Wednesday, December 21, 2005

DAY TWO (Thursday Dec 15)

This day was suppose to star with the film called Passabe.. tapi di cancel jadi gue nonton WORLD ANIMATION di Teater Kecil 2 pm

Isinya potongan-potongan animasi yang terdapat di iklan dan video klip di Inggris… sayang gue bukan orang Inggris jadi nggak bisa multi bahasa seperti orang-orang Eropa lainnya, jadi beberapa iklan gue Cuma ternganga karena ndak ngerti ceritanya, walaupun dengan hanya ngeliat gambar aja gue udah cukup seneng (abis sumpe mampus keren ) ada beberapa yang fascinates me

- sebuah video klip yang gue lupa dari siapa.. pokoke lagunya kacau banget (pendapat pribadi gue) tapi ngeliat animasi yang dilakukan disana bikin gue… menikmati gambar yang ada tanpa hirau terhadap musik cadas yang menjadi latarnya.

- Klip Cold Play sumpe keren banget !!!!

- Iklan layanan masyarakat Inggris tentang pelecehan anak… yang ngegambarin seorang ayah yang brutal yang memukuli anaknya.. si anak di iklan itu digamabrin sebagai kartun jadi digebukin di tending… si anak menerimanya dengan gaya kartunnya… tapi at the end of the commercial si anak kartun berubah jadi anak beneran yang terjatuh dari tangga waktu ayahnya memukul. Dan ada kalimat terakhir dari iklan itu yang bilang “ Your Kid is not Cartoon They Won’t Bounce Back Everytime You Hit Them” … hehehe sebenernya g lupa the actual words tapi seperti kaya gitu lah….

Perjalanan ke dua, kita (oh ya gue nontonnya sama Mbak Novie) berjalan menuku TIM 4 untuk nonton KONTROLL 4.45 pm

Ini film ajaib….

Kalimat itu nyantol di kepala gue saat gue disuruh mendeskripsikan film yang gue baru tonton tanggal 15 Desember ini. Ini bukan film yang biasanya jadi favorit gue untuk nonton karena story line –nya nggak jelas. Gue suka rese sama film yang nggak ada alur ceritanya karena gue merasa nggak bakal ngerti pesan yang mau disampaiin sama si film maker kalo story linenya berantakan. Tapi untuk film KONTROLL ini, I’m willing to make an exception. Film dengan alur cerita yang berantakan ini diawali dengan pernyataan dari kepala stasiun kereta api bawah tanah Budapest (tempat lokasi syuting KONTROLL) yang menyatakan bahwa film ini 100% fiksi belaka hanya saja KONTROLL menggunakan lokasi stasiun kereta api yang ada di kota itu. Gue pribadi sempet syok waktu liat bahwa ada seorang kepala stasiun dengan notepad hitamnya dan tampang serius membacakan pengumuman ini di awal film... ( bukannya ini biasanya dibelakang dan pengumumannya sifatnya tertulis) ..

Setelah nonton gue baru ngerti kenapa hal itu perlu.

KONTROLL bercerita tentang kehidupan pemeriksa tiket di kereta bawah tanah di kota BUDAPEST. Nggak seperti di negara kita dimana para pemeriksa tiketnya adalah laki-laki berseragam biru putih lengkap dengan topi, kalo di Hungaria para KONTROLL (pemeriksa tiket ) pake baju bebas dan jenis kelaminnya nggak hanya laki-laki saja. Di ceritakan di film itu bahwa di Budapest orang-orang enggan membeli tiket, beda sama Indonesia yang orang rela nyuap si pemeriksa tiket waktu kedapatan nggak punya tiket, di Hungaria orang lebih seneng berantem dan mempertahankan ‘ketidakinginannya’ untuk membeli tiket. Bagi gue yang orang Indonesia dengan keengganan untuk bikin kehebohan di mata umum, gambaran-gambaran mengenai kondisi seperti ini bikin gue penasaran. Selanjutnya film berkisah mengenai tantangan-tantangan lain dalam kehidupan seorang pemeriksa tiket (selain the fact that people often doesn’t wanna buy tickets). Ada cerita tentang orang yang doyan ngisengin si pemeriksa tiket, ada cerita tentang orang gila yang doyan mendorong korban jatuh ke rel sehingga mati tertabrak kereta, ada cerita tentang kompetisi RAILING (lomba lari cepat di jalur kereta yang tertutup dengan kereta ekspress di belakang pelari dan kereta malam terakhir di depannya) antar para pemeriksa tiket, Ada cerita tentang kebosanan yang menghantui para pemriksa tiket yang akhirnya lead to pembunuhan terhadap penumpang yang tidak sopan oleh seorang pemirksa tiket yang biasanya santun, ada cerita tentang seorang pengguna kereta yang tidak merasa perlu membeli tiket karena ayahnya adalah masinis kereta itu.


Kilasan-kilasan cerita ini ndak memiliki ending .. it’s just there for the people to watch, pembuat filmnya tidak berupaya untuk menceritakan kelanjutannya karena focus cerita dia adalah pada seorang tokoh penjaga tiket yang takut untuk keluar dari bawah tanah. Dan cerita ini juga nggak diberi embel-embel alsan dan akhirnya bagaimana.

Film pertama bagi Nimrod Antal ini adalah sebuah film yang becerita tentang cahaya. Dari film ini gue bisa liat makna sebuah cahaya, bagimana cahaya bisa memicu perasaan-perasaan tertentu dari orang yang melihatnya. Gambar-gambar dengan lighting yang superb ini mau bercerita mengenai apa yang nggak bisa diceritain oleh gerakan actor dan dialognya.

Acungan jempol buat teknik lighting dan eksplorasi si filmmaker terhadap lokasi. Sebuah stasiun yang suram dan bertaburan sampah di tangan Bapak Antal ini bisa terlihat romantis, anger dan meriah. Ada sebuah adegan di dalam kantor stasiun yang dipenuhi dengan kursi dan file pada satu saat dibuat begitu indah dengan tatanan cahaya jingga yang keren abizzz yang membuat gue berbelalak waktu tahu itu adalah kantor yang stuffy yang ada di adegan sebelumnya.

Ada satu teknik yang Bapak Antal pake yang bikin gue kagum berat. Sebelum cerita ini gue harus bilang dulu bahwa gue adalah pencinta musik latar, menurut gue ‘musik latar itu membedakan kehidupan nyata dengan kehidupan nyata yang di visualisasikan di film’ jadi semua film yang mau dikatakan bagus .. HARUS KUDU DAN WAJIB punya musik latar yang bagus. Well, ini yang dilakukan di film KONTROLL, dari awal film mulai kita disuguhi oleh musik tekno dengan ketukan cepat yang bikin kita merasakan atmosfer sbuah kereta api bawah tanah yang selalu di penuhi oleh lalu lalang penumpang. Pada sebuah adegan Bapak Antal melakukan sesuatu di musik latar itu yang nggak pernah gue lihat (denger sih lebih tepatnya…) sebelumnya. Begini adegannya.

Dalam sebuah pesta di stasiun kereta api bawah tanah musik yang disuguhhkan ada meusik tekno yang riang dengan ketukan yang cepat, lalu ditengah pesta yang meriah itu si tokoh mendapati bayangan musuhnya berkelibat diantara orang-orang yang sedang berpesta. Si Tokoh mulai melakukan pengejaran. Pada saat si Tokoh berhasil melihat si musuh musih tekno pesta diganti dengan musik yang suspence.. tapi musik pesta itu nggak hilang begitu saja. Musik pesta itu terdengar lebih pelan dibanding musik Suspense yang seakan menimpanya. Musik Pesta dijadikan latar dengan cara membuat musik itu terdengar kalo kita nutupin bantal diatas radio kita dan mendengarkannya. Setiap kali si musuh itu hilang dari pengelihatan musik pesta kembali jadi musik utama sedang musik suspense hilang dari telinga, saat si musuh kembali terlihat musik suspense jadi utama lagi.

Gue takjub berat sama gaya ini…

Film ini emang bikin gue nanya “Terus ceritanya gimana?” (dengan gaya Penonton Bodoh di film Janji Joni) tapi one thing for sure gue suka banget sama film ini, buktinya panjang banget gue nulis reviewnya. Gue suka sama film ini karena gue nggak pernah liat film seperti ini sebelumnya.

Setelah berpusing-pung dengan control, gue dan Mbak Novie (teuteup) lari ke Sarinah.. (setelah tahu kalao shuttle bus JIFFEST nggak pas sama jadwal nonton, kita berangkat sendiri ke Djakarta Theater) dan Nonton Spring, Summer, Fall, Winter… and Spring again (Korea) 7pm

Film ini sama dengan judulnya, panjang dan penuh pengulangan.

Film dengan judul panjang ini gue tonton bareng sama KONTROLL, jadi it makes 2 movies in a row yang gue tonton penuh dengan keanehan. Beda dengan KONTROLL yang nggak punya cerita yang jelas, SPRING SUMMER FALL WINTER .. AND SPRING AGAIN ini ceritanya terlalu amat sangat sumpee mampus sederhana banget… saking sederhananya sampe gue takjub…..

Cerita sederhana itu diawali dengan kisah seorang biksu tua yang hidup di biara terapung di tengah danau jauh dari peradaban bersama seorang biksu kecil. Di musim semi pertama (SPRING) kita di beri kisah mengenai karma.. apa yang kamu lakukan kepada orang lain akan dilakukan juga kepada mu.. bagaimana si biksu tua melihat keisengan biksu kecil terhadap binatang dan menghukumnya dengan cara membuat dia merasakan penderitaan binatang yang dia siksa… Musim berganti dan kita memasuki SUMMER .. Biksu kecil menjadi seorang remaja yang jatuh cinta dengan pasien biksu tua dan pergi meninggalkan biksu tua itu untuk hidup bersama si gadis…. Musim bergulir ke FALL… Biksu tua hidup sendiri di temani seekor kucing saat dia membaca bahwa si biksu remajanya itu (sekarang sudah dewasa) membunuh si gadis yang dicintainya. Mantan Biksu yang kini menjadi pembunuh itu kembali ke biara terapung ditengah danau jauh dari perabadan itu. Biksu tua menerima dengan sepenuh hati dan menjaganya sampai polisi datang menjemput sang buron itu. Pada musim ini sang biksu tua mati….. Musim berlalu menjadi WINTER yang beku… Sang biksu muda yang baru keluar dari penjara menemukan biara terapungnya yang telah terbengkalai di tengah danau beku. Dia mulai memberesi biara itu dan hidup menjadi biksu dan pada suatu hari seorang ibu datang menyerahkan seorang bayi kepada sang biksu untuk diawasi.. dan SPRING cerita berulang lagi……..

Sederhana banget nggak sih? Tapi cerita yang berjalan lamban ini memberi kita scene demi scene yang dipenuhi dengan landscape Korea di keempat musimnya yang diambil dengan amat sangat memukau. Biara terapung yang terkadang bergerak diatas air, Embun di musim yang dingin diatas danau, dan salju yang membeku dia atas sebuah air terjun memaksa kita yang udah mulai bosen dengan kelambatan dan kesederhanaan cerita film ini untuk duduk dengan tenang menikmati keindahan panorama yang ditawarkan..

Di film ini ada sebuah kalimat yang menurut gue kerennya setengah mati…

…..JANGAN MENCINTAI SESUATU,KARENA APA YANG KAMU CINTAI PASTINYA DICINTAI OLEH ORANG LAIN JUGA…JADI KALAU KAMU MENCINTAI SESUATU BERSIAPLAH UNTUK MELEPASKANNYA….

WOW….

No comments: