Thursday, November 22, 2007

22-11-07

Kamis di Konfiden... kali ini nonton program dengan nama "DI RUANG TENGAH." judul yang bikin penasaran karena katanya ini membahas mengenai keluarga (gue selalu cinta sama film yang ada cerita keluarga). ini pengalaman nonton gue....

DINNER AT 8
sutradara: Momphelio Santalana

film dengan sutradara asing dan cerita mengenai orang asing... ndak kena di hati gue ( bukan nasionalis, tapi tipikal bule ndak bikin gue antusias hehehe). Tapi sang film maker lumayan merhatiin detail dalam pembuatan filmnya, wardrobe perlu diacungin jempol dan propnya niat banget dibuatnya... angle2nya juga asyik buat di tengok.. but as the story goes.. it's just your typical american movie... :) asyik ndak tuh komentar gue .. hehehe.. hidup film indonesia 'lah!

BONCENGAN
sutradara: Riza Saputri

asyik! lucu.. the casting is a little off, tapi ide cerita sederhana dan lucu khas film maker Banyumas yang membahas hal2 kecil yang ironis dalam kehidupan sehari2 kita...  :) just love it!!!!

KINANTAN
sutradara: Robby Ertanto

seperti malam itu gue nonton bareng temen2nya sang sutradara, jauh sedikit riuh (kalau ndak boleh di bilang norak para penontonnya--sori yah.. karena menurut gue ngobrol, cekikikan dan protes saat adegan seks selesai itu kindda annoying) ... gue sudah siap melihat sebuah film yang keuren (teori gue, orang yang berani ngajak temen2nya untuk liat karyanya--pastinya karya itu keren banget.. karena temen adalah kritikus paling parah sedunia)

well, sayang film tidak memenuhi ekspektasi gue... padahal temanya mengenai transeksual (satu subjek favorit gue untuk dibahas) .. ide ceritanya lumayan mengenai penerimaan transeksual dalam keluarga (although it's not new tapi bolehlah) ... gue menonton film ini dengan kacamata beda, bukan sebagai penonton, tapi sebagai pemerhati gay,lesbian dan transeksual di Indonesia.. jadi posisi gue agak berbeda dibanding pada film2 sebelumnya... so, jangan diambil ati 'ya..
berikut adalah beberapa hal yang bikin mata gu mengernyit sebel saat liat film ini...
 
1. kalau pemain utamanya ndak mau cukur bulu kaki untuk jadi bencong, well jangan di shot duong kaki berbulu itu... dan seharusnya si pemeran juga ngerapiin alis.. Bencong adalah orang2 yang sangat aware sama hal2 yang prinil dan kalau mereka dandan itu sumpeh keren banget! kamera itu bisa milih apa yang diperlihatkan ke penonton dan apa yang tidak (itu namanya konstruksi realitas) , hanya karena banyak film mengusung mempertontonkan kaki memakai stoking sebagai konsep seksi, ndak perlu semua orang mengikuti hal itu, lho

2. adegan si bencong dijemput sama saudara... agak kaku yah... bayangin, kalau tiba2 lo tahu abang lo jadi bencong dan dagang di jalanan... apakah lo akan meluk2 dia dan meletakkan tangan lo di punggung abang lo yang udah jadi cewek itu.. I'm not saying that orang tidak bisa menerima kondisi itu.. tapi pastinya doung ada kecanggungan...

(ada seorang yang cerita pengalamannya menerima om-nya sebagai transeksual.. dia memeluk om-nya walau ada rasa kecanggungan.. walau demikian sosok perempuan di diri om itu tidak membuatnya merasa bahwa omnya berubah menjadi seorang tante, tapi tetep om-nya dis....)

3. adegan seks... mmm... sama kaya entri gue sebelumnya.. adegan seks jadi keharusan untuk film2 yang menyinggung tema2 seperti padahal (menurut gue) ndak esensial ini adegan.. hanya untuk menarik jeritan dan protes2 para penonton... (or it's that really what the film maker want?)

4. adegan ibu memeluk foto anak, dan si anak bersimpuh hanya dengan memakai beha... well, mungkin ini cuma sebuah analogi or simbol (padahal sepanjang film, pembuat film tidak berkutat pada simbol.. kok ujug2 ada gitu yah,....) tapi gue nangkepnya.. segokil2nya lo.. ndak mungkinlah lo hanya pake gitu aja di depan emak lo... it's kindda common courtesy aja.. banyak orang nga ngerokok di depan emaknya, ndak nyium pacar di depan emaknya, ndak nonton bokep di depan emaknya....well, wearing only a bra in front of your mom, when she's stressed out coz u are a transexual.. is one of those thing...

hahahah...

THE LAST BELIEVER
sutradara : Tumpal Tampubolon

Acung jempol!!!!
i love this film... ide sederhana, yang menjadi sebuah film liar imajinasi...ngiri sama kemampuan pembuat filmnya mendapatkan ide nan brilian itu... ini film favorit gue untuk program ini.....

sepertinya karya sutradara ini bakal gue tungguin di festival2 selanjutnya...





2 comments:

Ece Dizdar said...

Re: DINNER AT 8

Sutradara (Momphelio Santalana) = Indo. ^^

detta aryani said...

ooo.. thanks koreksinya.. wah namanya keren banget....suku apa yah pakai nama belakangnya itu?