam itu yang rela nemenin sampai film habis... :) 



    Monday, December 07, 2009

    The Damned United (2009)


    Awalnya saya tertarik sekali dengan novel kontroversial milik David Peace ini, namun karena satu dan lain hal, saya tidak diberi kesempatan untuk membaca benda itu.. Tapi karena memang dunia bergerak dengan cara yang sangat misterius, saat redaksi majalah saya diminta untuk memilih film dalam acara JIFFEST, saya tertawa saat melihat salah satu pilihan film yang ditawarkan adalah THE DAMNED UNITED ini... :) akhirnya rasa penasaran saya bakal tertuntaskan.

    Apa bisa saya ceritakan mengenai pengalaman menonton film ini, yah?
    "Gila itu orang laki banget!" begitu komentar saya saat menuruni tangga-tangga di bioskop. Manusia bernama
    Brian Clough adalah alasan kenapa saya bisa jatuh cinta sama laki-laki! wahahahaa... gokil! keyakinan, impian dan kegilaannya bikin saya ternganga! saya hanya bisa berharap bisa punya kepercayaan dan keyakinan terhadap diri sebesar yang dia punya.. bila saat itu terjadi, pasti saya akan merasa benar-benar merasakan hidup sepenuhnya... hahahha :)

    Untuk membahas filmnya.. saya cuma bisa mengacungkan jempol pada  film makernya... mereka  --entah makan apa-- bisa memecah  konsentrasi pd  adegan-adegan penting (sebenernya ini yang mau gu protes!)  di satu sisi, dialog yang kuat dan situasi yang mencekam  membuat gue mau mencerna  lebih dalam (secara inggris brit yah bahasanya...) tapi si film maker yang gokil ini, ngasih angle yang superb yang bikin mata saya lupa bahwa saya mau memperhatikan ekspresi aktor dan omongannya....
    wakssss.... saya panik.....

    menonton jadi sebuah kerja keras... memahami bahasa kriting, liat ekspresi, menangkap jalan cerita dan mengagumi keindahan gambar yang SUPERB (err... gue udah ngomong ini yah sebelumnya... hehehe)

    Seru Pisan!!!!
    you crazy englishman.. i luv your movie!
    hehehe...

    *untuk mbak yang mondar mandir di depan saya saat saya menonton film ini, karena ingin memilih tempat duduk yang  lebih nyaman(?) .. mungkin dengan membaca ini Anda mengerti mengapa saya membentak Anda dan mas-mas Anda.... *

    *dan untuk mas-mas yang nemenin si mbak-mbak tadi, aih.... yang bener aja kamu telat nonton film ini, pantes aja kamu tidak tahu bagaimana jadi LELAKI! *

    punten , dua poin di bawah ini harus gue sertakan karena beneran gue sebel banget sama dua manusia ndak tahu sopan itu.... :(

    My Brother My Hero

    Tadi malam saya baru mendapat kabar dari penerbit bahwa mereka menyatakan tidak jadi menerbitkan naskah saya. Sebuah keputusan yang sudah terlalu lama saya tunggu. 3 tahun tanpa kabar setelah penandatanganan kontrak penerbitan memang membuat saya was-was terhadap 'anak' saya yang namanya adalah judul entri ini.  

    Tadinya saya tak terlalu memikirkan soal pembatalan ini, karena sejak beberapa bulan yang lalu memang saya 'sedikit rajin' bertanya-tanya mengenai nasib naskah yang satu ini. Karena selalu mendapatkan jawaban yang standar yaitu "kita cek dulu ya, mbak." I kindda figure out bahwa kontrak bakal di anulir * secara udah 3 tahun aja gitu hehehe *

    Awalnya saya tak punya perasaan apa-apa soal ini (balik lagi ke soal 3 tahun itu) hehehe.. tapi saat saya post kejadian ini di facebook (wahaha happening banget ndak sih gue!), seorang kenalan saya mengucapkan bela sungkawa. Waduh, that got me thinking ... sebenarnyan apa sih perasaan saya menyangkut kejadian ini. 

    To tell you the truth, saya ndak punya rasa apa-apa. Karena sejujurnya, menurut saya, label penulis tak diberikan kepada orang hanya karena dia diterbitkan oleh sebuah penerbit saja. penulis -yah- menulis... apa pun, di mana pun, kapan pun.... jadi masalah diterbitkan atau tidak diterbitkan ... itu bukan masalah penulis.. itu masalah publicist :) 

    hehehe... saat menulis ini, saya ingat omongan seorang sahabat mengenai saya. 

    "Lo tuh manusia yang tidak akan merasa tidak nyaman di mana pun 'lo berada. Kenapa? karena kalau lo merasa kurang sreg sama the company that surrounds you, lo akan bilang... ah orang-orang ini aneh... tak akan terbersit di kepala lo bahwa, you are the one that is weird."  

    well, maybe that's how i get by in life. and i think it's a good system so far... :) 

    walau memang masalah diterbitkan/tidak itu tidak mengganggu saya.. yang amat sangat mengganggu saya adalah : KARYA-KARYA LAIN BELUM ADA YANG KELAR !!!

    hiks.. itu yang mengganggu... 
    ah, kembali lagi saya akan menyalahkan waktu... :( (sori, ya bung waktu) tapi sebagai orang egocentric yang akut, saya ndak bisa nyalahin diri saya sendiri.. hehehhee... 

    tapi on the bright side, ada sebuah project kecil dan lucu yang sedang saya kerjakan dengan seorang sahabat... saking lucunya, saya sudah menyelesaikan bagian saya dalam waktu 2 jam beberapa malam yang lalu... hehehe... tinggal si orang dudul ini mengerjakan bagian yang paling berat.. tapi saya yakin, hasilnya pasti cihuy sekali! :) 

    ufff.... senang yah berbicara hal di luar pekerjaan... :) 
    thank you for reading, guys... :)


    Sunday, December 06, 2009

    Festival Film Pendek Konfiden 2009- 21 November 2009

    Festival Film Pendek Konfiden 2009-

    SABTU, 21 November 2009

    Saya sudah memploklamirkan bahwa hari sabtu-21 november 09—saya dedikasikan sepenuhnya untuk nonton Konfiden. Jadi sejak siang saya sudah nongkrong di TIM tak peduli serigala walau selama seminggu saya kurang tidur karena pekerjaan kantor yang menggila *maksudnya di kerjakan sama orang-orang gila, wahahaha * eniwei.. hari sabtu ini ada 3 kompetisi, 1 sinema besar dan 1 program non kompetisi. Berikut adalah pengalaman menonton saya pada hari tersebut.


    Kompetisi 1

    SEJARAH

     

    Fronteira

    Emil Heradi/FFTV-IKJ

    Fiksi/2008/26’00

    Panjang sekali film ini, itu pendapat saya saat menonton film ini. Banyak sekali lapisan cerita  yang mau disampaikan sehingga saya merasa seperti terseret-seret dalam sebuah cerita yang semakin lama semakin melebar. Aih… saya jadi tercenung memandangi sebuah film yang menurut saya lebih baik untuk dijadikan film panjang.

    Hal yang mengagetkan saya adalah aktor film ini—karena biasanya anak sekolah film ini entah bagaimana selalu punya cara mendapatkan aktor-aktor ciamik--- kenapa di film ini saya tidak mendapatkan itu yah?

    Tapi seperti film2 keluaran sekolah ini, gambarnya selalu jempolan dan prop-nya selalu cihuy!

     

    Sabotase

    Hadrah Daeng Ratu/FFTV-IKJ

    Fiksi/2009/15’00

    THIS IS MY PICK ! Lagi-lagi dari sekolah itu, jadi tentunya cantik gambar dan pemilihan lokasinya bikin saya merasa bahwa di sekolah ini ada daftar lokasi-lokasi asyik untuk berbagai film… hehehe… kenapa saya memilih film ini? Karena ceritanya jelas, fokus dan digambarkan secara sederhana, selain itu pemerannya semuanya cihuy! Hehehe *adegan anak kecil nangis sambil mukul ibunya sendiri itu paling keren! So natural! * Me likey!!!

     

    Tan Malaka

    Erik Wirawan/FFTV-IKJ

    Fiksi/2008/24’00

    Mungkin ada virus yang menjangkiti film maker di negara ini yah? Namanya ndak bisa jadi raja tega motong cerita? J belakangan ini saya nonton film yang selalu jadi mbleber ke mana-mana ceritanya. Aih…. Jangan dong.. (eh siape elo, det.. nyuruh orang! Hehehe.. namanya juga usaha J )

    Sekali lagi jempol diacungkan untuk pengambilan gambar, setting dan prop yang menurut saya SANGAT SEMPURNA!!! Aih! Pada makan apa sih anak-anak sekolah ini.. hehehe…

    Tapi panjangnya itu lho, bung… memang saya sadar bahwa sulit sekali memotong, memilih dan mengisolasi satu cerita dalam hidup yang pernuh warna dari seorang yang begitu besar. Tapi tidak mustahil, kan? Hahaha… saat keluar dari film ini, saya mendengar bahwa film ini rencananya mau dibuat film panjang ya? Well, selamat!!!

     

     

    Kompetisi 2

    WAKTU

     

    Sampai Besok

    Lucky Kuswandi, Naya/fridayni8htfilm

    Fiksi/2009/24’00

    THIS IS MY PICK! This is my kindda movie.. hahaha.. * secara* saya adalah orang yang sangat cheesy dan menye-menye.. hehehe… jempol buat lokasi, ide dan pemainnya…. Obrolan-obrolan wajar antara sepasang kekasih (jadi inget sebuah film kesukaan yang isinya obrolan cerdas antar dua orang) bikin mau ngak mau gue jadi hanyut secara emotional sama ceritanya… halah…

    “Help me pack!”

    “No, I’m reading a book. ”

    “But you’ve read that book.”

    “Yeah, but I want to read it again.”

    Halah, a tear almost rolled on my cheek. Damn! Sempurna banget script itu!

    I’m familiar with that feeling karena baru beberapa hari sebelum ini gue ngebantuin seorang sahabat pindah ke seberang samudra dan gue sama sekali ndak mau ngebantuin masukin satu baju pun ke kopernya… hahahaha…(‘ting.. if you are reading this.. ketawa dong!)

     

    Nemesis

    William Chandra/RGB Pictures

    Fiksi/2009/14’10

     

    Film yang indah, mata saya benar-benar menikmati suguhan ini!   Dengan cerita yang padat dan fokus, film ini suguhan yang sempurna… No more to say kecuali, terima kasih sudah membuat film indah ini… J

     

    The First Nation on Mars

    Nala/ FFTV-IKJ

    Fiksi/2008/08’20

    “Sebuah joke yang terlalu lama,” begitu ujar seseorang saat membicarakan film ini. Well, kalo saya sih tak merasa demikian. Lucu, menghibur, tapi tak membuat saya ingat akan film ini tahun depan.

     

    Hide and Sleep

    Ismai Basbeth/Hide Project

    Fiksi/2008/16’00

    Menurut saya ini satu contoh cerita bleber ke mana-mana lagi… walau saya akui idenya baik sekali di tambah angle-angle keren… yah, sayang ceritanya ndak terbungkus rapi sehingga saya jadi bingung mau memahami apa.

     

     

    Film Pendek :

    SINEMA BESAR

     

    Charlotte et Véronique, ou Tous les garçon s’appellent Patrick

    Jean-Luc Goddard

    Fiksi/1957/21’00

    NDAK NONTON.. ASYIK NGOBROL!

     

    Le Lion Volatil

    Agnés Varda

    Fiksi/2003/12’00

    J Aih… emang bener yang di ucapkan saykoji… tentang cinta… hahahaha J

     

    Afrique sur Seine

    Mamadou Sarr, Paulin Vieyra

    Dokumenter/1957/21’00

    Ini bukan film, ini puisi yang cantik di layar film… J

    “Paris where is your street paved with gold?”

    gubrak!! Tiba-tiba saya merasa sangat sedih melihat film ini… it’s ironic! Seorang Indonesia menekuri sebuah film yang dibuat oleh seorang Afrika yang memaparkan upaya kaum kulit hitam itu mencoba menciptakan rumah baru di Prancis. Rasanya surreal berada di bioskop itu dengan film itu mendengar kalimat-kalimat itu terucap. Masalah mengenai citra diri, penerimaan dan upaya-upaya kesetaraan adalah konsep yang sudah lama ada, dan sayangnya akan terus ada. Film ini membuat saya berpikir. Aih, hidup itu ternyata tidak mudah sama sekali!

     

    Kompetisi 3

    KENANGAN

     

    Kabar Gembira

    Nicholas Yudifa A.W./ FFTV-IKJ

    Fiksi/2008/23’00

    Semoga ndak bosan sama komentar yang sama terhadap kumpulan anak-anak cerdas yang entah bagaimana selalu mendapatkan setting, angle dan pemain yang ciamik! Heheheh… mata saya merasa nyaman sekali.. walau entah bagaimana, saya merasa mengenali cerita ini dari dahulu. Tapi tetap, terima kasih dan ditunggu karya selanjutnya!

     

    Hujan Tak Jadi Datang

    Yosep Anggi Noen/56 Films

    Fiksi/2009/16’00

    Bingung, gregetan dan kembali bingung. Aih, beginikan definisi selingkuh di mata orang selain saya? Keluar nonton jadi malah binun sendiri…

     

    Anak-anak Lumpur

    Danial Rifki/FFTV-IKJ/Jakarta

    Fiksi/2009/20’00

    THIS IS MY PICK! Pas nulis pengalaman nonton ini, saya baru sadar kalo ini anak IKJ juga.. wah, pantes… J hehehe.. saat nonton tiba-tiba saya teringat novel klasik berjudul Tak Putus Di Rundung Malang…  ucapan seorang teman yang berkata , “shit happens, teman!”  dan di film ini.. shit really happens dan saya merasa bersyukur bahwa film ini bukan dokumenter, karena harusnya hal ini tidak boleh terjadi di dunia nyata… L

     

     

     

    Non kompetisi:

    PIJAKAN YANG TIDAK KOKOH

     

    Pabrik Dodol

    Ari Rusyadi/FFTV-IKJ

    Dokumenter/2009/10’00

    Saya selalu iri terhadap channel NG atau Discovery yang kerap memperlihatkan bagaimana sebuah pabrik menciptakan sesuatu. Tapi karena film ini, saya tak iri lagi.. Keren pisan, euy! Ndak jadi iri sama orang bule yang bikin film-film itu, karena kita juga punya dan juga keren.

     

    Karena Aku Sayang Markus

    Danial Rifki/FFTV-IKJ

    Fiksi/2007/18’00

    Filmnya sih ndak tercerabut dari ingatan sampai sekarang, tapi ndak bikin saya emosional membayangkannya…

     

    Traffic Jam

    Tam Notosusanto/Salto Films

    Fiksi/2008/17’00

    Sebagai orang Jakarta yang sering terjebak macet, entah kenapa saya tak merasa sedang melihat/berada di tengah kemacetan saat menonton film ini. And that’s all that I could say.

     

     

    Festival Film Pendek Konfiden 2009- PEMBUKAAN

    Ini adalah tahun ke-3 saya menonton dan menggilai festival ini. Menonton film-film pendek ini membakar semangat saya untuk –paling tidak mencoba barang satu kali saja—membuat film. Walau sampai tahun ke-3 ini belum ada satu gerakan pun yang mengindikasikan bahwa saya sedang merintis ke arah itu, tapi paling tidak setiap kali saya berlarian ke FFPK ini semangat untuk membuat film tetap terjaga –walau belum tahu kapan terlaksana—hehehe…

    Hal yang terasa berbeda dari festival kali ini menurut saya adalah jadwalnya yang dirasa terlalu sebentar, filmnya yang terasa sedikit dan durasi film yang rasanya terlalu panjang… tapi tetap saja hal itu ndak membuat saya surut untuk berada di pusat keriaan film pendek Indonesia ini.

    Saya hadiri di Hari Pembukaan FFPK ‘09 (19 nov) sedikit telat, maklum ada perhelatan lain yang harus diurus di akhir November ini… (oh ya biasanya FFPK di awal Nov, ya?) jadi saya harus duduk di lantai dingin galeri cipta bukan di studio kineforum.

    Selain itu, saya juga tak sempat dengar kata pengantar dari direktur festival mengenai apa yang terjadi di festival untuk tahun ini. Untung buklet jadwal sangat membantu –benda yang tiap tahun menjadi semakin mungil ini terlihat amat menarik untuk tahun ini J.

    Dari buklet jadwal, saya baru tahu bahwa jumlah film pendek yang lolos seleksi pada FFPK kali ini menempati urutan terendah (hanya ada 10 film yang lolos) dibanding FFPK sebelum-sebelumnya. Saya juga baru sadar –setelah baca buklet itu—bahwa tahun ini tak ada kompetisi film pendek dokumenter.

    Huh…. Dari 200 entri, hanya terpilih 10! Di satu sisi menyenangkan juga karena berarti 10 orang ini adalah pemenang –secara 10 banding 200 gitu lho!— *tulisan ini digarisbawahi untuk orang yang memikirkan apakah filmnya menang atau tidak, ini jawaban atas kekhawatiran itu dari saya! *

    Di sisi lain, seperti yang tertera di buklet jadwal, sedih juga karena direktur festivalnya menunjukkan bahwa kecenderungan ini memperlihatkan bahwa ‘adanya stagnasi tema dan gaya.’ Ouch!

    Well.. guess that’s enough opening… now we talk about whats important here….

    THE FILMS… J Berikut adalah pengalaman saya menonton! Enjoy!

     

    PROGRAM PEMBUKAN

    Lagu Gambar Gerak (54’26)

    Kamis, 19 nov 09 pk. 20.00

    Funny how program ini menyajikan hasil pembacaan videografer mengenai sebuah karya musik. Kenapa lucu? Karena beberapa bulan yang lalu saya sempat ngobrol dengan seorang kenalan yang gimbal mengenai video klip…. Segala diskusi itu kembali terulang di kepala saat melihat lagu gambar gerak ini… thx, gimbal! Saya jadi lebih mengerti sekarang!

     

    Dark /09’34/ 2008

    Musik: CandyFloss

    EP: Hope Guts and Loneliness/ Tambourine Records

    Video: Muhammad Akbar/Bandung

    Saat melihat video ini, saya langsung menarik napas dalam-dalam karena menyadari bahwa orang yang tone deaf seperti saya, sepertinya ndak bakal bisa bikin video musik, *secara yah* ketukan musik harus menjadi dasar dari gambar yang disajikan… seperti yang terlihat dari video musik pertama ini…. Salut!

     

    Cukup dalam Hati/04’02/2008

    Musik: Anda/Album: In Medio/ Sendiri Record

    Video : Joko Narimo/Solo

    Si gimbal, kenalan saya, pernah berpendapat mengenai pengulangan dalam video musik. Menurut orang itu, saat lirik sudah berkata-kata, untuk apa mengulanginya dengan gambar? Waktu itu saya mendebatnya dengan konsep ‘penekanan kata dengan gambar’ *hahah.. bahkan waktu saya mendebatnya dulu, saya juga kurang yakin mengenai apa yang saya ucapkan… * well, video –yang saya acungi jempol ini—menjelaskan secara jelas  mengenai ucapan kenalan saya itu.

    Lagu di atas –yang betewe cukup saya gemari ini—dimaknai berbeda. Penggunaan semut dan pemahaman terhadap politik negara ini bikin lagu yang liriknya bagi saya mengenai pencarian jati diri, dibuat menjadi sebuah pertanyaan kepada pemimpin negara ini… Huhu… mantaffff… terima kasih buat pembuatnya! I really enjoyed it!

     

    Manekin Bermesin/00’46/2007

    Musik: Zoo/EP: Kebun Binatang /Yes No Wave Music

    Video: Beni Wicaksono/Surabaya

    Ngak banyak komentar karena memang hanya sejenak video musiknya..keren pisan!

     

    Blues Iblis/03’43/2007

    Musik: Adrian Adioetomo

    Album: Delta Indonesia/My Seed Records

    Video: Cyka/Yogyakarta

    Nah, gini nih kalo nyuguhin manusia dudul seperti saya sesuatu yang tidak biasa... heheh.. sumpeh ndak nangkep.. tapi menurut saya sih ‘mengapa mencoba sok mengerti saat musiknya sendiri enaknya minta ampun gini’ jempol berat pada musiknya…

     

    Tiba-tiba Hamil/ 04’34/2009

    Musik: Bite/EP: BITE/ Firecatz Records

    Video: Isha Hening/Bandung

    Wihihi… mata saya tak lepas dari layar saat melihat video ini. Langsung ketawa-ketiwi sendiri, seperti nonton film dengan lirik sebagai line-nya. Cerdas idenya! Tapi sayangnya (eh saya ndak tahu apakah ‘sayangnya’ cocok dipakai di sini… atau apakah seharusnya kata ‘untungnya’ you guys be the judge!) karena gambar (yang dipenuhi teks) dan cerita yang kuat, berhasil mengalihkan perhatian saya dari musik ke gambarnya.. maybe it’s the texts, karena di video cukup dalam hati, saya ndak terlalu terganggu dengan teks-nya (karena memang hanya sedikit dan tidak sekuat ini. ) I loved it, but where video music concern, I don’t know whether this is a good thing or not.. is like kindda stealing the thunder from the star… but must confessed I really enjoyed watching it and I don’t mind that all music video turns out like this! 

     

    Punyaku Sendiri/05’31/1999

    Musik: Cozy Street Corner/Album: Cozy/CUPU Records

    Video: Bayu Bergaswaras/Purwokerto

    Pas liat kota asal pembuat videonya, saya sudah siap melihat sesuatu yang di luar kotak. Tapi sayangnya pembuat video ini membuat video musik Cozy Street Corner. Ini membuat saya merasa bisa objektif *secara* saya telah mendengar lagu ini ratusan kali dan telah beberapa kali melihat lagu ini dipentaskan lengkap dengan tariannya… huhu… tapi yang bisa saya utarakan di sini adalah GOKIL idenya!!! Entah saya benar atau salah, tapi saya melihat ini sebagai sesuatu yang ironis.. dengan judul Punyaku Sendiri, sang pembuat video, mengambil adegan-adegan dari video karaoke * kata seorang temen sih itu lagu born free * …. Talk about ironic! Salut!

     

    Marginal Decay /04’38/2009

    Musik : Rizatreoscapes/  Rizatreoscapes2/ Rita Publishing/demajors

    Video: Damar Ardi/Semarang

    ? is not the video.. it’s me… maybe I know too much about bajaj…

     

     

    Madat/04’05/1970

    Musik: Shark Move/Album: Gedhe Cakra’s

    Video: Gentur Suria Sukeni/Yogyakarta

    Serius ini dibuatnya tahun 1970? Ya ampyun!

     

    Herr Wulf’s/02’28/2008

    Musik: Lull/Demo

    Video: Ari Rusyadi/Jakarta

    “Ini video art,” ujar kenalan saya yang nonton bareng saya saat itu. Sayang saya tak sempat meminta penjelasan detail mengenai apa sih video art itu kepadanya. Kalau benar itu video ini bernama video art, berarti lucu sekali yah yang namanya video art itu… hehehe… saya senang melihat gambar-gambar lucu menjadi wakil dari cerita… cerdas, menarik dan easy on the eyes… J