Thursday, November 09, 2006

NONTON SELASA

Sudah janji sama diri sendiri untuk nulis dan inilah hasilnya....

Selasa pk.18.30
Kompetisi 09 : DIRUNDUNG ASMARA
Dengan judul yang genit program yang berisi 5 film ini bercerita tentang cinta dan sejuta rasanya. Ternyata cinta (setelah liat film2 ini) terasa hambar dan tidak menarik.. mungkin terpengaruh dengan masalah teknis (entah dari filmnya atau dari pihak studio) yang bikin gue males dan bosan menonton layar yang bercerita ini.....

Film pertama A+J (Aldo Samuel Liong)
23 menit 21 detik terasa terlalu lama untuk mencoba mengunyah sebuah film yang dialognya nyaris tak terdengar (I even sound corny like a commercial). Setelah meraba-raba dalam kekeruhan gambar dan suara... memang gue sedikit bisa menebak (mind you menebak, lho) kisah yang coba dituangkan disini... emang cinta yang jadi garis besar (bahkan pakai kutipan alkitab at the end of the movie yang mengangkat ttg cinta ) ...tapi yang ada di sini adalah sebuah masalah cinta yang standart (sori, ndak bermaksud jahat sama cinta karena sepertinya kalau liat film ttg cinta isinya selalu ‘I love you- you love me.. but we can’t be together... aih mati....)well... sudahlah..... kita udah dapetin itu di sinetron.. all that drama and talk and love... bahkan Cuma gara-gara sebuah kalkulator seorang anak digampar sama bapaknya (cie.. sinetron banget nggak sih...)

gue selalu mikir kalau film pendek itu harus beda sama film panjang.. sama seperti novel dan cerpen.. saat novel berdarah-darah cerita tentang sebuah kisah.. cerpen ngambil satu cuplikan cerita yang matters.... sebuah momen yang merangkum dan memberi arti.. gue ndak liat itu di film ini.... padahal openingnya keren banget .. seorang anak kecil yang ketawa-ketiwi lalu nangis... dan ada gumaman ( abis ndak kedengeran sama sekali) seorang lelaki yang berkata mengenai jalan hidupnya dan pilihan-pilihan hidupnya yang ’salah’

bagi gue yang salah adalah gue kudu nonton film pendek yang terasa panjang banget ini.

Film kedua : Kara, anak sebatang Pohon (Edwin)
Film yang sangat heboh dibicarakan tahun lalu karena bisa mencuri perhatian festival internasional. Untuk pertama kalinya gue liat film ini dan terpana. Gokil, ternyata ada orang Indonesia yang bisa bikin film pendek keren kaya gini... setelah sebelumnya mencaci maki film pertama, film kedua membuat gue sadar mengenai konsep bagus dan enggak. Kara adalah film yang sepi dialog dengan gambar-gambar yang memukau (sayang , sepertinya studio 1 TIM sedang ada masalah karena warna dalam film itu dalam bayangan gue lebih keren dari apa yang gue tonton semalem. DAMN). Menurut gue this is what a short movie should feel like. Cerita yang pendek, tanpa banyak kisah membiarkan penonton mengintrepretasikan sendiri maksud filmnya... yang gue kagumi berat adalah castingnya. Si Kara itu pemain dapet dari mana sih? Mukanya keren banget gitu.. dingin banget, cocok menjadi seorang anak sebatang pohon!

Film ketiga: Segigit Roti Manis (Tommy Waskito)
Film untuk ujian anak D3 IKJ. Cute.. cerita sederhana yang bisa bikin ketawa. Gambar yang dihasilkan layak disebut sebuah film. Ndak bosen melihat, openingnya keren (sang sutradara tahu cara yang baik untuk kasih liat keindahan sebuah roti yang baru tersaji).. gue pikir dengan opening keren itu di dalam flmnya bakal gue lihat dengan sukses bagaimana si pramusaji itu membuat tampilan kue yang keren, tapi sayang enggak... jadi sepertinya opening itu hanya tampilan depan aja.. di dalemnya don’t expect to see anything like it.. sayang.....

Sally’s Spring (Lydis S. Budianto)
Sebelum film ini gue udah liat film S. Budianto yang lain.. jadi gue pikir bakal dapet kualitas yang sama ternyata tidak. Resensi film yang ada di buku jadwal Festival Film Pendek Konfiden membuat gue menyangka bakal melihat sesuatu yang jahil dan nakal (film The Dog Bulglarnya Budianto begitu sih) tapi ternyat ini datar banget. Gue seakan nonton film After School Special di tahun 80-an di Amerika (I don’t mean it in agood way, lho) sayang deh....

Film terakhir dari Miles (Bukan) Kesempatan yang terlewat (Lasja Fauzia)
Gue baru tahu setelah selesai nonton bahwa ini adalah salah satu iklan Lux. Booooo.. pantes gambarnya keren. Perasaan gue waktu nonton ini adalah seakan gue lagi disuruh nonton video klip yang berkepanjangan (eh apakah music clip termasuk film pendek?) well, enimei film ini emang ajang Dian Sastro tampil sebagai icon Lux jadi God forbid kalau dia keliatan jelek, atau there’s one strain of a hair mis placed.. padahal dia sedang naik kereta ke Parahyangan di kelas bisnis... mmmm... baiklah.... guess enough said. Cuma sayang yah.. seharusnya ceritanya bisa lebih kuat. Ndak terlalu hambar dan garing begitu. Tidak terlihat perubahan waktu antara setiap pertemuan Dian Sastro dan Christian.. if it were me.... gue bakal kasih liat musim hujan dan musim panas silih berganti untuk kasih liat bahwa DS dan C itu lama proses berhubungannya. Eh .. ada yang lutju nih yang baru kepikir... ternyata ada lho alasan kenapa gue mikir film ini kaya music clip.. ternyata di setiap adegan harus ada lagunya, sampai-sampai acara dialognya DS dan C harus di put in writting in order for the music 2 be heard... aih.... well, that’s one opinion sih.


Selasa, 20.00
Program Kompetisi 3 yang gue tonton setelah itu.
Temanya LAGI LAGI OBJEK. Entah apa maksudnya programer Konfiden milih judul ini... sebuah sindirian akan isi film, atau just plainly mau kasih liat bahwa isi film ini sekali lagi bercerita mengenai perempuan sebagai objek. Gue sih milih (kalau boleh milih) judul ini adalah sebuah sindiran terhadap semua orang yang ndak bisa keluar dari tema sex bila dihadapkan dengan mahluk yang diberi nama perempuan ....
Gokil dari tahun jebot sampe sekarang film ttg perempuan pasti isinya ttg seks. Waktu gue keluar dari teater kecil malem itu ada penonton yang bergumam, ”Gila, isinya tempat tidur semua, gitu.” Pikiran gue sama persis dengan orang itu. What is it with women sampe2 apa yang dilakukannya selalu berhubungan dengan tempat tidur. Is there nothing more than that for us? Gue sangka tempat tidur itu isi kepala laki-laki doing, ternyata tebakan gue salah, 5 film yang dijejerin konfiden kali ini, terlihat bahwa perempuanlah yang doyan sama tempat tidur.

Mau jadi artis naik ke tempat tidur sutradara,
Mau menyatakan cinta, naik ke tempat tidur pelanggan agar pacar yang jadi germo bahagia,
Mau bahagia, naik ke tempat tidur selingkuhan,
Mau tambahan uang, pulang kerja mencari tempat tidur orang beruang,
Ndak dapat uang setelah masa pensiun tiba, jadi PSK tua.

Wah heboh...
Entahlah, gue jadi bosen sama tema ini.....

Pelajaran Acting (Giras B)
Gerah liatnya. Itu kesan gue terhadap film pertama ini. Semua yang ada di titik ekstrim dimasukkan di film ini. Kelompok seniman yang usahanya keras, aktris yang selalu gagal dan miskin, bencong yang genit, sutradara yang ternama dan keras.... terasa banget bahwa ini film buatan.... booo.... enough already!
Perempuan yang cantik mau jadi aktris jadi alur utama. Perasaaan gue waktu liat ini adalah film makernya cari orang dulu buat main filmnya baru bikin ceritanya. Karena casting bener2 payah (eh my opinion lho). Ada Cong yang membiarkan kukunya pendek tidak terawat, berbulu dada, tapi pake make up rapi... that is so not it, baby.... if you wanna make a movie about cong, jangan berfikir mengenai cowok lenje nan gemulai... think about the detail ! booo... kan gerah nontonnya....salah satu keanehan lagi yang gue liat dari film ini adalah sang pemeran utama.... gokil, entah kenapa di scene2 penting dengan dialog sang peran utama bawainnya dengan kaku, tapi pas gue liat adegan yang hanya sekilas yang menunjukkan proses bagaimana dia jadi bintang seperti waktu shooting di pantai dan lainnya.. acting tuh cewek lepas banget.... entah karena grogi sama sutradara di adegan penting... ato emang dia terlalu menempatkan dirinya sebagai ’bintang’ ...
Wah pokoknya perasaan gerah itulah yang bisa mendefinisikan diri gue saat nonton film ini.

Film kedua adalah Aku dan Nina (Dinda M. Djunanda)
Di film ini sang sutradara adalah sang pemeran utama dan sang kameraman (welcome another Woody). Idenya layak gue acungin jempol deh... dia mau meremake film fenomenal Bandung Lautan Asmara (ndak perlu dijelasin bukan, sepertinya setiap orang tahu film apa ini) .... namun...... Dinda took a little step too far in making it. Dia seakan mau kasih liat bahwa film ini beneran dari home video dan dibuat langsung, sehingga mata kita diajak berputer2 ngak jelas bersama gerakan kamera yang ditenteng2. Obviously, gambar yang bagus bukan tujuan anak ini bikin film (sumpe mata gue ndak enak banget nonton film ini..... pernah denger konsep editing ngga sih, mas?) tapi emang keren idenya.... gue acungin jempol sekali lagi!

Film ketiga is Dalam Diam (Athpal S. Paturusi)
Waktu ditawari memilih film terbaik dari kompetisi 3 ini, film inilah yang gue pilih.... I love it. Permainan suara di film diibaratkan sama sang film makernya kaya hape yang bisa di silent dan di-vibrate. Ide cerita yang keren mengusung pemikiran bahwa dalam diam gue bisa berfikir, nyaris tidak ada dialog. Semua dialog terjadi di kepala si tokoh utama yang dituangkan dalam teks... mantap benar! Pemilihan pemain yang superb, karena kissing scene –yang menurut gue adalah adegan tersulit,... coz you have to have the chemistry baik antar pemain maupun sama film makernya—keren banget. Menurut gue film ini kasih liat the best sex scene yang diperbolehkan ditonton di Indonesia. Keren! Ceritanya sih cukup standart. Perselingkuhan, sebuah kamar hotel dan pacar kamar. Jadi inget sebuah cerpennya Seno tentang perselingkuhan dan sms... mmm...

Film keempat- Minimarket(Angga Ariestya)
Gue sering ke minimarket, dan ini bukan mini market yang biasa gue kunjungin sepertinya. Mbak2 dan mas2 yang canggung, gosip ibu2 yang diucapkan keras2, mencari tes pack di isle.. wah.... ini bule banget,mas. Ide cerita standart... perempuan yang keliatannya baik2 jadi perki di jalanan. Cuma sedikit pertanyaan mengganjal. Menjadi perki sih rata2 alasan ekonomi, bukan? Kalau iya, apakah gaji seorang penjaga toko sekecil itu kah?

Film terakhir Ibu (Renas Makki)
Sumpe ini film ini beneran gue pernah baca cerpennya karya salah satu pengarang besar kita. Waduh udah lama ndak baca buku, jadinya pelupa nih.. gue ngubek2 lemari buku gue pun ndak ketemu. Berarti ada di lemari buku yang ada di yogya. Mengenai seorang perempuan jawa tua yang menjadi pemijat, di film ini wanita jawa tua menjadi PSK.
Well.. entah apakah si film makernya mau cerita mengenai anehnya wanita tua jadi psk atau anehnya lelaki yang suka perempuan tua.... film pendek emang jangan terlalu panjang, tapi mbok ya jangan pendek2 banget toh sampe penonton Cuma bisa dapet ketawanya doang ngeliat nenek2 buka baju.... mmmm.... padahal menurut gue miris babnget keadaan, lo tua dan masih harus bekerja.... emphasize lagi gimana?

1 comment:

firman widyasmara said...

detta!! gue nge link ke blog elo yeeh heheheheheheheheh....

http://18-11.blogspot.com