Sunday, September 05, 2010

Menulis adalah...

"Jangan berhenti menulis ya, Det!" suami seorang teman tiba-tiba mengucapkan itu pada saya saat saya resign pada 2009. Saya hanya bilang "Tentu, dong!" dengan sebuah pertanyaan menggelayut di kepala. "Mmmm... kenapa dia pikir saya akan berhenti." tapi karena memang saya tak terlalu dekat dengannya, saya hanya berpikir ah, dia hanya basa basi saja.  

Tahun ini, dengan kondisi yang sama, editor Bahasa Inggris di majalah saya mengirim sebuah sms. Isinya kurang lebih begini : I'm glad that you are teaching now, but please don't give up on writing. 
*sayaberkacakacadasarcengeng*

Berhenti menulis. :) 
Hal itu tak pernah terlintas di kepala saya. 

Menulis adalah sebuah pelepasan. Tempat untuk membuang sampah yang tercipta di kepala saya. Sebuah cara untuk membuat saya tetap waras. 

Tiba-tiba kenangan menyeruak saat reuni sekitar lima tahun yang lalu. "Huh, gue inget lo suka banget duduk sendirian di selasar sekolah nulis-nulis di notebook saat kita lagi main basket!" ujar seorang teman lama. Saya bahkan lupa sering melakukan itu saat menunggu teman-teman bermain basket sebelum akhirnya pergi les apalah bersama atau menunggu kelas melukis jam 3 sore. 

Saya mulai menulis sejak kelas 3 SD. Mengenai batu ajaib, marmut, pelangi, dan hal-hal remeh temeh lainnya. Jadi tak mungkin saya berhenti menulis. 

Saya ingat saat harus menginap 2 minggu di rumah sakit dan terpaksa meminum obat tidur dosis tinggi selama seminggu penuh, hal pertama yang saya minta pada bapak saat dosis obat tidur itu dikurangi adalah sebatang pensil dan notes bergaris untuk menulis sebuah cerita yang datang dalam mimpi di salah tidur panjang saya. 

Cerita mengenai perjalanan dua lelaki yang mencari tujuh saudara lainnya. Sayang, tulisan itu tak pernah selesai karena tangan saya masih terlalu lemah untuk memegang pensil selama minggu-minggu pertama jadi ide itu tak pernah tertulis secara jelas, walau cerita itu masih tersimpan rapi di memori. *hihihihi, jadi inget waktu menulis kalimat pertama untuk cerita itu, saya panik mengingat apakah impian itu pakai bahasa inggris atau bahasa indonesia.. wahahah... jadi tulisan itu setengah inggris dan indonesia.... yang teringat pasti adalah impian itu full color, karena warna jaket kulit panjang itu jelas sekali coklat belel* 

eniwei... (melebar ke luar lapangan :) ) 
kembali soal menulis 

Tak seperti kebanyakan orang, saya merasa tulisan adalah semua coretan yang dibuat oleh orang. Juga tak seperti kebanyakan orang, saya merasa semua orang bisa menulis, walau saya sadar bahwa tak semua orang adalah SGA, Sapardi Djoko Damono, Sindhunata, Anthony de Mello, Meg Cabot, CS Lewis, Enid Blyton, Astrid Lindgren, Agatha Christe... (well, you guys got the point, rite?) 

Jadi bagi saya menulis itu bukan sesuatu yang menakjubkan. Menulis adalah sebuah keharusan untuk bisa hidup. Jadi tak mungkin berhenti. Untungnya definisi gue mengenai menulis itu sederhana. Menulis berarti menulis.... 

Menulis itu tak berarti harus dibaca orang 
Menulis itu tak berarti harus dicetak di majalah 
Menulis itu tak berarti harus yang berat-berat dan rumit 

Menulis itu berarti berbagi 
Menulis itu berarti bereksperimen 
Menulis itu berarti berani jujur 
Menulis itu berarti tak peduli pada pendapat orang 
Menulis itu berarti jadi bahagia 

well, itu sih dari saya... 

seperti yang kerap didengungkan "Penulis mati saat tulisannya di baca orang." makanya untuk apa peduli mengenai bagaimana, apa dan bentuk tulisan kita. Asal kita jujur tak bohong mengenai apa yang kita ucapkan, tak perlu panik mengenai tulisan kita.... toh, ini tulisan kita, kalau ada yang tak suka bilang saja ke orang itu, untuk menulis sendiri ceritanya.... 

Writers rule!  


4 comments:

ric ky said...

detta itu menulis

detta aryani said...

katanya yah, *inisihkatanyalho* kalau Anda mendefinisikan diri Anda dengan pekerjaan Anda, itu artinya Anda tak lagi py jati diri.... jadi, kayanya agak menolak komen 'lo, ky.... :) detta itu lucu! thats more like it.... :)

ric ky said...

gw cuma provoke elo aja kok

detta aryani said...

Terlalu sederhana kepala gue utk menyadari bhw itu sbh provokasi. :) nantikan entri saya besok (yg sdg digodok di kepala saat ini), mgkn ada jawabnya. :)