Thursday, March 11, 2010

Simak Dialog (sebuah pengalaman menonton musik)

Sebelum memulai menulis entri ini saya merasa memiliki kewajiban untuk mendaftarkan hal-hal yang tidak akan Anda temui dalam tulisan ini:
1. analisa apapun mengenai musik.
2. analisa apapun mengenai jazz.
3. analisa penting yang berhubungan dengan permainan, teknik dan bunyi yang dihasilkan alat-alat musik yang dimainkan.

alasannya sederhana saja, karena saya sama sekali buta mengenai hal-hal di atas.

well, tanpa menghadirkan 3 poin penting di atas, saya tetap kekeuh menuliskan pengalaman saya menonton Simak Dialog beberapa hari yang lalu ini...(entah setan mana yang membuat saya melakukan ini)

Mau tahu apa yang ada di kepala saya saat menonton Simak Dialog... well, then... just stick around and read.... (duh)

***
Di sebuah hall gelap dengan suhu ruangan yang cukup nyaman, saya duduk berselonjor menunggu Simak Dialog untuk bermain di ajang jazz terbesar di Indonesia ini. Rasa penasaran membumbung tinggi. Entah kenapa saya begitu penasaran, mungkin karena nama mereka kerap saya dengar dan selalu diucapkan dengan nada pujian. Ah, tapi biasanya saya tak begitu peduli dengan pendapat orang, jadi mungkin saja ini bukan alasan utama.

Pemikiran lain untuk menanggapi rasa penasaran saya adalah kemungkinan saya penasaran dengan namanya. Simak Dialog. Kata dialog memang selalu bikin saya penasaran ... apalagi dibumbui kata simak... weleh, penting nih artinya :)  

Setelah menunggu agak lama, akhirnya manusia-manusia itu naik ke panggung (yang saat itu dipenuhi asap entah untuk menampilkan efek apa?)

“Eh, ini belum siap!” ujar Riza Arshad mencoba menahan MC yang memperkenalkan grup ini. Sayang sang MC yang tak menggubris ucapan  pentolan grup yang (katanya) memainkan musik adult contemporary progressive jazz ini. Yah sudahlah, MC berlalu dan meninggalkan grup yang malam itu terdiri dari 6 orang musisi itu untuk berhadapan dengan penonton mereka.

Tanggapan para personel itu atas insiden di atas cukup menarik. Mereka tersenyum simpul. Saya yang memiliki kesempatan untuk duduk persis di depan panggung itu melihat orang-orang di atas panggung saling melempar senyum pada teman satu grupnya itu, entah apa artinya. Senyum-senyum kecil 6 lelaki itu membuat saya penasaran.  

Karena ada rasa ingin ikut tersenyum, maka saya tersenyum juga. Hehehe.. a nice start for the show.

Setelah senyum-senyum itu berlalu, mereka mulai memainkan alat musik mereka masing-masing. Sebuah lagu yang asing di kuping saya. Suara alat musik mereka terdengar saling bersahutan. Seakan tidak ada nada yang sama yang dimainkan oleh masing-masing orang di sana. Seperti sebuah dialog antar alat-alat itu. Musik yang mereka sajikan langsung mengubah cara pandang saya terhadap sebuah sajian musik.

Di panggung itu, para  musisi yang bermain bertukar posisi dengan instrumen yang mereka mainkan. Mereka menjadi –di mata saya --  alat bagi instrumen mereka.

Riza Arshad dimainkan oleh keyboardnya, Tohpati Ario Hutomo terlihat mengikuti keinginan gitarnya, Adhitya Pratama juga demikian. Dia terlihat mencoba mendengarkan inginan si bas dengan menutup mata dan bergoyang sesuai keinginan alatnya. Kedua pemain tabla dan alat musik yang tak saya tahu namanya itu juga dengan riuh seakan menimpali semua bebunyian yang ada. Wah seru sekali obrolan mereka di panggung!

Judul lagu, cerita lagu, opening, refrain menjadi tak penting. Kepala dan kuping saya seakan melihat obrolan yang bersemangat dan tanpa henti dari personel Simak Dialog. Yang menjadikannya lebih menyenangkan lagi adalah kenyataan bahwa semua personel itu tak habis melempar senyum pada teman-temannya. Hal ini membuat saya percaya bahwa obrolan mereka itu sangat hangat dan personal. Kita (atau paling tidak saya) diajak untuk menyimak diskusi mereka yang begitu menyenangkan.

Lagu demi lagu mereka mainkan. Saya tak mencatat judulnya, saya hanya punya keinginan untuk terus mendengarkan mereka bercengkrama saja. Aih...... serunya!

Saya percaya bahwa musik adalah bentuk ekspresi seseorang dan Simak Dialog menyatakan ekspresi mereka dengan tegas. Riza Arshad yang berulang kali melempar senyum untuk memberi tanda kepada rekan mainnya menjadi tontonan yang sangat mengasyikkan. Cara dia menarik mulutnya dan mengangguk-anggukkan kepalanya membuat saya iri akan kedekatannya dengan alat musik yang di/memainkannya... Sebuah tontonan yang sangat mencengangkan!

“Gimana, aneh ya?” tanya Riza Arshad saat jeda antar lagu pada penonton. Saya merasa pertanyaan itu –entah bagaimana—ditujukan pada saya –yang baru pertama kali menonton mereka.

Aneh? Sepertinya aneh bukan kata yang tepat untuk menggambarkan musik ini. Memang saya tidak bisa bilang bahwa musik seperti ini yang akrab di telinga saya, tapi saya tak bisa bilang bahwa musik mereka itu aneh.

Musik mereka adalah sebuah pengalaman yang menyenangkan, hanya itu yang bisa saya katakan. Keluar dari hall, saya masih menyungging senyum dan merasakan hangatnya sajian musik yang baru lewat. And that my friend is what i think music is all about!  

Terima kasih atas pengalaman yang amat sangat menyenangkan ini!  

7 comments:

rendy imandita said...

musiknya pasti rameeee........ well, menurut gue musik jazz tuh musik yang egois. karena mereka maen musiknya seenak udel mereka :p. atau malah para pemusiknya disuruh menuruti keegoisan instrumen mereka. tapi hasilnya malah MENAKJUBKAN buat telinga

detta aryani said...

tepat sekali!! musiknya rame dan menakjubkan buat telinga..
kalo soal egois, well mrt gue semua seniman (termasuk lo) pasti egois kalo sudah disandingkan dengan karya mereka...
:) dan itu yang bikin semua seniman terlihat seksi di mata gue... :p

tito imanda said...

hehehe... keren banget kalimat ini. Bisa dibikin film sama Pixar nih... Gitar2 ngumpul ngomongin tabungan mereka biar bisa beli gitaris jagoan di toko musik...

detta aryani said...

gokil!!! gue dipuji!!!! :) makasih :) *bangga banget mode on* hehehe... keren si simak dialog bisa bikin gue nulis spt ini hehehehe....

detta aryani said...

kenapa pixar??????

ric ky said...

like!

detta aryani said...

makasih! kemaren liat lo lagi motret mereka.. mau nyapa tp sepertiny sibuk ... hehehehe... :)