Wednesday, August 11, 2010

Bulan Puasa

Bulan Puasa selalu mengingatkan ku akan dia. Dia dan rantang ajaibnya. Rantang yang katanya dibelikan ibunya utk menemaninya merantau di sini.

Sebelum sahur, aku selalu menjemputnya untuk mencari makan di warung warung yang ada. Di sepi pagi, kami berjalan. Aku, dia dan rantangnya. Entah kenapa dia tak mau makan di warung itu. Menurutnya akan lebih nyaman kalau kami makan di kamarnya. Dia pun menolak membungkus makanan dg kertas coklat yang tersedia. 'lalu untuk apa rantangku ini kubawa?' begitu ujarnya waktu ku tanya.

Jadilah selalu begitu ritual aku dan dia. Berjalan berdua menyusuri jalan setapak menuju warung terdekat. Di tengah gelap bersama rantang yang norak.

Kadang ingin sekali kubuang benda itu, karena tiap kali si rantang ada, dia enggan menggenggam tanganku saat berjalan. Padahal -pada masa itu- menggenggam tangannya adalah satu satunya hal yang boleh kulakukan. Tapi gara-gara si rantang, aku tak bisa melakukannya selama sebulan.

Ironisnya, hal itulah yang terekam di ingatan. Perjalanan kami di pagi buta bersama si rantang norak yang membuatku harus membenamkan tangan di kantung jaket untuk mencari kehangatan.

Aih, kenapa setiap bulan puasa kepalaku isinya hanya dia dan rantang norak itu ya?

Semoga setelah lebaran, aku bisa ke rumahnya mencari tahu apakah rantang itu sudah diwariskannya pada anak-anaknya.

*kurcaci, kamyu aneh sekali*

No comments: