Friday, September 10, 2010

Kebetulan Kosmik #2 : Rolling Stones, Music and all that jazz

I can't get no satisfaction, I can't get no satisfaction.

'Cause I try and I try and I try and I try.

I can't get no, I can't get no. 


Lagu di atas berjudul (I can't get no) SATISFACTION (1965) dari Rolling Stones --sebuah band ROCK berasal dari Inggris yang dibentuk pada 1962.  Band yang namanya diambil dari salah satu lagu dari Muddy Waters (Bapaknya Blues) yaitu Rollin' Stones (1950) ini masih alive and kicking sampai saat ini *hail to Keith Richards yang masih terlihat sexy di mata saya sampai saat ini* 

Apa yang spesial dari lagu di atas? Well, selain kenyataan bahwa lagu di atas adalah lagu pertama Rolling Stones yang berhasil mencapai posisi nomor 1 di kancah internasional (a.ka. Amerika Serikat), proses pembuatan lagu ini juga amat menarik untuk disimak. Berikut kisahnya: 

Pada bulan Juni 1965, Rolling Stones sedang melakukan tur ketiga mereka di Amerika Serikat. Tepatnya pada tanggal 5, mereka bermain di Jack Russell Stadium , Florida. Konser Stones menjadi rusuh ketika 200 perempuan terlibat pertikaian dengan polisi yang bertugas menjaga keamanan konser tersebut, padahal Stones baru memainkan empat lagu saja!! 

Malam itu, Keith Richards pulang ke hotelnya untuk tidur setelah lelah bermain sebagai rockstar. Saat tidur, tak sengaja dia menekan tombol 'record' di alat perekam dekat tempat tidurnya. "Saya tak ingat bahwa saya telah menekan tombol itu," ujar Pak Richards dalam sebuah wawancara, "yang saya tahu adalah saat saya bangun ada dua menit nada dan kata 'I can't get no satisfaction' yang saya nyanyikan dan 40 menit sisanya adalah bunyi dengkuran saya." 

Nada yang di 'humming' oleh Richards itu menjadi riff ( a repeated chord progression, pattern, refrain or melodic figure, often played by the rhythm section instruments or solo instrument, that forms the basis or accompaniment of a musical composition (liat di wikipedia)--atau secara sederhana  barisan nada yang diulang-ulang dalam sebuah lagu dan menjadi dasar lagu tersebut-- ) untuk lagu Satisfaction di atas. Three note guitar riff milik Richards yang didapatnya saat tidur itu menjadi pembuka dan yang men-drive seluruh lagu tersebut. 

*merinding disko* 

Apa yang terjadi pada Pak Richards, kerap terjadi di dunia musik. Ada deretan lagu canggih yang tercipta secara tak sengaja. Ini sebabnya --menurut teman saya-- musik itu sifatnya ilahi. *Didengar pada pukul 2 dini hari di perjalanan sepi dari kemang menuju cinere* 

Apakah sebuah kebetulan malam itu Pak Richards memutuskan untuk tidur (sendirian.. xixixixi)?

Apakah sebuah kebetulan malam itu Pak Richards bangun dan menyalakan tape recordernya?

Ataukah memang ada tangan-tangan tak terlihat yang mengatur hidup ini tanpa kita sadari? (cool ngak tuh kalimat gue, oh ya, tangan-tangan terlihat di ambil dari invisible hands-nya Adam Smith yang membahas bahwa adanya kekuatan tak terlihat yang mengatur jalannya sebuah pasar) 

Balik lagi ke Pak Richards dan two minutes of Satisfaction-nya. 

Saat memberi memberikan ide lagu ini ke Jagger, Pak Richards khawatir kalau-kalau musik ini terdengar mirip dengan lagu Dancing in the Street-nya Martha and the Vandellas. Tapi menurut Jagger, music tersebut lebih mirip dengan lagu folk yang pernah mereka buat bersama namun akhirnya tak digubris oleh Richards karena menurutnya lagu tersebut terlalu sederhana. 

Kebetulankah?

Bagi orang realis (kalau mau menyebut kebetulan kosmik itu surreal) tentunya semua ini bisa dijelaskan secara logis, yaitu dengan menyatakan bahwa ide Satisfaction sudah ada di kepala Pak Richards dan sudah saatnya saja untuk dikeluarkan. 

Tapi bagi pemimpi seperti saya, kenyataan ini membuat hidup itu menjadi begitu indah (:p) Adanya kebetulan kosmik yang terjadi di luar kuasa kita, selain membuat ketakutan setengah mati karena ternyata tidak adanya kesempatan untuk bersiap dan membuat jadwal, juga membuat sebuah harapan dan impian itu sah adanya. Impian-impian besar mengenai bisa terbang dan bermalas-malasan di bawah pohon di pinggir sebuah danau sambil menulis, menjadi sebuah kemungkinan dalam hidup ini. 

Ah, Pak Richards *yang ganteng banget dalam iklannya Louis Vuitton* terima kasih atas ceritanya, yah! 



____

catatan kecil saya mengenai sesuatu di luar tulisan di atas 

PS. Kenapa saya tulis ..and all that jazz sebagai judul? 

karena kemarin saya menonton film dan sempat membaca subtitlesnya menjelaskan "and all that jazz" sebagai "dan semua jazz itu" padahal mereka sedang membahas sebuah pembunuhan... (sigh) 

all that jazz itu adalah sebuah kiasan yang berarti "semua yang berhubungan dengan hal tersebut" 

contoh: I need glue, paper, strings and all that jazz to make a kite. :) 

saya merasa kesalahan ini sangat ironis, karena orang Indonesia itu sangat dekat dengan kiasan "and all that jazz," mengapa saat menerjemahkan mereka jadi begitu berjarak dengan struktur bahasanya sendiri (?) 

ah, tapi tak mengapa, I do still love Indonesian and all that jazz :) 

8 comments:

ric ky said...

sayang, dia pegang 355 bukan 52

detta aryani said...

:) tetap saja hati saya skipped a beat when i looked at him. :) why? I dunno it just does. Keinginan hati yg tak teratur :)

ric ky said...

elektra

detta aryani said...

Harus nebakkah? Tak bskah cerita lbh panjang, ky? biar saya mengerti :)

ric ky said...

ada apa dengan pria tua?

detta aryani said...

Dia sdh melalui byk hal so nuthing will surprise him, jd saya bisa merasa aman. :)

adi marsiela said...

hehehehe...a stun a..stun..a...

detta aryani said...

Group yg canggih! Nantikan crita ttg how a band stays 2gether! He2.