Wednesday, May 05, 2010

MEN ARE...

“Aku itu anak tunggal dari Mamaku, tapi kalau dari Papaku, aku itu anaknya yang ke-12.” Whatttt? Sore-sore, sehabis hujan, di sebuah dapur kopi yang amat nyaman, saya mendapati diri saya ternganga mendengar sebuah cerita dari seorang teman. “Yah, duabelas itu yang ketahuan yah, nggak tahu berapa pastinya,” lanjut lelaki berlesung pipit itu dengan ringan. Saya, masih dalam kondisi awal saat dia bercerita, tetap ternganga…

Hal pertama yang terlintas di kepala saya saat mendengar cerita itu adalah, “Oh, my.. I so understand why all those women fell over him.”

Saya mengerti bangetzzz, Papa yang disebut oleh teman saya itu adalah seorang lelaki yang suaranya –menurut pendapat saya pribadi—bikin hati meleleh. Pernah sekali waktu saya menyadari bahwa saya tidak lagi mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh lelaki gagah itu, karena terlena mendengar suaranya saja. *and that my friend is not a lie*  jadi saya benar-benar mengerti kenapa banyak perempuan jatuh hati. *sigh *
Hal yang kedua adalah, “kenapa bisa sebanyak itu?”

Berbeda dengan yang di atas, saya tak mengerti bagaimana lelaki (mengagumkan) itu bisa punya anak sedemikian banyak (err… well, I know how… but how could he? Well, you know what I mean, right?) Apa yang terlintas di kepalanya saat dia berganti pasangan dan mendapatkan anak dari pasangan-pasangannya. Kenapa bisa begitu banyak? Tidakkah dia tahu bahwa 12 itu sudah banyak sekali? Mengapa dia tak berhenti di angka, err.. empat misalnya? Bagaimana dia memilihnya? apa yang dirasakan olehnya?

Jawaban-jawaban atas pertanyaan itu tak saya temukan jadi akhirnya membuat saya penasaran.

Laki-laki memang makhluk yang menarik. Tak seperti perempuan, lelaki itu benar-benar sosok yang bikin saya penasaran. Ini salah satu alasan mengapa saya yakin bahwa saya adalah seorang heteroseksual dan suka heran mengapa ada beberapa orang yang berpikir bahwa saya adalah sebaliknya (terjemahan bebas dari … many think otherwise, huh kenapa ndak bisa mikirnya dalam bahasa Indonesia yah gue saat ini… halah biarlah saja .. kalian ngertikan maksudnya *sorry excuse for a writer I am*)
Lelaki itu seperti menyimpan sebuah rahasia di kepalanya. Parahnya, setiap kepala menyimpan rahasia berbeda. Terutama bila sudah berurusan dengan rasa yang ada di dada.

Sekali waktu ada seorang teman yang malu-malu (padahal sumpah mampus dia tidak cocok dengan gaya malu-malu itu) bercerita mengenai bagaimana dia jatuh cinta.
“Gue jatuh cinta, det. Gue yakin she’s the one saat dia memesan jenis minuman yang sama dengan mantan gue. Itu petanda, det”

Ok, baiklah if you say so.

Curhat itu bikin saya penasaran. Buktinya bahwa saya penasaran? Well, kejadian ini terjadi sekitar 12 tahun yang lalu, dan saya masih mengingatnya dengan jelas *errr..well, ndak jelas-jelas amat sih karena sepertinya dulu temen saya itu memberi tahu saya tentang jenis minuman yang dipesan perempuan itu*

Baiklah kita komparasi. Seorang sahabat (hahaha.. karena sahabat perempuan saya bisa dihitung dengan jari di satu tangan  yah, maaf ya… kalo ada yang tahu siapa Anda.. eniwei) pernah bercerita mengenai bagaimana dia jatuh cinta.

“Gue tahu he’s the one saat kami mau pulang dan ban mobil kempes. Di parkiran itu dia ganti ban sendirian. Sambil mengganti ban, dia kerap menengok keadaan saya dan beberapa kali berkata, ‘ngak papa kok, sebentar lagi akan beres. We’ll be fine.’ Saat itu gue yakin gue akan berjalan ke altar bareng dia”  ---hoho keren yah *ngaku deh bahasanya di poles dikit karena sahabat gue ini ndak mungkin semenye-menye ini hehehe*

This story I can relate to. Maksud saya, saat Anda melihat lelaki dengan peluh dan membereskan sesuatu, yah.. jelas itu terlihat keren bukan? Anda bisa membayangkan bagaimana kehidupan Anda dan dia di masa depan nanti. Tapi saat Anda jatuh cinta karena segelas minuman dan kenangan terpendam. Well, I gotta ask why, rite?

Er… mungkin contoh di atas bukan contoh yang baik untuk menjadi illustrasi betapa saya tak mengerti cara berpikir lelaki. Well, contoh berikut mungkin bisa lebih jelas *maaf yak arena ini adalah blog pribadi, saya enggan meng-edit besar-besaran apa yang sudah saya tulis, jadi bagian atas STAYS –maaf untuk ketidaknyamanannya*

Sebuah mix-up pernah terjadi dalam hidup saya yang (mungkin) cocok sekali untuk dijadikan sebagai contoh kasus disini. 

Di suatu hari nan indah di sudut ujung bumi, saya baru mengetahui bahwa seorang teman baik saya berulang tahun……. SEHARI SEBELUM!!! *bagi yang kenal baik dengan saya, pasti tahu bahwa I’m not big on bday and tend to forget it * jadi seperti biasa –sama seperti kasus2 ulang tahun teman-teman yang lain—saya kelimpungan mencari hadiah untuk menebus kealpaan saya coz I know sobat gue yang satu ini orangnya ultra sensitif (sepertinya anak-anak lain sudah memberi ucapan dan lupa memberi tahu saya–yang kebetulan sedang juggling waktu antara dua kampus)

Karena bingung, yah saya mencari jalan yang termudah saja. Karena waktu itu saya sedang belajar motret, saya punya stok foto dia… satu saya cetak, beri figura.. dan jadilah kado….Hohoho.. cerdas bukan? *well, I thought so at the time* Nah, karena saya ndak suka sama yang namanya wrapping papers, saya menggantikannya dengan bunga mawar putih. Sederhana saja, saya memang suka beli bunga, jadi hal pertama yang terlintas adalah beli bunga. Selesai masalah.

Nah, ternyata saya salah.

Ribuan bulan kemudian (saya lupa tepatnya berapa jarak antara ulang tahun saya dan dia—tapi yang pasti jauh sekali) .. tibalah waktunya saat saya ulang tahun… saya lupa apa yang saya lakukan dengan teman-teman saya waktu itu… tapi sepertinya seru sekali *yeah rite, det.. seru sekali kok bisa sampe lupa? hehehe* dan tiba2 sahabat saya yang berulang tahun ribuan bulan lalu itu memberi saya setangkai mawar putih.

Aih, mati ngak sih lo! In de middle of a freaking nite, in de middle of nowhere, you got this guy giving you a white rose. If it were a movie, I could see the first snow falls and a violin playing. Hahaha… but is not… 

So days after that I kept thinking, what is wrong here? What should I make of this? I thought long and hard. Suddenly I gave in. I asked!

Penjelasan sahabat saya itu, bikin saya bingung mau ketawa atau ngemplang kepala saya sendiri karena saya bodoh.

“Bunga itu gue kasih karena lo juga ngasih gue bunga,” jelas dia sambil menatap saya.
“Bunga mana?” Tanya gue bingung.
“Bunga waktu ulang tahun?”
“Huh? Ulang tahun lo gue ngasih foto kok,” jawab saya santai dan tiba-tiba it hits me. It hits me real hard. I gave him flowers. It was suppose to be a substitute for a gift wrap, but it is still a flower, and he mistook it.

Untuk beberapa lama dia –sepertinya—sempat berpikir bahwa I had a thing for him, dan bodohnya untuk beberapa hari saya juga berpikir demikian. Hanya karena pemaknaan yang berbeda mengenai sesuatu yang sederhana. Halah! Why didn’t he say something? It will save him from all the misery he felt of not knowing…
Lalu saya berpikir lagi, Yah… iya kalau dia pakai mikir….

Tapi—at the time it was weird enough knowing that that just happened jadi saya tak mau membahasnya lebih lanjut.

Mixed up di atas –yang cuma cuplikan kecil dari mixed up-mixed up lain yang terjadi dalam hidup saya—yang membuktikan bahwa saya bukan pengamat lelaki yang baik. Cara berpikir mereka itu benar-benar berada di luar nalar saya . It’s funny though, karena saya kebanyakan berteman dengan mereka. Tetap saja, all these years still confused as hell… hehehe…

Mungkin hal itu yang terus membuat mereka jadi menarik di mata saya yah, well hehehe… tapi kadang yah, kadang saya ingin sekali bisa menyelam di sel-sel kelabu mereka dan tahu secara tepat proses yang terjadi di kepala itu dan akhirnya mengerti mengapa hasil akhir yang keluar adalah demikian. Mmmm…. Seperti Papa ganteng-nya teman saya di atas. Wah .. if I could pick his brain out… Oh, what a story to tell ain’t it?

*punten banget atas bahasa cendol di atas, tulisan ini memang dimaksudkan untuk belepotan bahasanya untuk menunjukkan kelabilan penulis saat menuliskan karyanya ini * tapi tetap, enjoy guys!

Eh, oh ya... saya harus mengatakan ini... sebenarnya ada rasa keengganan untuk berbagi cerita pribadi saya ini (karena belakangan ini saya sedang tak py teman baik untuk diajak ngobrol – masalah ruang waktu dan kesempatan—maka saya tumpahkan saja di blog ). Well, yang membuat saya enggan sebenarnya adalah cerita ini adalah cerita pribadi saya dan teman-teman dekat saya... merasa agak sedikit melanggar privasi sih, tp come to think of it,, ini kan cerita kami berdua (atau bertiga atau berempat) jadi saya jg py hak yang sama atas cerita itu, bukan? Well... kalau ada yang mau protes ... kirim email aja ya, guys... biar bisa dicari jalan tengah.. :)

4 comments:

ric ky said...

temen gw (cowo) ada yang senang membayangkan gebetannya (dulu) sedang mengganti ban mobil. btw, harusnya lo kasi mawar KUNING

Jia e said...

Hey, aku suka tulisan ini. Dan jangan khawatir, aku tak tau siapa yg kau bicarakan. ;)

detta aryani said...

@ ricky : temen lo, gue kenal kaga. Haha! Krn cm tahu arti mawar merah doang, mk g pilih yg putih aja (kg tau artinya) i luv flowers but not enough to memorize its meaning. *ya akan kugoogle artinya*

detta aryani said...

@katumbiri: makasih bgt! Seneng bgt kalau tahu tulisan saya ada yg suka. Ah, you made my day, dear friend. :)