Thursday, January 19, 2006

9 naga

“9 Naga mah film bisu nggak jelas……”
dan gue ternganga….

15 menit sebelum gue masuk ke bioskop untuk nonton film itu tiba-tiba gue denger review mengenai 9 Naga di depan gue tanpa gue minta.

Agak gelagapan juga gue…..
Maklum saat ‘lo nonton sendirian, you gotta be sure that the movie u’re watching is a good one… karena lo bakal bored to death nonton sesuatu yang buruk tanpa ada orang di sebelah ‘lo untuk diajak nyela-nyela itu film … hehhehehe…..

Namun dengan keberanian tinggi gue masuk ke teater 4 megaria dan duduk dengan damai di E-9 …… right smack in the middle to watch 9 Naga…. Hoping that the review was wrong….

Katanya sih 9 naga bercerita tentang pembunuh bayaran…..
Katanya sih 9 naga action packed movie karena cast-nya bela-belain belajar nembak….

Entah kenapa gue nggak nemuin itu…..

9 Naga bagi gue adalah sebuah film lelaki dan kontemplasinya .

the fact that he is a paid hitman is just something to make it more interesting….

Tanda ini filmnya Rudi berasa di 9 Naga ini…. Dari mulai AADC dan Mengejar Matahari (gue belum nonton Tentang Dia) semua ngasih liat bahwa seorang Rudi itu jeli banget sama details… dia beneran manusia yang me-worship details… jadi rasanya nonton itu nggak di teeeppuuuuu….. (tidak seperti beberapa film Indonesia lainnya)

Well, lets start reviewing the movie then…..

Pertama…. Soundtrack-nya dasyat bung!
Waktu pertama kali denger soundtrack ini di tivi, seorang temen gue ngeluarin pernyataan ‘gila.. kaya lagu gereja….’ The fact that dia nggak pernah ke gereja kita abaikan disini…. mungkin maksudnya soundtrack 9 Naga seperti lagu rohani cocok untuk orang berkontemplasi… dan film ini emang sebuah film kontemplasi mengenai hidup dan pilihan yang diambil oleh seorang lelaki.

Kedua… Isi ceritanya
It started like Mengejar Matahari… sebuah persahabatan sejati dari masa kecil sampai dewasa.. 3 orang sahabat yang bahu-membahu menghadang kerasnya hidup di Jakarta. Pekerjaan mereka pembunuh bayaran. Pembunuh bayaran digambarin disini bukan sebagai sosok yang ketawa liat korbannya mati dan menari-nari diatas mayatnya. Tapi pembunuh bayaran yang menjawab “satu aja udah kebanyakkan” waktu ditanya berapa karung berisi mayat yang telah mereka buang ke kali itu. Pembunuh bayaran yang minta cuti untuk ngebantuin adikknya ujian masuk universitas, pembunuh bayaran yang ngantri di POS PIN supaya anaknya terimunisasi, seorang pembunuh bayaran yang bisanya menatap gadis yang disukainya tanpa bisa berkata apa-apa….

Gue bukan laki-laki…
Jadi gue nggak bisa mengkritisi ironi ini……
Tapi rasa yang gue alami saat nonton film ini adalah rasa yang sama saat gue baca cerpen-cerpennya Seno Gumira Ajidarma (mungkin karena mereka semua laki-laki?)
Ada sisi romantisme yang hadir di balik kekelaman hidup.
Kalimat ini ngerangkum pendapat gue mengenai 9 Naga….

Kalimat-kalimat seperti

“Sejak kapan ada rambut putih tumbuh disini?” kata si pembunuh bayaran itu kepada istrinya sambil menatap wajah si istri dengan lembut sesaat setelah istrinya membuka matanya saat fajar tiba.

“Sejak kapan sih abang bisa duduk lebih dari 5 menit disini?”
-“Makanya besok-besok kalau mau ngomong, ‘gebukin aja aku sampai babak belur dulu” kata sang suami saat istrinya meminta mereka pindah rumah.

Anggep aja gue saudara….
Orang terakhir yang nganggep ‘lo saudara akhirnya mati !!
Obrolan mendalam antara adik dengan orang yang membunuhnya kakaknya

“Rosmina… namamu seperti bunga……” kata si pembunuh bayaran itu kepada gadis yang disukainya, tanpa ada maksud apa-apa … hanya karena dia ingin berbicara tanpa tahu mau bicara apa……

bertaburan mengisi film ini….. gimana gue nggak tersedu-sedu ngelap tetesan airmata karena haru….

Kadang gue pikir ada hikmahnya juga bioskop itu dibikin gelap… rasanya nggak pantes banget orang kaya gue nangis karena kalimat di sebuah film.


Ketiga … Cast…..
Bagian ini kudu musti gue tulis nih…. Gue pikir Fauzi bakal jadi peran utama di film ini… ternyata dia Cuma jadi peran pendamping aja… sebenernya bagi gue ini nggak masalah ya…. Karena menurut gue Lukman Sardi pas banget jadi pembunuh bayaran yang lebih tua.. dan Fauzi keren banget jadi anak kecil yang memuja sahabatnya ini… tapi rasanya aneh karena di posternya gambar si Fauzi segede gaban yang muncul. Kenapa nggak gambar Naga aja?
Overall gue pikir film ini layak banget di tonton..
Tapi jangan nonton di megaria karena pertengahan film berhenti karena masalah teknis dan gambarnya kadang lompat-lompat …..
Bikin bete…..
Mungkin kalau udah keluar VCDnya gue tonton ulang untuk ngeliat apa yang gue miss dari film ini karena lompatan-lompatan itu…

Nah bagian terakhir ini gue mau nulis pertanyaan gue yang selama perjalanan pulang dari megaria menghantui kepala gue…. What is it with Rudi and guns? Kenapa film ‘laki’nya Rudi selalu memperlihatkan gambaran komunitas miskin Jakarta dengan sosok pistol…. Hehehee….. not that I don’t like it… I’m just curious, man!!!

Segitu aja…. Semoga kalian suka baca review gue….
Detta

No comments: