Thursday, July 22, 2010

TAKUT

takut. Sepertinya saya akrab sekali dengan kata ini. Banyak momen dalam hidup yang membuat saya dekat sekali dengan kata ini. Walau teman-teman terdekat saya menyatakan bahwa saya tak pernah terlihat takut, tapi *hell, what do they know* (i say this with respect.)

teringat hari pertama masuk di sekolah baru.
teringat naik sepeda dan hampir tabrakan saat membelok di komplek besar itu.
teringat pertama kali pegang mike dan menjadi MC di sebuah acara.
teringat berjalan di Sukawening sendirian pukul 3 pagi.
teringat keluar pertama di ujian Manajemen
teringat menunggu telepon panggilan kerja dari sebuah majalah
teringat pertama kali mengajar di depan mahasiswa
teringat berhadapan dengan dosen favorit membahas analisa tesis
teringat tergelincir di Kalimantan
teringat saat menghadap salah satu orang yang saya kagumi untuk mengundurkan diri dari majalah yang saya cintai
teringat masuk kelas bersama ibu untuk mengambil rapor kelas 2 SMP dan 1 SMA
teringat main kulintang
teringat sesaat setelah pertama kali menghisap lintingan bodoh itu
teringat setiap reuni
teringat makalah ekonomi yang lupa untuk di-print
teringat rahasia miliknya yang seharusnya tidak saya ketahui
teringat akan rasa saat mendatangi dep pendidikan dan menerima penghargaan itu
teringat rasa saat menyadari bahwa tak mengerjakan empat soal terakhir di ujian EBTANAS
teringat mematikan telepon agar dia tak menelpon
teringat saat menyadari bahwa dosen itu tak mau menandatangi skripsi
teringat saat pertama kali pulang pagi dan mendapati bapak menunggu di depan pagar
teringat saat sakit (lagi) setelah baru beberapa bulan ke luar dari rumah sakit
teringat tulisan bodoh yang diloloskan karena belas kasihan

ah... masih banyak lagi..
ketakutan-ketakutan saya yang lainnya

kata seorang teman, semua ketakutan saya rasanya trivial sekali. Ah, bukankah rasa takut itu sama saja? Besar atau kecilnya masalah yang dihadapi itu tak penting,  yang penting di sini adalah rasa yang menguasai dada.

takut. mungkin tak banyak yang tahu bahwa saya sebenarnya penakut. mungkin karena kalau saya takut, biasanya saya hanya menutup mata dan berpura-pura gila --lalu melakukan apa yang harus dilakukan dengan gagah berani--- tak heran bahwa banyak yang menyangka  saya amat  percaya diri padahal di dada sedang menanggung rasa takut luar biasa...

takut. ini adalah kali pertama saya bercerita mengenai takut saya tanpa dipotong komentar-komentar orang sekitar saya. takut saya, bagi yang mendengarkan, biasanya dianggap sebagai sesuatu yang bisa diobati dengan kata "ah, you can do it" atau "yah, sabar saja" atau "it's not that bad, kok" atau lebih parah lagi.... disambut dengan tawa... takut saya, di mata mereka, seakan sesuatu yang tak nyata.

takut. hari-hari belakangan ini saya sedang mengalami ketakutan lagi. dan seperti biasa tak ada yang percaya dan bahkan ada yang tertawa. tak adakah orang yang percaya bahwa saya benar-benar takut? what can i do to make you guys believe that I am afraid that I will turn into nothingness if i stay here a bit longer here? or you really want to see proof first then you'll acknowledge it... but by then I'll be long gone, wouldn't I?






4 comments:

'M ' said...

takut membuat katatonik :(

detta aryani said...

jadi takut untuk takut...

'M ' said...

benar :( soalnya gak enak. jadinya takut...

detta aryani said...

Jadi harus giman? Tutup mata dan belaga gila!