Sunday, December 11, 2011

untuk kedua kalinya

Dia pikir dia sudah cukup tahu mengenai masalah ini.
masalah jatuh cinta.
masalah sakit hati.
masalah tahu diri.
masalah berbagi.
masalah rasa yang terlalu menjadi.
masalah takdir.
dan masalah-masalah yang tak bisa dipahami dengan logika sederhana.

Ternyata dia salah.
ternyata dunia merasa semua pelajaran itu belum dia pahami sepenuhnya.
sehingga perlu kaji kembali.
sehingga perlu dipaparkan ulang .

Kini dia harus duduk kembali,
mengambil ulang kelas bernama patah hati.
dia terpaksa-dipaksa-atau tak sengaja(?)
kembali berada di ruang yang sama.
dihadapkan pada cerita yang serupa.
dengan alur tak jauh berbeda.
hanya saja tokohnya berbeda-walau tak esensial perubahannya.

Kelas hari pertama.
mereka membahas kasus yang dulu pernah dia bahas.
mereka bercerita mengenai hal-hal yang dulu pernah dia dengar.
setengah bosan, dia mendengarkan.
semua masih sama.
apa yang harus dikata,
semua cerita dan pembahasan seperti sebuah rekaman yang berulang.

Dia menggaruk kepala.
mengapa?
apalagi yang harus dipelajari.
toh, akhirnya dia tahu bagaimana akhir cerita.
dia akan menjadi yang disakiti.
dia akan menangis berhari-hari.
dia akan menghela napas dalam kesendirian.

Dia memandangi semua yang hadir.
semua terlihat hanyut dalam emosi yang ditawarkan oleh cerita.
tegang.
sedih.
depresi.
semua kecuali dia.
dia hanya termangu mengikuti alur yang sudah tertanam di kepalanya sejak lama.

Tanpa emosi, dia coba mengkaji ulang.
Tapi dia tetap dia.
semua tindakannya, semua pikirannya tetap mengikuti logika sederhana miliknya.

Ah, apalah artinya.

Kelas berakhir, tanpa dia memahami apa yang baru saja diajarkan.
dengan gontai dia pulang.
berharap kelas ini cepat selesai
sehingga dia bisa berpura-pura memahami: 
mengapa dia kembali sakit hati.


 
 

Friday, December 09, 2011

Sometime enough is enough

How many heart ache can one endure? One? Two? Three? Or more?

Is the heart strong enough to handle all that?
Or people are just 2 ignorant 2 know when enough is enough?

Wednesday, November 30, 2011

Pagi, Hujan, Sendirian

waktu yang tepat untuk menulis. 
meliar dengan huruf-huruf yang bergabung menjadi kata yang kemudian menjadi kalimat lalu bersatu menjadi paragraf dan sampai pada waktunya menjadi cerita.. 
tentang kamu 
yang sedang jauh 
yang sedang bimbang 
yang sedang rindu 
yang sedang ingin sendiri 
yang sedang tak ingin bertemu 

*cepatkembaliteman* 

i'm still happy with my tea

7 am 
Our last breakfast together.
not very different from our other breakfasts together. 

we've perfected the ritual 
a glass of water 
followed by 
your peanut butter sandwich 
and my plate of rice with scrambled egg 

then 
a story about your work 
a joke about a friend 
my insight of a movie i just watched 
and not so interesting problem i always stumble upon 

after that 
you still drink your dark coffee 
and i still happy with my tea.

why did we make this ritual when right from the start we know this can't be forever?
ah, sometimes we pretend that we have control in our life
ah, sometimes we try to forget that time moves on 
and we are just little dust swept aside by it's movement 

hope, life treats you kind, dear 
hope, life will be a bit nice to me too

this is not goodbye (i know)  
but a chance to say thank you and nice knowing you 

-d-
while listening to Matchbox Twenty "If You're Gone"  
"I think I've already lost you/I think you're already gone/ I think I'm finally scared now"
 


Tuesday, November 01, 2011

sore-sore nonton short di TIM

Hari ini ndak bisa ketemuan. 

Pesan singkat di telepon genggam saya itu menandakan satu hal: Saya bebas siang ini... yeay! jadi meluncurlah saya ke TIM. Ah, sudah lama sekali tidak ke TIM dan nonton film... 

Dalam perjalanan, saya membuka akun twitter dan melihat bahwa ada beberapa film pendek yang akan diputar siang itu. Ternyata film-film dari orang-orang yang saya kenali. kebetulan. 

berikut pengalaman menonton saya pada Minggu, 30 Oktober 2011 di Kineforum-- Film Pemula: Presentasi Binus International – Film Department.

#PG (Henna Mulani|Indonesia) Fiksi|3’31|2011

Telat! :) film pertama selalu bertemu dengan masalah ini... walau tak banyak telatnya, namun tetap saja, saya tak melihat pembukaannya.... yang saya sempat tonton adalah bagian wajah-wajah aktor memberi komentar sengit pada peran utama. 

Wah, film tentang stres nih, demikian pikir saya. 

Lalu tiba-tiba saya melihat pistol di balik punggung peran utama. Sebuah revolver berat dalam genggaman seorang gadis remaja. ironis. :) saat melihat adegan itu saya bertanya: bagaimana gadis itu menyelundupkan sang revolver ke meja makan? mmmm 

Namun pertanyaan tak berlangsung lama, karena kemudian saya dikejutkan dengan sebuah tembakan. DOR. di meja makan, sebuah peluru menembus kepala gadis itu. tubuh miring ke kiri dengan senjata di tembakkan dari sebelah kanan (?) mmmm.... perlu nonton ulang untuk melihat apakah yang saya lihat itu benar atau salah. 

#Pagi, Sayang (Angkasa Ramadhan|Indonesia) Fiksi|5’26|2011

Adegan pertama yang menekankan pada sosok cincin kawin, membuat saya tersenyum. Ah, sebuah film pendek mengenai pernikahan. menarik. namun kemudian muncullah elemen-elemen yang mengganggu seperti: indomie goreng dengan selada (yang menurut saya sedikit absurd), gaya perempuan yang berlebihan, percakapan yang penuh kosa kata di pagi yang seharusnya/ biasanya sepi.

ide cerita yang menarik, namun tenggelam dalam percakapan nan riuh antara dua orang yang seharusnya sudah kenal dekat selama setahun. mmmm.... menurut pengalaman saya, semakin Anda kenal dengan seseorang, semakin sedikit kata yang dibutuhkan :) jadi teringat sebuah film Pasangan Baru garapan salman aristo yang saya sukai. Mmmm.... 24/7 selama setahun membuat dua orang harusnya punya kode-kode ajaib yang tak terlihat dalam interaksi dua aktor itu.. ah, mungkin memang harus mengalaminya sebelum bisa menyajikannya dalam sebuah film agar penonton bisa percaya (teringat film hujan tak jadi datang-yosef anggi)  

Break (Candra Aditya|Indonesia) Fiksi|5’00|Indonesia

Apa yang terjadi bila Anda sedang berupaya melepaskan diri dari hobi yang sudah Anda jalani bertahun-tahun. :) well, memang agak sulit menerjemahankannya dalam gambar. 

Keinginan tiba-tiba untuk meraih sebatang rokok saat tak ada orang yang melihat, atau tak sadar menghirup asap rokok yang dihembuskan orang dekat Anda, atau menggigit bibir saat menonton film dengan adegan orang yang merokok dengan nyaman (hey, tell me about it, coz i've gone through it all)... 

film yang ingin menunjukkan bahwa mencoba berhenti itu sulit, dan semua yang menyuruh Anda berhenti itu munafik, tak berhasil membuat saya terpana. :) Ah, mengapa begitu sulit?

beberapa adegan yang bikin mengernyit adalah saat si tokoh menerima telepon dan mendengarkan pesan dari kekasihnya --si munafik yang memintanya untuk berhenti merokok-- dan yang lainnya adalah dandanan sang kekasih di akhir film membuat saya ingin bertanya, " eh, gimana maksudnya?" 

hehehe... ah, entahlah mungkin kasus ini terlalu dekat di hati sehingga menjadikannya terlalu personal :) 

F*ck, She was Great (Giorgio Pratadaja|Indonesia) Fiksi|04’54|2011

Is in english! hehehehe... selalu senang melihat skrip dalam bahasa yang satu ini, dan melihat bagaimana aktor2 memainkan perannya :) dan saya terpana.... 2 aktor utamanya cihuy!!! :) cerita yang cukup menarik dan alur yang sederhana --walau sedikit terasa terulur-ulur dengan paksa-- namun tetap berhasil menutup sajian film pemula ini dengan manis. 


----
ah, selesai sudah film-filmnya :) 
waktunya melanjutkan perayaan hari kebebasan di tempat lain. 

untuk menutup cerita sore-sore nonton short ini, saya hanya ingin menanyakan: mengapa pemuda 20-an bercerita mengenai depresi, komitmen dengan pacar, perkawinan, dan perselingkuhan. I thought youth had all the fun... why sad stories, dear little ones? 

:) 

well, off to kemang, then... 

Saturday, October 29, 2011

in case of love (2010) -sebuah pengalaman menonton-

entah mengapa saya selalu tertarik pada film-film Asia dengan judul-judul yang bikin penasaran seperti ini :) jadi saat sedang channel-hopping dan membaca judul unik ini, tanpa banyak pertimbangan, langsung saja saya tonton... 

Harus diakui bahwa menonton film panjang pertama milik sutradara Gavin Lin ini membuat saya beberapa kali menguap dan meninggalkan layar tivi untuk mengambil cemilan... :) cerita bertele-tele mengenai percintaan remaja yang terlalu biasa *hahahaha entah bagaimana yang luar biasa atau harusnya saya menuliskannya sebagai percintaan yang terlalu biasa ditemui sehari-hari*ah, entahlah* :) 

Well, anyway... karena sepertinya tak ada film lain yang baik di tv, dan pemeran wanita film tersebut *Haden Kuo* luar biasa cantiknya... saya tetap duduk dan mengikuti cerita yang --menurut sebuah review yang saya baca --terasa amat datar. 

Meskipun demikian menurut review yang sama, pengambilan gambar dan warna film tersebut amat memesona. Untuk hal tersebut, saya tak bisa berkata banyak, well, karena saya tak tahu banyak soal hal ini. 

Yang bisa saya bahas mengenai sebuah film hanyalah mengenai cerita. Alur cerita yang lambat dan bertele-tele memang --seperti disebutkan sebelumnya-- membuat saya bosan. 

Namun saat-saat terakhir, film tersebut menguraikan cerita sesungguhnya, saya sedikit terhenyak. Sebuah cerita yang amat menarik terurai dengan perlahan, di tengah kejemuan saya mengikuti percintaan remaja yang tak tergambarkan dengan baik. 

Ada sebuah cerita di dalam cerita, sebuah flashback yang membuat terhenyak. Ah, seru sekali kepala saya menguraikan cerita itu sendiri, karena bantuan visual dan/atau dialog dalam film tersebut tak membuat saya yakin. Entah apakah karena ada masalah dalam bahasa, banyak pertanyaan yang tersisa di kepala saya mengenai jalan ceritanya. 

Tapi karena saya membiarkan sel-sel kelabu bergerak liar, maka di kepala saya tergambar sebuah cerita yang demikian memesona. Cerita mengenai cinta. Sebuah cinta yang tidak ada. hahay!

Sebuah ending --di kepala saya-- yang tak terduga. Amat disayangkan, si empunya film memutuskan menutup filmnya dengan adegan tipikal film remaja dengan sebuah band yang memainkan lagu sesuai dengan tema film. Ah, tak seru.... padahal menurut saya dramatis sekali keadaannya saat Anda menemukan bahwa lelaki yang mirip sekali dengan your first crush itu ternyata adalah adiknya, dan dia sendiri sudah meninggal sejak lama.

*drumroll* 

hahahahha kalau saya boleh mengubah endingnya... saya tak akan menjadikan ini sebuah film drama remaja yang berlalu saja karena terlalu ringan, tapi sebuah film yang mempertanyakan mengenai: dapatkah dua orang yang patah hati karena ditinggal oleh satu orang yang sama, saling jatuh cinta? :) 

ah.. pasti seru tuh, nguliknya... :) 

ah, film asia memang selalu bisa bikin sebuah cerita yang menarik :) 

:) 

i'm back, how bout you?

Sunday, September 11, 2011

Selamat bekerja, sayang!

“Selamat bekerja, sayang,” ujar perempuan itu sambil menyingkirkan cangkir kopi hitam yang isinya sudah tandas. Lelaki itu mengangguk. Tersenyum. Lalu mengucap salam.

“Malam ini aku pulang agak malam, bahkan mungkin sampai pagi menjelang,” ujarnya sambil menyandang ransel hitam berisi keperluan liputan.

Perempuan itu mengusahakan sebuah senyum tanpa berani menatap lelaki yang sedang berjongkok di ambang pintu sambil membenahi tali sepatunya.

“Hati-hati di jalan dan jangan lupa makan sebelum begadang,” ujar perempuan itu. Lagi-lagi lelaki itu mengangguk. Lalu dia melambaikan tangan.

Di ambang pintu itu, sang perempuan masih terpaku. menatap punggung laki-laki itu sampai tak kelihatan. Sambil memejamkan mata, perempuan itu berbisik, “Pulanglah dengan selamat, sayang. Dan jangan bawa pulang serpihan hati milik mereka yang kamu temui saat liputan.” 

Ngantuk

Kadang malam mampu membuat orang menjadi tak mengantuk

sama seperti film yang bagus

segelas kopi yang kuat

buku tebal yang menarik

dan  kamu…

No Cinderella

I don’t actually believe in fairy tale

Think that it is something that someone made up

Just to brighten up our childhood days

 

I don’t really believe in Cinderella

And there’s no way one can survive the cruel stepmother and two petrifying step sisters

There’s also no prince charming galloping away from the land far far away

 

I don’t buy the believe in love at first sight

It’s a silly little imagination that grows in people’s head

Just to justify their luck in finding the one at a glance

 

I’ve made up my mind

To believe not to believe

But then came you

 

One silly you

Stealing a glance at me in a crowded room

With fairy dust that makes me believe I can fly

 

How do you do it?Rearranging my head the way that you did

Galloping toward me with all the charm

And talks of happiness and land of ever after

 

I’ve made up my mind

To believe not to believe

But then came you

 

One silly you

With dreams of tomorrow

And picking wishes and hopes of coming true

Now, I know not what to believe anymore

TENGGELAM

Saya ingin tenggelam dalam sebuah pelukan nan sunyi

karena kata-kata kini sudah tak ada artinya lagi.

Saya ingin tenggelam dalam sebuah pelukan yang hangat

karena di dunia nyata kini sudah terlalu dingin adanya.

Saya ingin tenggelam dalam sebuah pelukan tanpa pertanyaan

karena jawaban kini sudah tak memberikan kepastian

 

Saya ingin tenggelam dalam sebuah pelukan milik Anda

Yang sunyi, hangat, tanpa banyak pertanyaan

Namun sayang, pelukan tersebut

Sudah terisi

Oleh

Dia

Yang

Ternyata

Bukan

Saya…

 

 

 

 

Hujan Penghujung Hari

Tak ada yang lebih nyaman dari hujan ringan di penghujung hari.

Saat semua nyaris terlelap dalam dekapan selimut yang hangat.

Dan dia berhasil mencuri waktu psikologis yang terlewat oleh semua.

 

Saat hanya ada deru napas teratur dan terdengar samar-samar

Hujan perlahan menetes  

Pada tanah, pada batu, pada pohon, bahkan pada sebuah kepala yang sedang membara dan jiwa yang tak menentu.

 

Semua ditetesinya.

Satu per satu.

Tak peduli apakah yang ditetesi setuju atau tak ingin diganggu.

 

Semua jadi basah.

Semua jadi berubah.

Kini tinggal ditunggu hasilnya esok yang hanya tinggal beberapa menit lagi tercipta.

 

Apakah tetesan hujan ringan di penghujung hari itu  bisa cipta cerita baru pada tanah, batu, pohon, kepala dan jiwa yang ditetesinya beberapa saat yang lalu?

Semoga saja, tentunya.

Karena seharusnya hari baru selalu menjadi awalan baru, bukan?

 

Saturday, September 03, 2011

Gadis Kecil dengan Sepatu Tinggi

Gadis kecil dengan sepatu tinggi, 
mau dibawa ke mana langkahmu hari ini? 
apakah dengan sepatu itu, 
kamu masih bisa mengejar kupu-kupu
menangkapnya dan bermimpi suatu saat kamu bisa terbang bersama mereka? 

Gadis kecil dengan sepatu tinggi, 
mau dibawa ke mana langkahmu hari ini?
apakah dengan sepatu itu, 
kamu masih bisa berlari menembus ilalang 
mencari persembunyian peri-peri dan istana impian?

Gadis kecil dengan sepatu tinggi, 
mau dibawa ke mana langkahmu hari ini?
apakah dengan sepatu itu, 
kamu masih bisa memanjat pohon tertinggi
dan berharap dapat menggapai awan yang rasanya seperti manisan?

Gadis kecil dengan sepatu tinggi, 
yang terlihat apik dengan rambut ikal dan polesan mengilat lipgloss merah muda. 

Sepertinya memang saya sudah tak sadar pada konsep waktu dan jaman 
karena saya memaksa kamu menjalani kenangan masa kecil yang saya kenal
padahal dunia telah bergeser seiring perubahan musim dan percepatan ilmu 
karena saat ini 
sudah tak ada lagi padang ilalang, 
pohon dengan banyak cabang sudah jarang kelihatan
dan sepertinya para kupu telah hijrah ke tempat di mana mereka masih bisa bernapas lega 

maafkan...

*taman RS Cikini, sept'11* 

Thursday, July 14, 2011

Rindukah kamu?

"Apakah kamu merindukan aku," ujarnya sambil menunduk dan memainkan pematik api di tangannya. 

"Rindu?" ulang perempuan yang kini telah memangkas pendek rambutnya dengan alasan ingin membuang kenangan akan belaian lelaki itu pada rambutnya yang panjang.  

"Bagaimana aku bisa merindukanmu", ujar perempuan itu perlahan sambil membuang muka, "kalau tiap tarikan napas, aku selalu teringat padamu?"

"Selama delapan tahun ada aku di kepalamu?" ujarnya sambil menarik napas panjang.

"Iya," ujar perempuan itu dengan ekspresi yang datar, seakan dia hendak bercerita mengenai cuaca hari ini yang sama dengan cuaca hari kemarin dan minggu kemarin. 

"Apakah aku, yang ada di kepalamu itu, tumbuh berkembang dan menjadi sosok dewasa seiring dengan kedewasaanmu? atau dia masih jadi sosok aku yang dulu, anak hijau tanpa gambaran masa depan?" 

Perempuan itu menghela napas, dia masih menolak untuk menatap lelaki yang duduk di hadapannya itu dan kini dia menolak untuk menjawab pertanyaan itu. 

"Tahukah kamu, aku sudah membayangkan pertemuan ini sejak lama. Di kepalaku sudah ada beberapa versi mengenai pertemuan ini. Versi memelukmu erat-erat dan tak melepaskanmu lagi, versi bersalaman formal dan menaifikkan kenangan dan rasa yang ada, dan versi menunggu dirimu yang tak kunjung datang. Sesering itu aku memikirkan ini." 

"Tapi apa artinya itu semua? Apa artinya dirimu yang ada di kepalaku, apa artinya keinginanmu yang besar untuk bertemu?" 

Kini giliran dia yang terdiam. Dia tak pernah memikirkan itu semua. Apa gunanya rahasia yang dikuak? Apa maksud dari pertemuan setelah hampir sepuluh tahun tak berjumpa?

"Ternyata tidak ada, bukan?" ujar perempuan itu sambil mengambil pematiknya dari tangan dia. 

"Harusnya ada, sayangnya tak bisa...." ujar dia setengah berbisik. 

"Ah, fungsi kenangan memang hanya untuk mengingatkan kita bahwa dulu.. dulu sekali...kita pernah hidup dan membuat jejak dalam hidup orang lain.... bukan untuk menciptakan masa depan." 

Lelaki itu menunduk. mengulurkan tanggannya. dan menggengam erat perempuan yang ada di hadapannya. 

"Tapi aku tak menyesal bertemu, karena mulai hari ini, aku ingin hidup di masa lalu bersamamu, mungkinkah itu?" 



***
ah, bisa aja si kurcaci ini bercerita *ketjup*  
 


Sunday, July 10, 2011

LAGU BARU

Sebagaimana malam-malam sebelumnya, dia hadir kembali ke tempat ini. Duduk di meja terpencil di sebelah lampu sudut. Ditemani satu bucket berisi empat bir dan sisa pikiran di penghujung hari nan panjang.

“Saya bukan peminum yang baik,” ujarnya, “hanya saja satu bucket bir harganya jauh lebih murah dibanding beli satuan.”

Tapi dia menampik alasan dia datang ke tempat itu untuk menikmati bir murah. Menurutnya dia datang untuk mendengarkan band reguler yang manggung di tempat ini tiap Rabu. Maka tak mengherankan dia memilih berdiam diri di sudut dan menyimak dengan tenang semua lagu-lagu yang dimainkan. Dia kerap menutup matanya saat mendengarkan sambil sesekali meneguk minuman gandum langsung dari botol hijau.

“Lagu dimainkan untuk kepuasan telinga, maka ada baiknya kita memberi kesempatan telinga-telinga kita untuk menikmatinya tanpa gangguan indera yang lainnya,” ucapnya sekali waktu sebelum dia meminta saya untuk meninggalkannya sendirian.

Sosoknya menjadi penanda bagi semua yang bekerja di sini bahwa hari ini adalah sudah  Rabu. Sosok yang datang meminum empat botol bir. Yang datang untuk menikmati musik tanpa berisik.

Namun malam ini, ada yang sedikit berbeda. Untuk pertama kali setelah 3 bulan menjadi langganan, saat anggota band bersiap untuk bermain di atas panggung, dia meninggalkan tempat duduk terpencil di sebelah lampu sudut dan mendekati vokalis band yang sedang membenahi kabel pada mic-nya.

“Bung, bisakah Anda memainkan lagu baru yang belum pernah saya dengar sebelumnya?” ujarnya datar tanpa ekspresi. Sang vokalis yang mengenalinya sebagai sosok yang selalu ada di sudut itu memandanginya dengan wajah heran. “Ah, akhirnya saya bisa tahu bagaimana rupa suara Anda. Lagu apa yang ingin Anda dengar?”

“Apa saja,” ujarnya, “lagu apa saja asal tak mengingatkan saya pada sesuatu. Malam ini saya ingin benar-benar sendiri menikmati penghujung hari tanpa ditemani hantu masa lalu.”

 

* untuk masa lalu, selamat jalan, teman!* 

Tuesday, July 05, 2011

Serba Salah

Kalian pasti akrab dengan konsep rindu. Ya, betul. Itu lho, rasa yang menggerogot di tengah dada kalian. Yang berhasil membuat hari apa pun terasa mendung. Yang membuat hati merasa sepi, yang membuat hidup terasa tak berarti. Huh? Bagaimana tahu 'kan sekarang konsep rindu itu? :) 

Beberapa hari yang lalu, saya --dengan gagah berani--merasa butuh menghadapi rasa itu secara langsung, setelah sebelumnya terus merasa terganggu oleh rasa ajaib itu selama beberapa bulan terakhir ini. Saya nekad. Tanpa berpikir panjang mengenai implikasi yang bisa terjadi bila saya melakukan konfrontasi secara langsung, saya meluncur ke tempat di mana ujung akhir rindu saya berada. 

Tertawa. Berbagi. Bahagia. Menemukan ruang kosong dalam hidup terisi lagi. Seperti dulu. 

Tapi, sebagaimana peraturan dunia--yang ditetapkan tanpa persetujuan dari saya--yang menyatakan bahwa segala sesuatu ada harganya. Maka setelah proses penghapusan rindu dari dada selama sehari, saya harus membayarnya di hari-hari berikutnya. Dengan harga yang ternyata cukup mahal. Rindu yang dulu hanya mengganggu, kini berakumulasi jadi sebuah rindu yang menghantui dan menelan saya hidup-hidup. 

Ada yang salah di sini! Saya yakin bahwa ada yang salah di sini! Benar-benar salah. 

Mengapa saat saya mencoba menghilangkan rasa itu, kini rasa itu kembali berbalik pada saya dalam kuantitas dan kualitas yang lebih dasyat. 

Siyal! Aturan nomor berapa ini? 

Rindu, apa maumu? Tidak tahukah kamu, bahwa saya tak bisa hanya memikirkanmu saja? Banyak yang harus saya kerjakan. Banyak yang harus saya lakukan sebagai akibat dari keputusan --entahsiapa-- saya berada di dunia. 

Bersembunyilah sejenak di padang-padang imajiner di kepala-kepala orang berbahagia. Jangan ganggu saya dulu. Mungkin bulan depan, saya bisa mengurusimu. Tapi jangan sekarang. 

Sepertinya memang rindu harus dibiarkan sendirian, jangan diikuti, karena nanti seperti apa yang saya alami, dia akan berbalik ke arah Anda dengan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya. Dan Anda hanya bisa terkapar. berkhayal. mengenang. berharap. pada sesuatu di masa silam yang telah membuat Anda merasa senang. 


*cheers* 
cold beer would be nice after this :)

Monday, July 04, 2011

Apa yang dilakukan seorang Peri di malam buta seperti ini?

pernahkah kamu membayangkan apa yang dilakukan oleh seorang peri di malam buta seperti ini? tentunya mereka tak sama seperti kita, bukan? terlelap dalam sebuah impian indah mengenai dunia antah berantah? 

pernahkah kamu membayangkan apa yang dilakukan oleh seorang peri di malam buta seperti ini? atau kamu tak percaya akan peri? apa yang membuatmu tak percaya pada mereka? apakah karena menurut kamu ukuran mereka yang kecil atau kemampuan mereka untuk bersembunyi dari pengelihatan orang-orang yang tak percaya? 

well, kembali ke pertanyaan awal saya tadi...

pernahkah kamu membayangkan apa yang dilakukan oleh seorang peri di malam buta seperti ini? --dengan asumsi bahwa kamu percaya bahwa peri itu ada-- 

tentu bukan tidur, kan? kita telah membahas mengenai hal tersebut di awal tadi.  
jadi kalau bukan tidur, apa? jangan menggeleng dan mengganti topik pembicaraan, karena saya ingin tahu apa yang ada di benak kamu mengenai makhluk itu? 

jangan menggeleng! saya yakin kamu tahu peri itu seperti apa, ah, saya sudah melihat koleksi buku masa kanak-kanakmu. tentu kamu tahu peri itu apa. Dan saya curiga kamu --pada masa itu--percaya akan keberadaan mereka. 
 
jadi? 

***

Kamu tetap tak mau menjawab. Ah, baiklah bila kamu tak mau ikut serta dalam pembicaraan saya ini dan memilih untuk tidur dengan alasan harus bekerja besok pagi. 

hanya saja, saya ingin memberi tahumu sesuatu... 
peri tak pernah tidur karena mereka bertugas menciptakan mimpi indah bagi satu manusia yang telah membuat mereka jatuh cinta setengah mati. 

hal ini saya beritahukan kepadamu karena kemarin kamu penasaran mengapa saya tak pernah tidur tiap malam, dan baru terlelap saat fajar. 

well, now you know.... 
good night and have a pleasant dream or two :) 

pic: http://www.paintingsilove.com/uploads/9/9767/fairy-blowing-fairy-dust.jpg
*kangen sama peri :)

Tuesday, June 28, 2011

Down on Memory Lane with A Bang! (cerita nonton Catatan Harian si Boy)

Minggu pagi buta, saya berkesempatan nonton bareng si ganteng (cihuy!) walau memang nontonnya bareng orang se-bioskop -yang sebagian besar saya kenal semua xixi-- tapi tetep saya keukeuh bilang nonton sama si ganteng. 

Sebenernya was-was juga nonton sama si ganteng, secara (menurut dia) saya berisik kalo nonton :) terlebih  pagi itu kami (dan seluruh orang di bioskop itu) mau nonton sebuah film Indonesia, jadi saya pikir 'waduh saya pasti akan bawel banget nih!' Tapi menurut si ganteng, yang sudah menonton film ini sebelumnya, saya tak akan punya banyak kesempatan untuk mencela, karena filmnya BAIK SEKALI. 

:) well.. dengan semangat berkobar-kobar mendengar pernyataan itu, saya menaruh tas pundak saya di lantai, melepas sendal jepit dan bersila di tempat duduk bioskop berwarna merah itu dengan manis. 

FILM DIMULAI

Saya terpana, tertawa, menjerit, merasa tua dan bahagia!!!!
Film ini membuat pernyataan bahwa orang Indonesia itu memang luar biasa cerdas! :) 

Karya sutradara Putrama Tuta ini merupakan sebuah langkah berani. Bagaimana tidak, menurut saya saat Anda membuat film yang memiliki hubungan kuat (kalau tak boleh disebut kelanjutan) dengan film lama (bagi yang tidak tahu Catatan Si Boy merupakan film box office di akhir 80-an dan awal 90-an) yang disutradarai oleh manusia jenius (personal opinion) bernama Nasri Chepp, Anda hanya dihadapkan dengan dua piliha: HANCUR LEBUR BERANTAKAN atau BERJAYA! tak ada hasil yang setengah-setengah. 

:) 

dan karyanya kali ini BERJAYA!!!!

pertama yang mau saya acungi jempol adalah Director of Photography-nya Bapak Pasolang :) mata saya senang sekali di sajikan adegan balapan yang NGGAK NORAK!!! (stunt driver-nya duo Rifat!!!!) 

kedua, manusia-manusia yang bekerja pre-production! manusia-manusia yang bertanggung jawab dalam menjual, mencari sponsor dan hal-hal detail lainnya sebelum produksi film dimulai membuat saya ingin menganga. Produser film ini berhasil menampilkan jejeran BMW dengan fitur-fitur keren, prop yang diberikan sponsor dan semua pendukung film dalam bentuk benda, lokasi dan segala yang membuat film ini terasa amat sangat riil. 

ketiga, SKRIP yang amat sangat menyenangkan!!! Priesnanda Dwisatria dan Illya Sigma (jempol untuk Anda berdua) sebagian besar tulisan kalian bikin saya tertawa-tawa bahagia :) (terlebih adegan "PUNGUT!" mati akooohhh di adegan itu) 
Tapi, ada sedikit catatan. Entah mengapa setiap kali bagian Carrisa Putri, saya merasa terganggu dengan kalimat-kalimat yang diucapkan (entah salah kuping saya, atau skrip, atau yah, si mbak itu :)) dan line terburuk adalah saat Ario Bayu bertemu si MasBoy di helipad.. ah entah itu salah actingnya dan pengucapan atau apalah.. itu terdengar ajaib sekali.... kaya sinetron (aduh... maaf, saya tahu kalimat kaya sinetron itu hukuman terberat bagi seorang penulis,,, tapi bagaimana yah?) 

keempat, Abimana Setya dan Albert Halim!!! jempol! ucapan terima kasih sebesar-besarnya bagi kalian berdua yang berhasil (single handedly) mensukseskan film ini dan memberi karakter tegas pada tokoh tokoh yang kalian mainkan... Poppy Sovia juga tak buruk (walau di mengejar mas-mas, Anda lebih menggugah) dan mas Roy Marten yang berhasil membuat saya berkaca-kaca hanya karena adegan kurang dari 3 menit itu! You are sumthing, mister! :) 

kelima, IDE CERITA .. cerdas sekali memasukkan elemen-elemen the past and the present dalam cerita itu jadi bisa dipercayai.. nah, ini saya ndak tahu harus menjabat tangan siapa untuk ucapkan terima kasih. 

Setelah 5 poin di atas.. ada beberapa hal yang mengganjal saat saya menonton. Yang mengganggu adalah sebagai berikut: 

1. Ario Bayu: Duh, bagaimana cara mengatakannya yah? Dia aktor yang lumayan baik, tapi entah bagaimana.. peran sebagai pembalap yang doyan perempuan, geblek, seenak udel, tapi idealis itu ndak terlihat dalam aktingnya. Sangat disayangkan karena dia adalah pemeran utama di film itu. 

2. Carrissa Putri. Entah apakah karena memang saya tak suka pada tampangnya atau aktingnya, karena peran yang disajikan di mata saya saat itu seperti sajian ikan mentah yang dingin. Ah, atau saya sok tahu saja. :) 

3. Wardrobe. Karena saya nonton dengan si ganteng yang ahli fesyen. Jadi sebelum berani menulis ini saya berkonsultasi padanya dahulu. Yup, wardrobe film ini kurang banget. Carrissa Putri yang harusnya desainer pakaian tak memperlihatkan keunikannya dalam bentuk pakaian, karena yang ia pakaian adalah baju umum tanpa indikasi keunikan seorang desainer. (walau baju tidur dengan potongan asimetris belakang depan yang dia pakai saat pacarnya memasakkan sarapan itu ingin sekali saya miliki *lho)  Tragedy wardrobe yang paling parah adalah ONKY ALEXANDER alias MASBOY! waduh... jas itu leher itu rambut itu... ah mana masboy!! :) dan walau bisa dimaafkan karena you have hell-of-a-good-body, sir... tapi wardrobe Ario Bayu itu musibah berat...(ini juga diamini sama mas ganteng.. ah, ketularan pinternya ternyata gue ini :)) 

5 jempol- 3 kritik well.. that GOOD in my book... :) 
karena penilaian keseluruhan: I LOVE IT dan mau nonton lagi :) xixixi 

kenangan akan nonton Catatan Harian si Boy ini selalu bikin saya senyum-senyum sendiri mengenang
- ketawa ketiwi saya, erin dan si ganteng saat dengar kata 'cing ..
- kepanikan si ganteng yang ingat siapa yang memerankan Nuke di Catatan Si Boy dulu (yang penasaran, jawabannya Ayu Azhari) karena jadi ketahuan umurnya... 
-kebanggaan nopeng kaset soundtracknya catatan si Boy jaman rikiplik :) 

ah, down on memory lane with sobat-sobat ini menyenangkan sekali !

makasih atas semua orang yang memungkinkan film itu dibuat dan bisa saya tonton 
thanks a bunch 

dan buat manusia gay yang memberi saya berita infotainment ttg pemeran film Catatan Harian si Boy.. hehehe.. tenkyu... :) 

*mmm... nonton film apa lagi yah?* 

Tuesday, May 31, 2011

Kenangan

"Hey, penulis, apa kabarmu hari ini?"
"Baik," ujarnya sambil melirik kecil pada saya tanpa mengangkat wajahnya. 
Dia memang selalu begitu. Menolak untuk menatap langsung mata saya. Menurutnya mata adalah jendela hatinya, di mana semua cerita akan terpampang jelas bila seseorang menatap langsung ke matanya. Jadi saya tak memaknai apa-apa ketika melihat keengganannya untuk bertatap mata. 
Saya memutuskan --tanpa meminta ijinnya-- untuk menduduki kursi kosong yang ada di hadapannya. Ada meja kayu kecil yang memisahkan kami berdua. Meja yang berikan segelas kopi setengah kosong miliknya dan secarik foto ukuran postcard yang tergeletak di dekat tangan kanannya. Dia duduk diam tanpa menghiraukan keberadaan saya di hadapannya. Matanya menunduk dan memperhatikan foto itu. Sebuah foto yang menyajikan sebuah wajah yang cukup saya kenal dengan baik. Wajah milik saya. 
"Tahukah kamu bahwa aku rindu sekali padanya," ujarnya entah kepada siapa. Matanya masih tertuju kepada foto wajah saya yang diambilnya lima tahun lampau itu. 
Saya menghela napas dalam-dalam. Saya ikut memperhatikan foto itu. Saya tak tahu bagaimana menanggapi pernyataannya. Jadi saya hanya diam. Sejujurnya saya ingin mengatakan bahwa saya juga rindu sekali pada sosok yang ada di foto itu.Sosok yang sepertinya sudah hilang ditelan waktu. Sosok yang sudah tak ada lagi bersama saya. 

*buat yang bilang rindu* 

Hey, Apa Kabar?

hampir tengah malam tiba-tiba teringat salah satu pesan bijak si manusia keriting :) : "kalau kamu mau dikirimi surat, hal pertama yang kamu harus lakukan adalah mengirim surat!" 
dengan pesan sederhana itu saya mulai menulis surat (pada si keriting saat kami tak bisa bertemu muka) .... 

:) 

well, malam ini pesan singkat si kriting terngiang di kepala saya... setelah sekian lama tak bertemu dengan teman-teman saya... saya ingin disapa dan ditanya 'apa kabar' 

jadinya sebelum itu maka saya akan berujar: HEY, APA KABAR KALIAN? 

saya sih baik saja... 
sedang asyik sendiri menyusuri jalan baru dalam hidup ini 
masih seru 
belum bosen (bersyukur)
tapi kadang rindu dengan wajah-wajah familiar yang hanya terpisah beberapa jangkauan, 
makan siang yang selalu menghebohkan, obrolan konyol di sela-sela debu jalanan... 

hehehe... 
mungkin ini fungsinya kenangan... agar kalau ada rasa kesepian, kita bisa mengeluarkan kepingan kenangan itu untuk dijadikan petanda bahwa dulu kita pernah punya sesuatu yang menyenangkan... 

:) 
well, gnite y'all 
have a great life!

Friday, May 13, 2011

INGATAN

"Dari semua sosok yang kamu kenal, siapa yang tak ingin kamu lupakan?" 

sabtu. 
pukul 7 pagi. 
sambil meletakkan cangkir kopi yang masih mengepul itu di sebelah tangan kananku yang sedang berlompatan di atas tuts, dia nekat melanggar rutinitas sabtu pagiku, rutinitas sabtu paginya.

dengan satu pertanyaan 
rusak rutinitas yang sudah empat bulan kami dijalankan

:) 

aku meliriknya tanpa sembunyi sembunyi 
dengan rambut kusut cetakan tempat tidur,  
dia menarik kursi meja makan dan duduk setengah linglung di sana

"Dari semua sosok yang kamu kenal, siapa yang tak ingin kamu lupakan?" 
 
dia bersikukuh aku menjawab pertanyaan itu 
dia duduk menunggu 
sambil mempererat genggaman pada cangkir kopi miliknya 

ah, apa maksud pertanyaan ini 
aku tak lagi mau terjebak seperti dulu (baca: questions that should be left unanswered) 
apakah ini langkah pembuka untuk sebuah curhat mengenai impian yang baru saja berlalu?
atau dia benar-benar ingin bertanya ... 

sekali lagi aku meliriknya tanpa sembunyi sembunyi 

dia masih terduduk di sana 
menunggu 
tanpa ada keinginan untuk beranjak ke ruang tengah dan menonton berita pagi 

sekali lagi aku berpikir 
menimbang 
dan membayangkan sosok 
yang selalu kuanggap nyaman 
tampan 
dengan selera humar yang menawan 

haruskah ku bercerita padanya
yang sedang duduk setengah ngantuk 
yang selalu membuatkan kopi pertamaku tiap pagi 
yang selalu setia menunggu aku bergumul dengan kurcaci di kepalaku 

mengenai sosok
yang kuharap 
kutemui lebih awal 
di kehidupan setelah kematianku nanti 

sekali lagi aku berpikir 
menimbang.... 


apakah semua itu baik 
dikatakan 
setelah ritual sabtu pagiku dan dirinya terlanggar
pada bulan keempat
setelah 
disahkan? 

-d- 
kenangan akan sebuah wawancara 

Monday, May 09, 2011

Alien and I

no one will understand  
so why do i bother ? 

better i just clammed up beside the exit door 
and when people asked  what's wrong 
i just replied, my sniffles just took turn for the worse 

coz when i tell you I'm sad, you will feel the sadness
though you don't know what my sadness is 
coz when i tell you I'm hurt, you too will feel the pain
though you don't know what my pain was

then you just tell me to cool down 
not to think about it that much 
not to feel too much 
and i'm suppose to listen 
and do what's right 

told you i should die 
and get out of your hair 
but nooooo, you told me my life is precious 
hah! 
precious for you, I see 
for me ... my life is a disaster ready to happen.... 

why cant you all see?
im not like you... 
i cant comprehend the things you all say to me 
I cant understand! 
it doesnt make sense to me 

then when all seems to crumble down
you just pat my back and say 
be patient be patient 

what is patient?
what is good?
why is it im always at the other end of those words?
I have to be patient
I have to be good
what does the other do, then???

then you look at me with tears in your eyes 
and begging me to forgive the world 
why. little girl, why ... 
why do you have to be the one asking forgiveness?
you don't even understand ...
you don't even know 
so, you don't have to apologize!!
all you apologies mean nothing 
and soon it will sound like an insult 
to me
to my head 
to my heart 
please stop!
don't apologies when you don't know what you are apologizing for ... 

It's not you, child 
it's me ...

I'm an alien planted on earth for too long 
making me believe that i'm one of you 
making me believe that i have to be human 
making me believe that i have to learn to be human 
making me believe that i have failed 
making me believe that i am incomplete 

so leave me be 
let me be 
in my sorrow and depressing state 
in my weird and selfish self 
in my panic and confusing wrath 

don't be sorry 
don't be sad 
it is what it is 
coz one thing for sure 
is that i never lie 
not like the people who came and pass me by 

so, 
this long ...
and some what deranged letter 
is actually my letter of good bye.. 

the good bye I told you a million times 
the good bye I intend to tell you a million more 
the good bye you ignored 
the good bye you thought i never meant 

so, 
to stop all the long convo 
to stop you from preaching and quoting wise words from the past ... 

i just need to get this into the open... 
i'm not the person you thought i am 
i'm just another alien 
put on earth 
for a reason that now i've forgot ...

i'm not you 
and am not your kind 
so let it be 

and remember all this when our path 
cross in the near future 
coz  i wont be around that long ... 


sincerely, 
me 



*huff* ngusap keringat....