Thursday, August 12, 2010

tes #2

Pukul empat. Sebentar lagi senja. Masih di Neverland, tempat di mana semua orang tak bisa jadi tua. Dia masih duduk di pantai seberang sana, dan aku memilih duduk di bawah satu-satunya pohon kelapa yang ada. Walau berjauhan, sepertinya kami berdua sadar, bahwa kami berdua ada di tempat ini secara bersamaan. 

Dua orang kesepian, begitu pandanganku tentang kami berdua. Dua orang kesepian yang kebetulan bertemu dalam waktu yang bertepatan. 

Orson Welles pernah bilang bahwa "Only through our love and friendship can we create the illusion for the moment that we're not alone.

Mungkin apa yang kami lakukan adalah mencipta ilusi itu. Ah, sepertinya mungkin bukan kata yang tepat di sini. Kami memang menciptakan ilusi itu. 
Ilusi bahwa akhirnya aku punya seorang teman, dan dia punya kawan. 

Semua ini hanya ilusi. Karena selain kebersamaan secara fisik, kami berdua tak ada keterkaitan. 

Tiba-tiba teringat akan makan siang-makan siang sunyi di mana kami berdua akan meluncur ke sebuah tempat makan yang sebelumnya kami sepakati. Hanya diam menikmati makan dan berinteraksi dengan isi kepala masing-masing. 

"Enak?" tanya dia. 
"Iya," jawabku sekenanya. 

lalu kami melanjutkan makan kami dalam diam. 
Sebuah diam yang nyaman. Sebuah diam yang tak menakutkan. Sebuah waktu untuk mengurai semua kejadian yang dihadapkan pada kami sejak pagi. Mengurainya sendiri di kepala masing-masing, tanpa merasa perlu bercerita dan membahasnya dengan orang yang duduk dihadapan. 

Persis seperti yang kami lakukan di pantai ini.  Kami berdua sedang menguraikan hidup kami di kepala masing-masing. Tapi bedanya, kali ini ini masalah yang aku uraikan adalah tentang kami.

Kenapa aku tiba-tiba peduli mengenai kami? Seharusnya tidak ada kami. Dua manusia kesepian yang kebetulan bertemu dan menghabiskan waktu sepi mereka secara bersamaan bukanlah sebuah kesatuan. Aku seharusnya tahu itu, karena aku yang menciptakan konsep itu. 

Aku menatap dia dari kejauhan. Dia sepertinya sedang memejamkan mata menikmati angin kencang pantai menghantam wajahnya. "Jangan terlalu sering melakukan itu," ujarku dalam hati, "hantaman angin bisa buat kau cepat keriput." 

Aku tertawa sendiri membayangkan kalimat itu berlalu di kepalaku. Ini kan Neverland, seharusnya aku tak perlu takut mengenai keriput dan ketuaan. 

"Apakah kamu baik-baik saja?" jeritnya mencoba mengalahkan deburan ombak dan angin yang menerbangkan suaranya jauh dari pendengaranku. 

Aku mengacungkan jempolku tanda aku baik. Dia mengacungkan jempolnya juga. Kami berdua baik-baik saja ternyata. 





5 comments:

Candra Aditya said...

aih... ;))

detta aryani said...

ini bagian 2 -nya chan... tes #1 itu openingnya :)

detta aryani said...

oh ya, lupa... bagaimana menurutmu cerita ini, can?

tito imanda said...

ha fiksi ini fiksi ini..

detta aryani said...

bagaimana bisa bagian #1 nya bukan fiksim bagian #2 fiksi? agak ajaib deh om ini...