Wednesday, September 08, 2010

Kebetulan Kosmik #1 : dalam tiga babak

Belakangan ini saya sedang merasa dihantui oleh sarkasme seorang teman. Awalnya saya kira itu hanya sebuah gurauan belaka. Namun karena kerap, saya mulai merasa curiga ada sesuatu dibelakanganya.Tapi karena saya menganggap (atau lebih tepatnya berharap) dia adalah seorang teman, maka saya tak pernah berasumsi bahwa dia bermaksud menghina saya. Atas dasar itu, maka terakhir kali saya mendengar dia melontarkan sarkasem itu lagi, saya mulai memikirkannya secara mendalam. 

Awal ceritanya sebenarnya sederhana saja. Pada sebuah obrolan santai ditemani cappuccino dan .. (arghh saya lupa saya minum apa), saya mendapati diri saya bercerita dengan lancar mengenai bagaimana saya merasa bahwa banyak sekali orang yang tak ingin punya label pintar. Orang (terutama perempuan) kadang menolak label tersebut karena merasa tanda itu membatasinya dalam berkehidupan sosial. Siapa yang mau berteman dengan seorang smart ass? 

Sebagai mantan pengajar bahasa inggris untuk anak SMP dan SMA, hal ini kerap saya temukan di ruang kelas. Semua enggan menjawab pertanyaan dan pura-pura (errr.. atau beneran yah) tak peduli. Frustrasi berat kalau sudah begini, sulit sekali membuat mereka membuka mulut untuk menjawab --padahal saya yakin mereka tahu jawabannya. Pertama saya pikir mereka sungkan atau takut salah, namun lambat lan terlihat jelas di mata. Kelas saya selalu terbagi menjadi dua. Anak-anak yang pintar dan selalu antusias duduk di depan meja guru sedang yang asyik-keren-gemar menyeletuk lutju duduk di sudut-sudut tertawa-tawa sendiri. *ruang kelas terdiri dari dua baris memanjang dari kiri ke kanan sehingga yang terjauh dari meja saya adalah dua sudut itu* 

Karena pengalaman itu, saya merasa harus menyatakan bahwa it's cool being smart and wanted to know everything. Jadi pintar tak serta merta membuat Anda terlembar dari golongan orang-orang menyenangkan dan santai. Jadi pintar itu hanya berarti menggunakan logika dalam hidup. Sederhana. Jadi untuk apa takut jadi pintar atau merasa malu berupaya untuk menjadi lebih pintar? 

Saat bercerita dengan berapi-api, teman saya hanya menanggapi dengan dingin. Mmmm... mungkin dingin hanya asumsi, karena sejujurnya kami tak terlalu dekat sebelumnya, jadi saya tak mengenali ekspresi-ekspresi wajanya. 

Setelah sesi pemaparan mengenai konsep pintar berlalu, kami bercakap-cakap mengenai hal yang lain. Tiba-tiba dia menyeletuk, "Lo sangat terobsesi dengan PINTAR ya?" 

Entah mengapa, saya merasa ucapannya seperti sebuah tuduhan kejahatan. Saya terpana. Tapi karena dia tak melanjutkan ucapannya, saya memutuskan menyimpan komentar itu di kepala. 

Waktu berlalu dan hari berganti dan komentar-komentar teman saya yang bersinggungan dengan kekaguman saya terhadap konsep pintar pun menjadi. Lama-lama saya jadi gerah sendiri. 

Kalau boleh dianalogikan dengan sebuah kasus pembunuhan, saya sudah tahu siapa pembunuhnya, tapi bukti-bukti belum cukup untuk menyeretnya ke pengadilan. Saya ingin marah, tapi belum tahu kenapa. Saya TAHU (atau paling tidak merasa tahu) bahwa teman saya ini sedang menyindir, tapi belum tahu mengapa dan apa tujuannya.... 

Saya tahu bawa bila saya nekad bertanya, pasti hanya dijawab dengan dua bahunya yang terangkat dan ucapan, "What are you talking about, det?" 

ah, and if I heard those word, I would (then) loose it! =) 

Jadi semua itu kembali saya simpan di kepala dan berjanji bila bukti-bukti sudah kuat, saya akan menjejerkan semua itu di depannya dan meminta pertanggungan jawab atas semua ucapannya. 

END OF PART ONE

Suatu hari yang amat terasa sepi, saya bertemu dan ngobrol dengan teman saya yang satu itu lagi. Hari itu giliran dia yang banyak bicara (dan saya banyak tanya <<<< kapan sih gue diem-nya? hehehe)

Obrolan kami malam itu berkisar mengenai konsep keinginan. Pada hari naas itu, saya sedang berada dalam persimpangan hidup (taelah) dan perlu mengambil keputusan mengenai apa yang menjadi keinginan saya. Teman saya itu kemudian memutuskan untuk menjelaskan mengenai konsep "Keinginan Hati Yang Teratur."  Sebuah pembahasan yang amat sangat panjang.... yang hanya bisa saya serap sedikit demi sedikit saja. Obrolan ini diakhiri dengan inisiatifnya untuk mengirimkan berbundel-bundel (hehehe ngak ding link website sebenarnya, tp ah, saya suka dengan kata bundel jadi saya pakai yah) tulisan mengenai topik pembicaraan kami sebagai bahan perenungan (keren yah kata ini =) ) 

Bacaan dan obrolan dengannya pada saat itu hanya tersimpan di kepala saja, tak ada waktu untuk merenunginya (ciee... i really really luv this word) jadi tak ada bahasan lanjutan.  

END OF PART TWO 

Beberapa bulan lewat dari dua kejadian di atas. Waktunya saya untuk membereskan lemari buku saya yang sudah amat sangat berantakan. Banyak kertas yang harus dibuang dan buku yang harus dipisahkan. Seperti biasa, kegiatan itu pasti akan memakan waktu yang sangat lama. Kenapa? karena setiap kali membereskan lemari buku, saya kadang tak hanya merapikan buku-buku itu, tapi kadang secara tidak sengaja, ikut membaca buku-buku yang menarik mata. Hehehe.. jadi tak selesai-selesai pekerjaannya. 

Hari itu, saya menemukan tumpukan buku milik Bapak-Ibu yang dengan tidak hormat diselipkan di lemari saya... Arghhhh.... saat saya memikirkan bagaimana membereskannya, saya menemukan sebuah buku hitam yang menarik hati. Sebuah buku panduan untuk hidup lebih baik (berbeda dengan saya, sepertinya orang tua saya gemar membaca hal-hal seperti ini). 

Saat membukanya saya tiba-tiba tertumbuk pada halaman yang di mana tertulis : 

Hal Keinginan Hati Yang Teratur 
eittssss, this is what my friend was talking about, begitu pikiran yang terlintas di kepala saya. Kemudian ada tulisan " Orang yang sombong dan yang kikir tidak pernah tentram hatinya" 

Lho, kok bagian mengenai kesombongan sih? Apa hubungannya keinginan hati dan kesombongan? Karena penasaran saya membuka halaman daftar isi dan menemukan ada bagian yang membahas mengenai 'Rasa Rendah Hati'

"Mereka yang banyak pengetahuannya biasanya suka menjadi orang terkenal dan disebut orang pandai." 

DENG DENG DENG 

seperti tendangan tanpa bayangan yang sekonyong konyong datang dari balik pepohonan (kebetulan beberapa saat sebelumnya saya menemukan tumpukan S. Kho Ping Ho lawas di lemari buku =) ) 

gedubrak!!!! 

tiba-tiba teringat semua sindiran teman saya mengenai konsep kepintaran. Aih, so this is where i got it all wrong. Ada pemikiran bahwa orang pintar adalah orang sombong. Saya tak pernah menyadari itu. Orang pintar di kepala saya adalah orang-orang yang cukup cerdas untuk mengetahui bahwa kesombongan adalah awal dari kehancuran. 

Saya terus membaca: 
"Hendaklah kita membuang segala keinginan akan pengetahuan yang melampaui batas, karena hal itu hanya menimbulkan banyak kebingungan dan kekecewaan saja" 

Aih, mateee deh.... 
semua ini mengobrak abrik pemikiran saya mengenai kepintaran. Ternyata benar adanya bahwa ignorance is bliss... ketidakpedulian adalah berkah. 

Pengetahuan, kepintaran dan segala hal itu hanya membuat kepala menjadi lebih berat saja. Hidup jadi tak nyaman karena ada keinginan untuk terus mencari dan mencari.

Tiba-tiba it dawn to me (ndak tahu bahasa Indonesianya) that sindiran teman saya itu, bukan sebuah upaya untuk menghina saya. Ini hanya satu cara saja untuk menyederhanakan gudang di kepala saya yang dipenuhi keinginan-keinginan yang tak jelas dan berantakan. 

Ya ampyun!!!! 

Saya tak menyangka (mungkin dia juga tak menduga yah) bahwa obrolan kami, pertemuan kami dan kejadian dalam hidup saya terkait dalam kebetulan kosmik yang mencengangkan (errr... ini penekanan yang tak perlu karena kebetulan kosmik selalu mencengangkan) 

END OF PART THREE 

HAPPY =) 

14 comments:

olivia elena said...

like this ^^
mengingatkanku akan obrolan lama ttg imej cewek yg (katanya) nggak boleh terlalu pinter dan sukses karena akan membuat pria2 ketakutan LOL

detta aryani said...

Gue blum pernah liat pria ketakutan. Ngak tau btknya ky gmn pria kalo takut, he2. :)

olivia elena said...

me too :)

olivia elena said...

me too :)

olivia elena said...

me too :)

detta aryani said...

Mungkin itu mitos? Lelaki tak pernah takut, mrk hy suka bingung dan sedih sj. :)

ric ky said...

dasar NF ... selalu gatal dengan hidden meaning

detta aryani said...

gue detektif, yeee makanya selalu gatal dgn hidden meaning :)

olivia elena said...

iya..setujuuu bisa jadi itu mitos...hehehe... ^_^

detta aryani said...

kita anggep aja gitu yah, liv... Lelaki tak kenal takut, mereka hanya bisa marah, bingung, sedih dan senang :) xixixixi!

olivia elena said...

okelah kalau beg-beg-begituu :)
terus kalo bsk2 kita ketemu cowok yg lagi takut enaknya diapain ya? wkakakakk XD

detta aryani said...

Ditakut-takuti terus he2. Boo! So u r scared of me, punk?! :)

olivia elena said...

hahaha kocakk :D

Unknown said...

πŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌ