Sunday, September 05, 2010

No Regret

As you grow older, you'll find the only things you regret are the things you didn't do. Zachary Scott 

"Udah gue bilang jangan masuk lagi, lo sih ngak percaya. Sekarang lo mau resign lagi kan... Huh jadi ribet deh!" ujar teman saya yang berambut kriting. Sayang waktu itu kami sedang ngobrol di warung depan kantor, sehingga obrolan ini tak bisa dilanjutkan dengan lebih emosional dan mendalam karena tak ada botol bir sebagai pendengar setia kami berdua. :) Kalau hanya ditemani es teh manis dan kopi, mah, ketawa saja lanjutannya.  

Jadi saya memutuskan untuk diam. Mengangkat kedua bahu saya, dan membiarkan teman saya itu menunjukkan my other mistakes (errr.... ndak bisa diterjemahkan kata ini ... apa yah?) 

Sore itu, saya baru memberitahukan rencana pengunduran diri saya (lagi) dari majalah yang saya cintai (cinta, yes... sepertinya cinta adalah definisi yang tepat untuk menyatakan rasa saya pada pekerjaan di majalah tersebut). Seperti layaknya teman baik pada umumnya, tugas dia adalah menertawakan saya dan keputusan saya. Tapi saat sedikit demi sedikit orang mulai tahu mengenai pengunduran diri saya yang kedua itu, tanggapan yang saya terima mulai bikin luka di dada. Crap! 


*
 "Berantem sama siapa?" tanya seorang yang tak begitu kenal dengan saya pada sebuah kesempatan. Waktu itu, saya --yang sedang sendirian makan mie instan--merasa amat tersinggung. Crap! segitu rendahnya kah saya di mata dia sampai keputusan untuk mengundurkan diri saya terpicu oleh kejadian seremeh temeh itu. Crap! saya marah sama dunia, tapi sampai detik ini belum bernyali untuk mengundurkan diri dari keberadaan... arghhhh... *masih marah mikirin omongan itu 'Crap you, sir!' jangan becanda mengenai sesuatu yang Anda tak paham dong!* 

*
"Jangan resign, dong. Mungkin kamu hanya butuh cuti. Cuti 3 bulan tanpa gaji aja, Det. Setelah itu lo bisa tenang dan bekerja dengan baik lagi." mmmmm..... karena yang ngomong orang senior bangetzzz saya hanya bisa diam saja.... errr, mbak.... mmmmm.... 

"Mungkin kamu bisa coba yoga dulu, atau ikut kelas motivasi.." 
ahhhh.... ini yang amat sangat terlalu menyakitkan! Orang ini berpikir bahwa keputusan yang saya buat tanpa pertimbangan masak-masak. Dia merasa bahwa keputusan saya ini dibuat karena sebuah kondisi sementara dalam hidup saya. Saat mendengar pernyataannya, saya merasa dianggap seperti seorang anak kecil bodoh yang tak bisa mengambil keputusan besar dalam hidup saya. Ah, crap to you too, sir!

Tak hanya satu dua orang yang menyampaikan rasa yang serupa. Saya --yang merasa bersalah-- telah membuat orang sibuk memikirkan saya, hanya bisa terdiam mendengarkan dan berharap hari H itu cepat datang. 

namun ternyata tantangan untuk berdiam dan tersenyum, tak berakhir pada hari terakhir, saat menghadap HRD dan wawancara pengunduran diri. Si mbak muda kinyis-kinyis itu bertanya, 'Ngak sayang, mbak, sudah empat tahun di sini trus keluar? Ntar kangen lho, kan udah pernah balik lagi, bukan?' 

Ah, crap. I know that you are only doing your freaking job, dear. Tapi saya tentunya juga punya hak untuk merasa tersinggung sama ucapan itu, bukan? Seakan kembali lagi menjadi sebuah tanda dosa yang menempel di jidat saya. 

Setelah badai hari H berlalu. Setelah semua rasa mereda dan saya kembali menjadi diri saya yang sederhana. Terpikir oleh saya untuk menulis ini agar lepas sebuah beban berat setiap kali saya harus bertemu dengan penilaian-penilaian orang. 

No regret. Saya tak pernah punya rasa menyesal. Itu adalah satu hal yang saya ingin ucapkan pada semua orang. 

There is no refuge from memory and remorse in this world. The spirits of our foolish deeds haunt us, with or without repentance. (Gilbert Parker) 

Kutipan di atas saya amini, jadi sejak dulu sudah saya putuskan saya tak akan pernah mau merasa menyesal. Kekuatan kenangan saja sudah cukup buat hidup jadi sebuah siksa, apalagi kalau di tambah dengan rasa menyesal aih... 

Life is a journeynot a destination. — Ralph W. Emerson 
“Life's a journey, not a destination”-- Steven Tyler

Hidup adalah sebuah perjalanan, berarti tinggal ikuti saja saja toh?
Berpikir boleh, bikin jadwal boleh, namun setiap orang harus sadar bahwa ada kebahagiaan yang namanya FREE FALLING! Tak ada satu kejadian dalam hidup ini yang tak ada artinya. Maka untuk apa menyesalinya? 

Saya tak menyesal mengundurkan diri setahun lalu. 
Waktu itu saya merasa saya sudah menjadi manusia aneh yang sebentar lagi akan meledak berkeping-keping bila tak keluar dari sana. 

Saya juga tak menyesal masuk lagi dalam waktu 3 bulan setelah mengundurkan diri. 
Saya merasa rindu terhadap semuanya dan ingin mencoba lagi dengan harapan bisa menemukan jalan yang benar di kali kedua ini. 

Saya saat ini juga tak merasa menyesal keluar lagi setelah satu tahun bekerja di sana dengan sekuat tenaga. 

I tried my best, but I guess my best wasn't good enough  
(Just Once---James Ingram) 


Kembali bekerja sebagai pegawai di majalah itu. Satu tahun kembali merajut hubungan baik itu tak akan saya tukar dengan pengalaman lainnya. Dan memutuskan untuk menyudahi hubungan itu saat sudah memastikan bahwa saya lebih mencintai diri saya sendiri dibanding pekerjaan saya, juga bukan sesuatu yang membuat saya menyesal. 

Hidup itu sebentar, namun sayangnya pengalaman di dunia itu terlalu banyak untuk sekedar saya lewati saja. 

Jadi semua ini bukan soal saya sedang berantem sama siapa, saya butuh cuti 3 bulan atau adanya kebosanan dalam diri saya. 

Ini adalah saya mencari pengalaman lain setelah pengalaman yang satu ini sudah mencapai titik akhirnya. 

Jadi, there's no regrets. Kadang rindu memang pada keriuhan semua itu, tapi i've been there and done that (twice), now its somebody elses turn to experience that and for me to experience other things. 

Tulisan ini adalah sebuah closure terhadap fase pembelajaran itu. Terima kasih sudah menemani saya di fase itu, dan terima kasih atas pembelajaran-pembelajaran yang telah Anda semua berikan pada saya saat itu. Sekarang, kelasnya sudah bubar. Waktunya untuk ganti kelas... 

MMMM.... belajar apa lagi yah? Sky Diving, barangkali?! 

*what do you think, brindil?* 








10 comments:

marie olive said...

Ah,true.

detta aryani said...

apanya nih ya, true ? :)

marie olive said...

As you grow older, you'll find the only things you regret are the things you didn't do

detta aryani said...

ya.. so lets have no regrets and do what ever you wanna do... :) life is short, so be happy!

ric ky said...

asik!

detta aryani said...

no regrets ya, ky. :) dan dengan itu saya menjadi dewasa... 'ada cerita apa, pak? mau lagi dong diceritain :) ' *kepomodeon*

tito imanda said...

dibilang gini bete dibilang gitu marah. dasar mudah tersinggung...!!!
:D gak pa pa, just enjoy being yourself, my dear friend. We all should.

(mau ikut2 bikin quote, walau kayaknya gak terlalu pas)
"Bukan perpisahan yang kutangisi, tapi pertemuan yang kusesali" -- Mansur S

detta aryani said...

dasar! I think you met me at the wrong time in my life. Hahahaha... lo temenan sama gue pas gue lagi murka sama dunia... hahaha.... dan watz up with Mansur S? nge-google yah? xixixixi lagu lo kan Anggun C. Sasmi (liat bagaimana gue menulis Anggun masih pakai C sesuai dengan era-nya? hehehee)

ric ky said...

yang elo sesali karena ga lakuin apa dett?

detta aryani said...

Wahaha kepo nular ya? Tunggu entri2 berikutnya ya, ky. Pertanyaan lo msh di proses di kepala sm para kurcaci. :)