Thursday, July 14, 2011

Rindukah kamu?

"Apakah kamu merindukan aku," ujarnya sambil menunduk dan memainkan pematik api di tangannya. 

"Rindu?" ulang perempuan yang kini telah memangkas pendek rambutnya dengan alasan ingin membuang kenangan akan belaian lelaki itu pada rambutnya yang panjang.  

"Bagaimana aku bisa merindukanmu", ujar perempuan itu perlahan sambil membuang muka, "kalau tiap tarikan napas, aku selalu teringat padamu?"

"Selama delapan tahun ada aku di kepalamu?" ujarnya sambil menarik napas panjang.

"Iya," ujar perempuan itu dengan ekspresi yang datar, seakan dia hendak bercerita mengenai cuaca hari ini yang sama dengan cuaca hari kemarin dan minggu kemarin. 

"Apakah aku, yang ada di kepalamu itu, tumbuh berkembang dan menjadi sosok dewasa seiring dengan kedewasaanmu? atau dia masih jadi sosok aku yang dulu, anak hijau tanpa gambaran masa depan?" 

Perempuan itu menghela napas, dia masih menolak untuk menatap lelaki yang duduk di hadapannya itu dan kini dia menolak untuk menjawab pertanyaan itu. 

"Tahukah kamu, aku sudah membayangkan pertemuan ini sejak lama. Di kepalaku sudah ada beberapa versi mengenai pertemuan ini. Versi memelukmu erat-erat dan tak melepaskanmu lagi, versi bersalaman formal dan menaifikkan kenangan dan rasa yang ada, dan versi menunggu dirimu yang tak kunjung datang. Sesering itu aku memikirkan ini." 

"Tapi apa artinya itu semua? Apa artinya dirimu yang ada di kepalaku, apa artinya keinginanmu yang besar untuk bertemu?" 

Kini giliran dia yang terdiam. Dia tak pernah memikirkan itu semua. Apa gunanya rahasia yang dikuak? Apa maksud dari pertemuan setelah hampir sepuluh tahun tak berjumpa?

"Ternyata tidak ada, bukan?" ujar perempuan itu sambil mengambil pematiknya dari tangan dia. 

"Harusnya ada, sayangnya tak bisa...." ujar dia setengah berbisik. 

"Ah, fungsi kenangan memang hanya untuk mengingatkan kita bahwa dulu.. dulu sekali...kita pernah hidup dan membuat jejak dalam hidup orang lain.... bukan untuk menciptakan masa depan." 

Lelaki itu menunduk. mengulurkan tanggannya. dan menggengam erat perempuan yang ada di hadapannya. 

"Tapi aku tak menyesal bertemu, karena mulai hari ini, aku ingin hidup di masa lalu bersamamu, mungkinkah itu?" 



***
ah, bisa aja si kurcaci ini bercerita *ketjup*  
 


8 comments:

rendy imandita said...

curhatan nan colongan ya

detta aryani said...

colongan nan curhat ya?

rachma wati said...

Telat woy!! *timpukgalon* *esmosimendera*



:))

detta aryani said...

wakakakak! ampyun!!! :P

Candra Aditya said...

wah... wah... *sambil geleng-geleng kepala

detta aryani said...

Knp, can? Lg rindu?

Candra Aditya said...

rindu banget! sama mbak detta. semester depan kita sering ketemuan dong!

detta aryani said...

ah, bikin deg2an aja .... :)