Wednesday, August 11, 2010

Menjadi Biasa!

 After all... I'm just a girl, standing in front of a boy, asking him to love her.” Demikian ujar Anna Scott kepada William Thacker dalam film Nothing Hill (1999). Dalam film itu Anna Scott adalah seorang bintang Hollywood terkemuka yang jatuh cinta pada William Thacker pemilik toko buku bekas  kecil.

Sewaktu menonton Nothing Hill untuk kesekian kali, tiba-tiba saya teringat cerita seorang teman. Di sela-sela acara talkshow sebuah majalah terkemuka (hahaha) di Plaza Indonesia, tiba-tiba teman saya yang satu ini punya keinginan untuk bercerita mengenai masa lalunya. Jadilah kami berdua duduk di sudut warung kopi tempat acara itu berlangsung dan membahas sekelumit mengenai masa lalunya.

“Waktu itu kami bertanya-tanya, boleh tidak kami jadi orang biasa saja,” ujar lelaki yang menurut saya punya isi kepala yang terlalu tua untuk umurnya. Kalimat itu langsung saya hadiahi dengan tatapan sinis.

Mungkin itulah yang ada di kepala anak-anak jurusan Fisika dari sebuah kampus ternama di Indonesia.  Mungkin dari awal memang mereka sudah tahu takdir mereka untuk menjadi orang yang luar biasa karena berhasil memasuki jurusan ajaib dengan kemampuan mereka yang luar biasa.

Obrolan itu menjadi panjang dan pembahasan semakin menjadi absurd. Isinya mirip dengan lagu Superman dari Five for Fighting. Walau sudah mendapat penjelasan panjang dan lebar, saya tetap kukuh dengan kesinisan: Walau Anda merengek tak suka dan tak bisa, tetap saja Anda Superman, bukan? Shove it and face it like a man!

Well, seperti biasa, pemikiran-pemikiran bodoh saya akhirnya menjadi bumerang yang langsung menghantam muka saya setelah sekian lama tak nampak.

Hari terakhir saya bekerja, ada beberapa orang yang mengetahui kepergian saya dan berikut percakapan yang terjadi di sebuah tangga:

Dia: eh, hari terakhir ya, Det..

Me: Iya. Pamit yah.. sampai ketemu kapan-kapan…

Dia: Sukses ya, Det…

Me: Terima Kasih

Dia: Eh, mau ke mana abis ini?

Me: Err.. ngak ke mana-mana mau di rumah saja

Dia: Ooooo (panik) tapi tetep sukses ya, Det!

Me: iya… (bingung)

Tiba-tiba suara temen saya di sudut warung kopi terngiang di telinga saya. “Boleh tidak kami jadi orang biasa saja? Ngak usah sukses, tapi biasa saja, karena itu benar-benar jadi sebuah beban”

Akhirnya saya mengerti obrolan waktu itu. Kesuksesan Anna Scott membuat dia merasa harus meyakinkan belahan jiwanya bahwa dia hanyalah seorang anak perempuan minta untuk dicintai. Superman pun minta dikasihani dan segerombolan anak jurusan fisika murni pun minta untuk dianggap biasa saja.

Dan akhirnya setelah sekian lama: Saya –akhirnya –pun memahami bahwa yang saya minta adalah sebuah hal yang biasa-biasa saja, tak mau label sukses ditancapkan di mana-mana. Hanya biasa-biasa saja, sepertinya itu cukup untuk hidup saya J

10 comments:

tito imanda said...

duuuh... harus ya jadi biasa2 aja...? tapi apa gunanya 5 milyar manusia untuk perkembangan peradaban kalau semuanya minta jadi biasa2 aja?

detta aryani said...

argh.... perkembangan peradaban ya, om... waduh ngak berani om ngak berani.... i'm just a girl afraid to get her heart broken again by the world...

lindung ganteng said...

"...even hero has the right to dream, it's not easy to be me...." ~ Superman by Five for Fighting....
Aaahhhh..... Lagu yang mampu bikin dakoe menggelinjang....!!!

detta aryani said...

I too luv d song. Liriknya dasyat! Im only a man in a funny red sheet.

lindung ganteng said...

iyaaaa.....
Keren lirik nya....
Makna nya juga dalem.....

Jadi inget cerita temen gue nih, seorang wanita karier yang sukses tapi selalu ketakutan kalo ada pria yang mendekatinya karena selalu merasa cowo2 deketin dia karena status sosial nya, posisi jabatannya, dan harta kekayaan yang dimilikinya..... Walhasil sampe sekarang jadi perawan tua..... Kadang kasihan juga lihat dia....
Memang bener paling enak jadi orang biasa saja....

detta aryani said...

Menjadi, bgmn tanggapan Anda soal komen di atas ini? He2.
Pak lindung, coba bc entri saya soal takut. :) he2

ric ky said...

bravo! elo emang luar biasa dett ...

detta aryani said...

kebayang dengan jutek dan sinis lo ngomong itu, ky... :p *melet aja deh jawabnya*

tito imanda said...

setelah gue renungkan, ternyata batasan 'sukses' kita beda. Gue sih gak terlalu peduli sama income dan karir ya (walau kalo lagi nganggur dan boke pasti bete berat). Sukses itu buat gue bermanfaat aja buat orang lain dan peradaban. Kedengeran berat sih, tapi nggak kok, kita semua pasti punya peran dalam perkembangan peradaban, tapi ada yang perannya dikit banget ada juga yang banyak. Sukses itu kalo meninggal yang doain dan ngelayat banyak. Sukses itu gak pernah nganggur dan kesepian karena ada aja yang minta ditemenin dan ada aja yang dikerjain.

Jadi gue pingin sukses, dengan term kayak gitu. Kalo gaji sama karir sih alat aja lah.

detta aryani said...

manis banget.... :)