Wednesday, May 30, 2007

Love is Cinta, is it?

gue janji nulis ini buat Herdi di multiply...
setelah ditagih berulang kali, akhirnya OK gue nyerah dan menulis pengalaman gue nonton film ini...
Pagi2 sebuah hari libur, gue ke bioskop nonton film ini... Judulnya emang udah terpampang gede-gede di poster2 jalan2 sekitar Jakarta. Sebuah judul yang bikin orang “males”.. bahkan Mamanya Herdi berkomentar, apakah film ini tentang kamus? Hehehe...well, ternyata perkiraan Mama Herdi ndak jauh melesetnya.. karena memang film ini niatnya mengupas habis tentang arti cinta....
Eh inget ngak jaman jahiliah dulu waktu kita masih jadi remaja yang lagi ranum2nya, kita suka membahas hal2 ndak penting seperti apa bedanya sayang dan cinta .. (aih good ol' time.. tapi sumpeh lo dari dulu i kindda find pembahasan ini sedikit norak tapi well, kita muda, dan hanya bisa ikutan temen2 yang lagi happening aja) ...

well, sepertinya Hanny Saputra—sutradara- dan Armantono -penulis-- mau kita ingat lagi sama kehebohan kita dulu itu, tapi mengingat pangsa pasar film dari Starvision adalah para remaja belia jadi mungkin aja ini mau membahas apa yang sedang “happening” di dunia mereka.... tapi menurut gue pribadi (yang udah tua, dan udah 'seen too many winters' ) sebego apa sih lo sampe lo naksir cewek yang namanya Cinta, tapi ndak bisa ngomong cinta? Hehehe.. mungkin ini karena pengalaman pribadi gue yang punya banyak temen yang statusnya 'playboy' dan gampang banget bilang 'cinta' sama setiap jidat bening yang masuk dalam wilayah radar mereka.... hehehe...
eniwei... film ini ndak asik banget ditonton, banyak masalah teknis yang menurut gue merusak banget (mind you guys, gue pecinta film menye-menye, bahkan gue punya hobi nonton film2 di Hallmark Channel, Nick Channel dan film serial Korea/Jepang untuk dapetin cerita menye tentang cinta dan remaja...)

Hal2 yang menurut gue menggangu antara lain:
apa artinya rumah Cinta yang dipenuhi dengan benda-benda vintage yang ndak nambahin makna pada film,
atau pertanyaan kenapa si pencabut nyawa bisa ngasih tahu bahwa mayat A adalah seorang banci, tapi fail to use his power untuk ngasih tahu ke anak --yang sedang memilih tubuh untuk tempat jiwanya yang tidak tenang itu-- bahwa mayat pilihan terakhir dia adalah gay dan prostitute?

Waduh... ditambah yang bikin gue stres adalah gambar-gambar yang indah dari atap gedung-gedung pencakar langit, atau lokasi sebuah tempat yang layak jadi latar video klip romantis dijadikan lokasi?

Apakah memang keindahan tidak perlu bermakna? Tapi ini adalah sebuah film, di mana semuanya harus memberi masukan pada pemaknaan si penonton –jadi tidak hanya tergantung pada skrip belaka-- Ughhh.....mem baca itu semua gue jadi distracted....

Dan banyak lagi adegan ndak penting seperti

-cowok bernyanyi untuk menggaet perhatian Cinta dengan pemain accordion di belakang cowok itu untuk menghidupnya suasana bernyanyi.. dan tiba2 saat Cinta jatuh, sang akordionis (?) hilang begitu saja karena adegan itu hanya diperuntukkan bagi cinta dan si laki2 itu... mmm...

-lalu adegan Cinta datang ke suatu tempat lalu menitipkan kunci mobil pada temannya, tiba2 saat Cinta terburu2 lari dari tempat itu dia langsung naik mobil dan tancap gas... what happen to your car keys, beib?

-dan rel untuk mendorong kamera terlihat dalam satu adegan ...

-ditambah adegan Cinta yang bisa menembus sistem keamanan bandara untuk mengejar pacarnya yang udah mau masuk ke pesawat...

-lalu adegan pacar Cinta yang mati dan di bawa ke ruang mayat untuk memilih jasad yang bisa dia masukin tiba2 bertanya (dengan bodohnya) sama si pencabut nyawa “ini surga?”


mmmm.... sayang dana besar untuk film lupa memasukkan faktor ketelitian dalam daftarnya...

aih... kok bisa nyela doang yah?sebenernya ndak nyela, cuma sebagai pencinta berat film (hehehe jangan protes... cinta itu buta 'kan?) gue ngerasa perlu ngeluarin unek-unek untuk dijadiin masukan bagi semua yang mau bikin film, supaya gue bisa termehe2 nonton film bikinan bangsa sendiri.... Betul?

8 comments:

lia namaku said...

sama satu lagi mbak, itu lho, kok malaikat pencabut nyawanya bisa punya bayangan ya, waktu dia berdiri disamping billboard, berarti dia manusia yang punya berat jenis donk ?:P

detta aryani said...

iya itu.... hehehe.... detailing yang payah... tapi gue teuteup niat nonton ampe kelar.. hehehe

herdiana hakim said...

akhirnya! hehehe... the most awaited review has been posted.
what?? tokoh utamanya bernama Cinta (lagi)?? ugh. berasa de ja vu... okeh, tuntas sudah rasa penasaranku. there's nothing new indeed.

ps. eh tapi! kita masih suka loh, membicarakan, membahas, menganalisis hal2 ndak penting itu sampe sekarang. apa itu berarti zaman jahiliyah masih berlangsung? or it's just simply us? but that's what keeps us alive, right? hihihi...

Dora Theodora said...

mungkin ini ada maknanya?

Huahahahaha...

atau orang QC melakukannya sehari sebelum launching..biasa kerja Kejar Tayang :p

annisa hadzami said...

Supaya enak nonton filmnya n gak kecewa abis karena byk yg aneh2 hrs pegang prinsip kuat2 on our mind selama nonton, yaitu: "Namanya juga film.." He..he..he...ga..ga...ga....Jd maklum abiiiisssss.....

detta aryani said...

gue sepertinya nga pernah kayanya kecewa kalau nonton film indonesia hehehe...
prinsip gue.. namanya juga indonesia .. hahahha...
beda-beda tipis sama prinsip 'lo... hehehhe

widiya j said...

Jadi kepengen nonton banget neh..........

Gatel rasa nya ingin menulis resensi juga.....
mau ngebandingin "bagus" mana sama film PSikopat

detta aryani said...

wah, belum nonton psikopat... horor yah? hehehe (do i need to ask...)
tapi kalau ceritanya ttg orang yang psikopat, sepertinya cocok banget kalau yang main si Rafi Ahmad yang ada di film Love is Cinta itu.. karena gokil, aktingnya kaya psikopat .,. di film thriller gitu...sumpe deg2 gue liat dia setiap kali mengucapkan kalimat panjang-panjang dengan bahasa baku dalam satu tarikan napas... uffff.....