Saturday, November 01, 2008

Laskar Pelangi (2008)

sutradara : Riri Riza

sebelum gue ngasih pendapat gue mengenai film ini, ada satu hal yang gue rasa harus dimengerti sama orang sebelum membaca tulisan-tulisan gue mengenai film...

Pertama, gue membahas pengalaman gue menonton film, bukan mencela.. tujuan gue menulis mengenai pengalaman gue menonton itu bukan untuk memaki-maki si film maker.. sumpah, gue salut banget sama orang yang sudah membuat sesuatu untuk gue nikmati...nah, saking gue menikmatinya, gue merasa ingin berbagi mengenai apa yang terjadi di kepala gue saat menonton karya orang2 hebat ini.. jadi sesederhana itu tujuan gue

Kedua
, gue menulis pendapat gue mengenai film itu, bukan berarti gue memaksakan kehendak pendapat gue sebagai satu2nya pendapat yang benar... walau memang betul, bila gue sudah mengemukakan pendapat, gue selalu merasa apa yang gue kemukakan itu benar (siapa sih yg mau mengeluarkan pendapat yang salah)

dan yang terakhir dan yang perlu gue garis bawahi adalah.... GUE NDAK PERNAH NGERASA DIRI GUE PINTER! gue cuma mengemukakan apa yang gue tahu aja, bukan mau bikin statemen kalao gue pinter (lagian juga, gue kan bukan orang pinter, untuk apa gue ngaku2 jadi orang pinter.. terakhir gue lihat berbohong itu masih diberi label sebagai dosa...jadi takut ah.... dosa gue udah banyak, jangan ditambahan sam yang sepele2 seperti berbohong.... )

well, eniwei.....sori karena perlu prolog panjang, karena belakangan ini banyak orang yang suka salah sangka mengenai diri gue...dan buat orang yang ngeluarin pernyataan " I feel  you always over analize things..." gue cuma mau bilang .. "saya berpikir maka saya ada, itu satu-satunya hal yang membuat saya merasa layak hidup di dunia ini, karena tanpa itu... saya ndak ngerti kenapa saya diciptakan"


OK, back to the movie....

Laskar Pelangi adalah sebuah buku yang menggugah, buku ini bikin gue nangis, ketawa, terharu dan marah saat membacanya. Saat mendengar bahwa buku yang kuat ini mau dijadikan film, memang gue ndak terlalu antusias. Terlebih waktu mendengar bahwa Riri Riza yang akan menyutradarainya, waduh.. Tiba2 kenangan nonton Gie, membuat gue agak.... mmm.... entahlah... rasanya lempeng aja mengenai film LP ini.

walau, jangan salah, gue yakin 100% kalau film ini bakal menggila di penjualan tiketnya, karena sejarah membuktikan Miles memang selalu jagoan bikon box office movies...

well, setelah menunggu hype reda, dan mendapat tiket dengan tidak berheboh2 ria mengantri, gue menonton film yang kabarnya sudah ditonton oleh 3 juta orang Indonesia ini...

sebagaimana nyaris semua buku yang difilmkan, LP ini tak lepas dari pendapat 'tidak sedalam bukunya'.. dan seperti biasa pendapat itu disanggah dengan kata2 'gila, lo.. emang mau sepanjang apa filmnya.'  Ritual tukar pendapat ini sudah mulai basi bagi gue...

karena menurut gue buku dan film itu harus diperlakukan secara berbeda. Ndak perlu semua yang ada di buku di masukkan dalam film, dan di film punya kekhasan sendiri yang membuat dia berhak untuk menambah adegan, karakter dan whatsoever untuk membuat ceritanya lebih baik.

Nah, dalam LP, menurut gue terjadilah apa yang gue sebut "tindakan ambisius" dari film maker. Memang novel LP keren pisan, dengan pemaparan karakter yang kuat dan kisah yang menyentuh... tapi (sekali lagi menurut gue) saat menjadikannya sebagai film ... harus ada raja tega yang membabat bagian2 dari novel sehingga mengerucutkan ceritanya di layar lebar. Nah, itu yang gue tidak liat di film LP ini.... semua cerita seakan ingin dimasukkan dan saat menonton, gue ngerasa semua cerita itu berebutan menarik perhatian gue....

Belum sempat gue tersipu2 melihat pak guru jatuh cinta, gue sudah disodori dengan wajah Lintang yang serius belajar... Belum sempat selesai tertawa melihat Harun berlarian dari bukit, gue sudah disodori dengan kekelaman hujan...

Rasanya diburu oleh adegan demi adegan..
padahal gue pengen ketawa sejenak saat mendengar
 "Aku baru saja melihat kuku paling cantik di seluruh dunia"
" Apakah kamu sudah keliling dunia?"

tapi ndak bisa karena gue sudah berhadapan dengan adegan lain yang buat miris...
rasanya mau nge-pause.... dan mau rasa itu linger (sori ndak tahu padanan bahasa indonesianya) di dada gue lebih lama...

ah.. harusnya raja tega itu hadir dan memaksa agar kita diberi tontonan yang fokus saja... Misalnya fokus sama Lintang saja, dengan begitu terasa lebih nendang siapa Lintang dan kenapa dia adalah bukti dari  omongan "Tuhan menciptakan manusia baik adanya" dan sistem manusia itulah yang membuat  manusia yang tadinya tercipta sempurna jadi berantakan seperti saat ini...

adanya animasi bunga dan cahaya di kuku gadis cantik itu (walau gue tersenyum melihatnya) terasa agak janggal karena sejak awal suguhan film itu tidak mempersiapkan gue untuk melihat animasi dan cahaya itu... a bit akward moment gue...

semoga pendapat gue ini tidak menginjak kaki orang, kalau iya... gue minta maaf.. gue cuma mau numpahin apa yang ada di kepala gue di blog gue ini, karena di dunia nyata, yang menurut seseorang yang gue kenal pendapat gue ndak sesuai dengan apa yang ingin didengar oleh manusia-manusia "normal" yang mendominasi jagad ini....

tapi overall, film ini menyenangkan sekali untuk ditonton, ndak nolak untuk menontonnya lagi...dan ndak sabar untuk beli DVDnya....

 

13 comments:

firman widyasmara said...

aduh ta! jempol imut gue keinjek deh hehehehe linger ya, bersemayam kali ta, lebih adem dengernya :p

ta, sempet liat filem2 lokal lain yg muncul kemarin2 ndak? bahas juga dong :)

imelmow imelmow said...

what a wise comment, dear...

ric ky said...

+1...gw heran kenapa masih ada aja orang yang ga ngeliat buku dan film sebagai jenis media yang berbeda.

soal film, para kreatornya sudah bersusah payah men-trasfer buku dalam bahasa dan narasi film dan menurut gw termasuk kategori berhasil.

soal fantasi bunga2, itu bisa kekurangan atau kelebihan film hehe...

uwi hadjid said...

hehehehe banyak setujunya gue sama loe ta.

detta aryani said...

hehehe.. ada yang empunya film... sukses ya, mbak! :)

detta aryani said...

hehehe... harusnya bener kata ini.. tapi rada puitis pisan euy rasanya....

film lokal? lagi penasaran sama Dewi Perssik (eh s-nya kudu 2 lho) di Kutunggu Jandamu... hehehe.... ada saran , gue kudu nonton apa?

detta aryani said...

ada contoh film yang berhasil ditransfer dari novel, ndak?

detta aryani said...

hehehe... kita kan 2 manusia satu kepala kalo lagi nonton film indonesia.. hahahah

Imelda Suryaningsih said...

gue cuma nonton dikit film ini waktu ada lajar tantjep di Manggar. salut aja sih sama Miles yang mo susah payah ngadain lajar tantjep itu :)

*gosong euy kulit gue... hehehehehe...*

detta aryani said...

gue udah liat foto lo di FB Busur.. gokil! sons of beaches lo pada,... hahahaha....

Imelda Suryaningsih said...

padahal kan kite-kite daughters of beaches ;)

detta aryani said...

hehehehe

ric ky said...

The Godfather