Wednesday, May 26, 2010

Detta dan singkawang.

Siapa namamu? Tanya saya dg ringan. Perempuan itu menunduk dan hy bergumam sesuatu. Saya tertegun. Kenapa dia tak mau menyebutkan namanya.

Ada teh botol dingin? Tanya saya pd perempuan itu. Dia mengeleng, tak ada es. Saya mau mendebatnya krn hy beberapa menit yg lalu dia membawakan saya es jeruk. Ya, sudah. Es jeruknya ada? Tanya saya. Ada, jawabnya singkat dan lsg berlari ke dapur membawa pesanan saya.

Tak tau lah, jawab ibu itu dg tatapan bingung. Jawaban itu sdh berkali2 dipakai u menjawab pertanyaan sederhana saya. Setelah merelakan pertanyaan2 tak terjawab, saya mulai memotret. Tak disangka2 seorang pegawai pabrik yg tdnya santai waktu sy masuk ke tempat pembentukan tanah liat itu, berlari menghindari kamera.

Kenapa begini yah?

Knp mereka tidak dg santai bilang saya tak mengerti, tolong ulangi lagi. Atau ada ketakutan lain melihat wajah melayu saya ini?

Teringat pengalaman jalan di pecinan singapore di mana pelayan toko menunduk krn takut dipanggil oleh kami krn mereka tak bs berbhs inggris dan ada kmungkinan dideportasi kalau ketahuan.

Apakah masalah yg sy hadapi di singkawang sama dg yg di singapore?

Kalau begitu saya jd amat sangat sedih krn selalu membanggakan bangsa saya di atas negara tak berbudaya itu. Bangsa saya yg smua org didalamnya py rasa toleran dan bangga thdp kotanya, bangsanya, garis keturunannya.

Ah, siapa yg menciptakan ketakutan itu! Saya benar2 sedih melihatnya.

No comments: